Mantan Pecandu Narkoba Dr. Drs. R. Kintoko Rochadi, M.K.M 3. Gita Kencana, S.K.M, M.P.H

Banyak cita-cita sebenarnya, ya namanya pun mimpi ya keinginan, kalo bisa terwujud alhamdulilah ya kan.. diam Tapi bang T salah satu senior di komunitas udah janji mau bawa aku ke Bali katanya, maraton.. senang la ya kan.. mulai dari yang dekat-dekat dulu tapi besar kali harapanku ke new york itu.. ntah napa udah terbayang gitu.. bisa gitu..” Handoko memiliki keinginan belajar juga dimotivasi oleh harapannya untuk menunjukkan bahwa seorang ODHA dapat berprestasi. Hal ini dilakukan Handoko untuk mengurangi stigma ngeatif terhadap ODHA. Handoko tidak menyadari stigma akan ODHA pasti ada di masyarakat dan melihat itu sebagai hal yang lumrah. Menurut Handoko, oleh karena itu ODHA harus dapat membuktikan bahwa mereka bukan kaum yang terpinggirkan dari lingkungan sosial melalui prestasinya. Dimensi internal Handoko adalah pribadi yang tertutup, labil tetapi memiliki kemauan belajar untuk menjadi pribadi yang lebih baik. Secara ringkas dapat digambarkan dalam bagan berikut: Gambar 4.2 Dimensi Internal Konsep Diri ODHA: Studi Kasus Handoko 4.3.2 Dimensi Eksternal Handoko

a.Mantan Pecandu Narkoba

Universitas Sumatera Utara Handoko yang merupakan anak pertama dari dua bersaudara ini, bercerita bahwa dia terinfeksi virus HIV dari jarum suntik yang dipakainya bergantian dengan teman- teman pecandunya. Handoko memiliki teman-teman yang merupakan satu kelompok pecandu di daerah tempat tinggalnya. Handoko tinggal di daerah Polonia di kota Medan. Ia dan geng junkiesnya kerap membawa keresahan bagi warga yang tinggal di sekitar daerah tempat tinggalnya “ Saya itu IDUs.. Injected Drug Users.. Pengguna narkoba dengan jarum suntik.. Istilahnya ya itu IDUs.. Kenanya dari situ la..” Ketika berinteraksi dengan lingkungan sosialnya, sebagai seorang mantan IDU, Handoko melihat dirinya sebagai seseorang yang buruk di masa lalu dan saat ini sedang berusaha menjadi pribadi yang lebih baik. Handoko tidak menyangkali bahwa ia dahulu memang adalah sampah masyarakat. Handoko bercerita bahwa ia dulu memiliki geng junkies dan kerap membawa keresahan bagi masyarakat tempat ia tinggal. “Aku dulu kan dikenal sampah masyarakat.. diam Payah juga la.. diam Dulu waktu aku masih sama kelompok geng ku, kalo kami ngumpul, ga tenang la masyarakat disitu ya kan.. diam” Setiap Handoko membicarakan masa lalunya yang kelam, terlihat dari raut mukanya bahwa ia sangat bergumul. Ada perasaan malu yang dirasakan Handoko setiap mengulang kembali kisahnya pada saat ia masih berada di bawah pengaruh narkoba. Handoko memang melakukan banyak kriminalitas pada saat itu dan terlibat dalam lingkaran setan akibat narkoba. Universitas Sumatera Utara “Ada dulu kelompok geng, .. kadang malu juga aku mengungkapakan tingkah laku kita yang dulu.. tapi disimpan sendiri ga bagus juga.. bejat kali la.. malu aku.. tapi gimana ya harus diungkapkan juga ya kan.. banyak melakukan tindakan kriminal, rampok, mencuri barang. Sebenarnya aku terpengaurh teman juga.. “ Handoko juga mengakui bahwa dia dan kelompoknya menjadi sasaran polisi karena banyak temannya yang menjadi bandar. Pengalaman buruk dengan polisi dialami Handoko saat dia sampai empat kali ditangkap untuk diinterogasi dan masuk ke penjara satu