Membuka Diri Konsep Diri ODHA dan Komunikasi Interpersonal ODHA

pemakai narkoba. Menurut mereka, faktor sugesti ini dapat ditekan dengan adanya kontrol diri yang kuat yang terlihat melalui usaha pengalihan pikiran dengan berbagai macam aktivitas positif lainnya. Hal ini sesuai dengan pendapat Hasiholan bahwa yang berperan dalam proses pemulihan pecandu narkoba dari keterikatannya adalah diri mereka sendiri, yang tetap dibantu dengan rehabilitasi. “Rehab itu ga’ solusi untuk drugs.. Karena tergantung orangnya. Rehab sebaik apapun, ya tetap tergantung orangnya,,tapi bukan berarti rehab ngk berguna. Tetapi rehab itu membantu karena seingatku aku direhab itu hanya membantuku untuk berproses karena kontrolnya harus ada diriku..” Jika dilihat dari pendapat William D. Brooks dan Philip Emmert Rakhmat, 1992 ada lima tanda orang yang memiliki konsep diri positif yaitu yakin akan kemampuannya mengatasi masalah, merasa setara dengan orang lain, menerima pujian tanpa rasa malu, menyadarai bahwa setiap orang mempunyai berbagai perasaan, keinginan dan perilaku yang tidak seluruhnya disetujui oleh masyarakat, mampu memperbaiki dirinya karena sanggup mengungkapkan aspek dari kepribadiannya yang tidak disenanginya dan berusaha mengubahnya. Orang yang memiliki konsep diri positif akan menjadi komunikan yang terbuka kepada orang lain tembus pandang. Dalam hal ini, Astri memiliki konsep diri yang positif dan Handoko sedang membangun konsep diri yang positif.