kali selama kurang lebih 8 bulan. Pengalaman di penjara membuat Handoko bertekad tidak mau masuk lagi ke penjara apapun yang terjadi. Hal ini membuat ia sering berbohong agar dirinya aman dari polisi. “Pernah juga ditangkap polisi.. karena ada temanku bandar..Tapi sebenarnya mereka baik, aku merasa kehilangan juga.. udah ga ada yang hidup lagi,, tinggal aku la.. Hidupku dulu memang keras.. ditangkap polisi ya terpaksa dikelabui la, bungkus putaw itu ditelan.. Pokoknya jangan ampe ketangkap la.. Bohong juga.. Apapun yang terjadi bohong aja,,, Jangan ampe ketauan.. Sekali masuk penjara siapa yang mau masuk lagi ya kan....” Setelah keluar dari penjara, Handoko tidak berubah dan meninggalkan perbuatannya yang merugikan itu. Sampai suatu saat, kondisi Handoko pun secara fisik menjadi tidak baik. Handoko menderita sakit yang parah dan akhirnya dibawa berobat ke rumah sakit oleh ibunya. Ibunya yang tidak terlalu mengerti tentang kondisinya, mengalami kesulitan untuk mendapat akses pengobatan bagi Handoko karena masalah administrasi. Dengan bantuan dari teman-teman dari salah satu LSM di kota Medan, maka akhirnya Handoko pun bisa diperiksa dan mendapat perawatan di Universitas Sumatera Utara rumah sakit. Pada saat itu Handoko mengetahui kondisinya yang terinfeksi HIV positif. “Tahun 2011 aku baru tahu.. Trus kasih tau orang tua 2011 juga. Tapi untuk pertama kali itu berat juga.. Ada takut juga ngasitaunya.. takut mereka kecewa.. iya, aku langsung kasih aja suratnya.. ke mamak.. Dia yang baca. Yah, kecewa pasti ada la.. walaupun ga dinampakkan ke kita..” Mendapati kondisinya semakin memburuk dan juga ketergantungan akan narkoba jarum suntik yang tidak dapat dikendalikannya, membuat Handoko mengambil keputusan untuk masuk rehabilitasi. Keputusan ini juga dibuat atas dasar dorongan dari teman-teman petugas lapangan yang menjangkau Handoko. Setelah keluar dari rehabilitasi, Handoko pun diajak untuk menjadi staf di LSM yang menangani rehabilitasinya dan ia menerima tawaran tersebut. Sampai saat ini, ada hal yang menyedihkan setiap Handoko mendengar ia disebut sebagai sampah masyarakat. Di satu sisi Handoko tidak menolak sebutan itu mengingat masa lalunya, tetapi di sisi lain Handoko juga mau berubah dan menjadi pribadi yang lebih baik. “Ada teman yang bilang aku sampah masyarakat. Sedih la dengarnya, kayak apa itu namanya, mengiris-iris? Miris ya.. di dalam ini ada perasaan sakit.. tapi gimana, ya memang itulah kan.. jalani aja ya kan..” Hal ini membuat Handoko menjadi kurang percaya diri jika berinteraksi dengan orang lain. Handoko sendiri mengaku jika bertemu dengan teman-teman di masa lalu yang mengetahui tentang hidupnya, ia menjadi minder. Handoko merasa ia belum Universitas Sumatera Utara memiliki sesuatu yang dapat dibanggakan karena dulu ia menghancurkan masa mudanya. “Saya minder la kalo ketemu teman-teman SD.. kemarin itu pernah ketemu kan, dia dah kerja di bandara.. dah berkeluarga.. Rasa malu itu masih ada karena aku belum jadi apa-apa..” Handoko sendiri menerima masa lalunya bahwa ia adalah sampah masyarakat yang kerap melakukan banyak tindakan kriminalitas. Walaupun demikian, Handoko memilih untuk meninggalkan hidup lamanyadan memulai hidup yang baru. Handoko berusaha untuk berpikiran positif bahwa saat ini ia sudah lebih baik dari ia yang sebelumnya, walaupun belum seperti orang lain. Handoko merasa bangga walaupun ia belum sepenuhnya dapat meninggalkan narkoba tetapi ia sedang berjuang untuk lepas dari narkoba. “Sekarang aku sebenarnya udah bangga la, aku udah lebih baik walaupun belum sepenuhnya.. Ini kan proses.. Aku ga bisa bilang aku dah pulih total.. Ga bisa.. Soalnya kita ga ada yang tau masa depan ya kan.. Awak bilang udah ternyata belum kan..” Ketergantungan Handoko dahulu dengan narkoba memang menjadi tantangan utama dalam hidup Handoko lebih dari statusnya sebagai ODHA. Handoko sendiri mengakui itu juga salah satu penyebab ia tidak dijadikan staf lapangan karena ia belum cukup mampu menolak ajakan teman untuk memakai narkoba. Tetapi lanjut Handoko, ternyata menangani LASS juga memiliki godaan karena berhadapan dengan jarum suntik yang dulu biasa ia pakai. Belum lagi godaan dari teman-teman pecandu yang datang untuk mengganti jarum suntik habis pakai dengan yang baru dan sekaligus menawarkan obat kepada Handoko. Universitas Sumatera Utara “Ini pekerjaan saya yang pertama kayak beginian,, jagain basecamp, tukar jarum suntik. Walaupun banyak godaannya kan.. banyak juga yang nawarin.. ngajak make lagi.. gratis.. pegang jarum suntik ini juga kan mengingatkan waktu make dulu.. jadi susah juga sebenarnya..” Ketika sedang merasa tergoda atau gagal, Handoko berusaha untuk berpikiran positif dan tidak larut dalam pikiran-pikiran yang negatif. Handoko berusaha mendekatkan diri kepada Tuhan dan berkonsultasi dengan teman-teman lain. “Tapi ya tetap pikir positif aja.. kembali ke niat awal.. dekatkan diri lagi pada Tuhan..Yang buat bisa bertahan ya teman-teman.. supporter, bang Ozy, bang T.. ya semua..Teman-teman memotivasi la.. caranya ya mereka bilang kalo jatuh itu wajar, yang luar biasa kalo jatuh baru bangkit lagi…” Nubuat yang dikatakan Handoko ternyata terjadi. Beberapa minggu kemudian, Handoko kembali masuk rehabilitasi. Baambang, selaku salah satu orang terdekat Handoko menceritakan kejadianya sampai Handoko dimasukkan kembali ke rehabilitasi. Sejak beberapa minggu belakangan, menurut Bambangandoko, terjadi penurunan kinerja dari H dan hal itu ditangkap oleh Ozy, selaku pemimpin di LSM tempat Handoko bekerja, demikian juga oleh Bambang. “Dia dah agak lain kutengok.. Sering lost gitu.. Pernah berantem ama Bang Ozy masalah absensi.. Dia yakin udah dikasihnya ke Bang Ozy, padahal menurut Bang Ozy ga ada.. Sampe bertekak orang itu.. Tapi terakhirnya aku bilang, coba ingat-ingat dulu kejadiannya, dimana kira-kira diletakkin.. Ternyata setelah dipikir-pikirnya kayaknya di dalam laci meja.. Bush.. Benar di dalam laci meja.. Ooh udahlah siap.. Kena semprot la dia ama Bang Ozy..Nah, yang kayak-kayak gitu ga sekali dua kali.. Makanya aku bilang ama dia, jangan main-main kau.. Awas kau kalo kau boong ya.. Trus make lagi.. Dia cuma iya bang iya bang aja..” Universitas Sumatera Utara Setelah peringatan itu, Handoko balik ke rumahnya di akhir pekan. Handoko tinggal di basecamp tetapi biasanya dia juga pulang ke rumah untuk bertemu dengan keluarganya tiap akhir pekan. Pada saat itulah Handoko memakai obat kembali bersama dengan teman lamanya. Handoko memakai ganja dan tidak memakai narkoba dengan jarum suntik. Hal ini diketahui oleh Bambang, dan