5.3.2 Membuka Diri

Pengaruh konsep diri terhadap tingkat keterbukaan dapat diistilahkan dengan self- disclosure Bebee et al, 2008, yang maksudnya adalah secara sengaja memberikan informasi tentang diri kita kepada orang lain, yang tidak mungkin mereka ketahui jika Universitas Sumatera Utara tidak kita ceritakan dan diperoleh dengan komunikasi langsung face to face. Menurut Rakhmat, hubungan antara konsep diri dengan membuka diri dapat dijelaskan dengan Johari Window. Jendela Johari ini terdiri dari empat bagian yaitu bagian diri kita yang diketahui orang lain dan diketahui diri kita terbuka, bagian diri kita yang tidak diketahui orang lain tapi diketahui diri kita tersembunyi, bagian diri kita yang diketahui orang lain tapi tidak diketahui diri kita buta, bagian diri kita yang tidak diketahui orang lain dan tidak diketahui kita tidak dikenal. Dari teori ini didapatkan bahwa makin luas daerah bagian diri kita yang diketahui oleh orang lain, artinya makin terbuka kita pada orang lain, makin akrab hubungan kita dengan orang lain. Jika dikaitkan dengan ODHA, maka teori ini memiliki kelemahan dalam menggambarkan tingkat keterbukaan mereka. Astri memiliki tingkat keintiman dengan anaknya, tetapi ia masih belum dapat memberitahukan statusnya kepada anaknya. Astri berani terbuka tentang statusnya kepada pria yang sedang mendekatinya, walaupun mereka belum terlibat ke dalam kedekatan emosional yang lebih dalam. Ada banyak hal yang mempengaruhi komunikasi Astri dalam aspek keterbukaan tentang status HIV-nya, bukan semata-mata konsep diri. Astri mengaku bahwa dalam membukakan tentang hal ini, ia memiliki banyak pertimbangan, seperti kesiapan orang yang akan mendengar, orang yang akan menjalin hubungan lebih serius dengannya atau untuk kepentingan apa ia membukakan statusnya. Astri tidak membukakan statusnya kepada sembarangan orang tetapi bukan berarti Astri takut Universitas Sumatera Utara terhadap respon orang. Astri lebih memperhatikan dampak keterbukaannya terhadap orang lain tersebut. Berbeda dengan Astri, Handoko memiliki ketakutan status HIV-nya diketahui oleh orang lain selain keluarganya adalah karena dia merasa takut akan diskriminasi dan stigma yang mungkin akan dialaminya. Handoko sendiri pernah merasakan dijauhi walaupun sebenarnya itu hanya asumsinya saja dan ia merasa tidak nyaman dengan hal itu. membukakan status HIV-nya kepada orang-orang tertentu saja. Dasar Handoko membukakan statusnya kepada orang lain adalah tingkat kedewasaan orang tersebut dan kedekatan secara emosional. Selain mengenai HIV-AIDS, Astri juga memiliki sahabat-sahabat tempat ia dapat menceritakan tentang segala sesuatu. Astri menceritakan tentang dirinya, keluarganya, masalah yang timbul di dalam hidupnya, efek obat terhadap kondisi fisiknya dan lainnya. Rika, sahabat Astri bahkan dapat mengetahui saat-saat dimana Astri dapat diajak berkomunikasi atau tidak dalam hubungan mereka. Hal ini karena mereka sudah saling mengenal dan mengerti satu sama lain. Rika, bahkan mengetahui aspek-aspek yang tidak disadari Astri, dan Rika mengingatkan Astri agar lebih menyadari aspek-aspek ini. Hubungan antara Astri dan Rika adalah hubungan yang timbal balik. Karakteristik hubungan Astri dan Rika didasari dengan kepercayaan, keintiman yang semakin tinggi, dan keberanian untuk mengambil risiko. Hal ini sama seperti yang disampaikan oleh Beebe et al 2008 bahwa keterbukaan atau self-disclosure Universitas Sumatera Utara melibatkan kepercayaan, keintiman, risiko, dan adanya peningkatan dari yang kurang personal menjadi semakin personal. Handoko mengakui bahwa ia adalah pribadi yang tertutup tetapi terbuka untuk bergaul dengan siapa saja. Handoko sendiri tidak yakin ada orang yang tahu tentang dirinya sepenuhnya. Ketika kami berbicara kepada orang yang disebut Handoko sebagai orang terdekatnya, ternyata orang tersebut juga tidak terlalu mengetahui permasalahan dalam hidup Handoko karena Handoko menutupinya. Dari informasi ini, maka ditemukan bahwa tingkat keterbukaan Handoko kepada komunitasnya, yang dianggap Handoko seperti keluarga, masih bersifat dangkal. Tingkat keterbukaan seseorang kepada orang lain, dapat juga dipengaruhi oleh budaya Beebe et al, 2008. Pada beberapa suku, berbicara terlalu langsung dan terus terang, malah bernilai negatif dan dihindari, tetapi sebaliknya pada suku yang lain, berbicara langsung dan terbuka adalah hal yang positif. Hal ini harus dimengerti dalam memahami komunikasi interpersonal dari suku atau budaya yang berbeda. Handoko tidak dibesarkan dalam suatu lingkungan keluarga yang memiliki unsur budaya yang kuat. Ibu Handoko berdarah campuran Aceh dan Batak, sedangkan ayah Handoko adalah suku Padang. Handoko dibesarkan secara “nasional” begitu kata ibu Handoko. Maksudnya Handoko tidak dibesarkan dekat dengan salah satu suku tertentu, sehingga sulit untuk melihat kaitan antara hal ini dengan keterbukaan Handoko. Astri adalah suku Jawa dan dibesarkan di lingkungan budaya Jawa. Hal ini tentu mempengaruhi bagaimana keterbukaan Astri dengan orang lain. Astri mengaku Universitas Sumatera Utara bahwa ia adalah pribadi yang terbuka kepada semua orang. Sahabat Astsri mengaitkan hal ini dengan karakteristik suku Jawa yang ada dalam diri Astri, yaitu lebih mementingkan silaturahmi dan sukar untuk menolak permintaan orang lain. Astri sendiri mengakui bahwa di masa awal ia berada di Medan, ia mengalami kesulitan berkomunikasi karena perbedaan budaya tetapi setelah beberapa lama, Astri dapat beradaptasi dan mengikuti budaya yang ada di lingkungannya. Konsep diri Astri sebagai ODHA, sahabat bagi teman-temannya dan juga sebagai suku Jawa mempengaruhi tingkat keterbukaan Astri kepada orang lain. Sedangkan konsep diri Handoko sebagai ODHA dan kepribadiannya yang tertutup membuat Handoko sulit terbuka dengan orang lain.

5.3.3 Percaya Diri Self-confidence