setelah dipaksa mengaku, Handoko pun mengakuinya. Handoko kemudian diminta masuk kembali direhabilitasi dan Handoko pun mau mencoba kembali. Kami bertemu dengan Ozy, pemimpin LSM ini untuk mengetahui pandangannya terhadap Handoko. Ozy mencoba mengingat perkenalannya pertama kali dengan Handoko. “Dia itu gabung 2012 di rehab.. diam. 2011 aku kenal dia,dia itu 2 kali masuk rehab.. dia ini orangnya.. cukup santun, dan sangking terlalu semangatnya.. dia tidak ikut dengan sistem disini.. sangking ingin menolong orang lain.. kadang-kadang jadi terikut..” Ozy menjelaskan kenapa ia mengajak Handoko terlibat menjadi staf karena pada dasarnya LSM itu adalah tempat para pecandu yang mau berubah dan menolong para pecandu lain untuk berubah. Ozy melihat Handoko punya visi yang sama dan mau belajar. Sebagai mantan pecandu, Ozy mengerti dan mengakui sulitnya pulih dari ketergantungan narkoba. “Menurutku si Handoko ini yang paling sulit diatasi itu adiksinya… kek kami ini..ya adiksilah yang sulit.. Sebenarnya, yang paling sulit itukan adiksi ini..kami punya sugesti kami terhadap narkoba..kek orang bernostalgia,,jadi kami mengingat masa lalu.. lalu kami tersugesti untuk make,,tapi kan kata sugesti itukan bahasa pecandunya itu… tak ada bahasa kedokteran itu, misalnya kalau ada kami masalah.. baik dengan hubungan dengan orang lain.. pekerjaan, yah.. yang diingat itu ya masa- Universitas Sumatera Utara masa dulu makelah.. dengan sendirinya tersugesti untuk makelah.. Sebenarnya bagi pencandu itu lebih berat.. seperti penyakit yang tidak kunjung sembuh.” Ozy sendiri melihat Handoko sebagai orang yang baik dan mudah diarahkan, hanya saja efek dari kecanduannya membuat dia relaps lagi. Walaupun begitu, Ozy merasa kagum dengan kerendahan hati Handoko untuk masuk rehabilitasi lagi. Bagi Ozty, itu langkah yang sangat berani dan patut untuk dihargai. “Si Handoko itu baik orangnya,,kalau dibilangin ya mau,,,tetapi inikan masalah adiksinya,,karena adiksinya jadi kadang bisa bohong..tapi menurutku dia sangat baiklah..tetapi si Handoko ini juga introvert…tapi semua pecandu yang memang bermasalh dengan drugs memang rata-rata introvert, tertutu…karena kalau jujur takut ditegur, dijauhi, dan menghindari konfrontasi” “Kemarin dianya memang ada sugesti untuk make,,tapi dia milih untuk menyerahkan diri dan merendahkan diri,,jarang orang seperti itu..banyak orang sok kuat, sok bisa… padahal parah..” Ozy sendiri menyatakan akan menerima Handoko kembali jika Handoko sudah menyelesaikan rehabilitasinya. Hal ini dilakukannya karena dia yakin Handoko sebenarnya orang baik dan mau belajar. Ozy juga melihat ada motivasi dari dalam diri Handoko sebenarnya dan itu penting untuk bisa berubah. Menurut Ozy bukan rehabilitasi yang akan merubah Handoko tetapi kemauan dari Handoko sendiri untuk mengontrol dirinya sendiri. “Jadi si Handoko ini termasuk orang yang lumayan lho,,dia mau jujur dan rendah hati,,,jarang lho pencandu gini,,kalau orang yang memang orientasinya memang uang ya,,sulit dia akan jujur dan ngaku,,gimana kalau ditutup-tutupin malah makin parah,,jadi ini bentuk kerendahan hati menurutku. Jadi gmana hendra,,,menurutku baik,,,dan semua pecandu memang baik,,karena zat itu berbeda,,secara sosila orang pecandu itu baik” Universitas Sumatera Utara

b.ODHA