Teratur Minum Obat Orang yang Dihindari atau Dijauhi

e.Teratur Minum Obat

Orang yang terkena HIV-AIDS, sama seperti orang yang terkena penyakit lainnya, membutuhkan dukungan dari orang disekitarnya dalam menghadapi penyakit yang dideritanya, apalagi dengan beban ganda seperti yang telah disinggung sebelumnya. Salah satu dukungan yang diperlukan adalah dukungan agar patuh meminum obat ARV. Hal ini disampaikan oleh Mutiara, yang telah bekerjadi dunia HIV-AIDS sejak tahun 2005, mengatakan bahwa dukungan keluarga sangat berperan penting dalam kepatuhan seorang ODHA meminum obat. Jika keluarganya menerima ODHA maka proses pemulihannyapun akan semakin cepat yang ditunjukkan dengan meminum obat dengan teratur, dan demikian sebaliknya.

f.Tidak Teratur Minum Obat

Ketika seseorang didiagnosa mengidap HIV, maka ia harus menjalani pengobatan ARV seumur hidupnya. ARV diperlukan untuk menekan jumlah virus di dalam darah sehingga jumlah CD4 akan meningkat. Hal ini akan memperlama seorang ODHA jatuh ke tahap AIDS. Mutiara menemukan ada kejenuhan pada orang-orang yang menggunakan terapi ARV. Kejenuhan yang juga berakhir pada keputusasaan dan depresi membuat mereka mencari pengobatan alternatif untuk menyembuhkan HIV dan tidak mengkonsumsi obat lagi. Hal ini terjadi terutama ketika ODHA merasa “down”. “Ada, odha itu ada saat-saat down nya.. misalnya karena pengaruh pengobatan alternatif, jadi mereka cobat dulu tanpa obat.. ada yang putus makan obat karena itu, ada la yang bosan makan obat. Mereka terima status mereka hanya saja jenuh makan obat dan mereka merasa ga ada gunanya lagi karena ga Universitas Sumatera Utara ada keluhan lagi.. orang-orang dengan cd 4 diatas 400 biasanya dah ga ada keluahan lagi.. jadi mereka nyoba untuk ga makan oabt..walaupun kita bilang, mungkin mereka bilang yah kalian ga ngerasakan aku yg ngerasakan.. Tapi setelah 4 bulan berhenti obat, mereka ada keluhan mereka datang lagi.. mereka ngaku mereka salah.. kalo mreka bilang itu uji nyali. Karena bosan biasanya.. bosan biasanya ada unsur putus asanya lah..” Dari pengalaman para informan maka didapati perilaku ODHA dalam kaitannya dengan status mereka sebagai orang yang terinfeksi HIV –AIDS adalah menutupi status, mnegubah perilaku berisiko, memanfaatkan layanan kesehatan, tidak mengubah perilaku berisiko, teratur meminum obat atau tidak teratur meminum obat. Perilaku orang-orang yang terinfeksi HIV-AIDS adalah berbeda-beda tiap-tiap orang. Perilaku ini juga dapat berubah dari waktu ke waktu sesuai dengan situasi yang ODHA alami. Melalui perilaku ini kita dapat mengetahui apa yang ODHA lakukan yang berhubungan dengan tanggapan ODHA terhadap penerimaan lingkungan sosialnya terhadapnya. Secara ringkas perilaku ODHA menurut pengalaman para ahli bidang HIV-AIDS dapat dilihat dalam tabel 4.2. Universitas Sumatera Utara Tabel 4.2 Perilaku ODHA Menurut Pengalaman Para Ahli dalam Bidang HIV-AIDS INFORMAN Menutupi Status Memanfaatkan Layanan Kesehatan Mengubah Perilaku Berisiko Tidak Mengubah Perilaku Berisiko Teratur Minum Obat Tidak teratur Minum Obat Linda T. Maas + - + + - - Gita Kencana + + + + - - Benny Iskandar + + + + - - Mutiara - - - - + + Ket. : + = memberikan pernyataan secara langsung; - = tidak memberikan pernyataan secara langsung Universitas Sumatera Utara

4.1.3 Tanggapan Lingkungan Sosial terhadap ODHA

Tanggapan lingkungan sosial terhadap seseorang akan mempengaruhi bagaimana seseorang itu memandang dirinya sendiri, apakah berharga atau tidak. Orang yang terinfeksi HIV-AIDS memiliki suatu pandangan tersendiri mengenai lingkungan sosial ketika mereka mengetahui bahwa ia terinfeksi HIV-AIDS. Berikut di antaranya:

a.Orang yang Dihindari atau Dijauhi

Menurut Benny, dari pengalamannya, orang dengan HIV-AIDS cenderung menutupi status mereka karena adanya stigma dan diskriminasi dari lingkungan sosialnya. Stigma dan diskriminasi bahkan datang bukan saja dari kalangan awam tapi juga dari kalangan orang-orang yang sudah mengerti tentang HIV-AIDS. Salah satu yang menyebabkan stigma kepada ODHA dalam kalangan aktivis HIV-AIDS adalah infeksi oportunistik IO yang dialami oleh ODHA. “Kalau menurut pendapatku, rata-rata mereka masih menutupi statusnya. Bahkan kalaupun kita sudah dekat ama mereka, mereka tetap menutupi status mereka. Kenapa, karena bukan hanya di masyarakat umum mereka mendapat stigma, bahkan dari orang- orang yang juga bekerja di dunia HIV-AIDS. Yang buat takut itu IO-nya.. misalnya TB nya, kanker kulitnya, kulitnya kan ruam- ruam gitu kan.. rash.., jadi kalo mau shake hand.. gimana gitu..” Pada kenyataannya, orang yang mengalami HIV-AIDS masih mengalami stigma dan diskriminasi. Ketakutan akan dampak stigma tersebut, misalnya kehilangan pekerjaan, kehilangan teman dan lainnya, membuat orang yang terkena HIV-AIDS takut terhadap status HIV-nya dan cenderung menutupi statusnya kepada Universitas Sumatera Utara lingkungannya. Tingkat penerimaan yang masih rendah ini, menurut Linda yang mempengaruhi ODHA dalam menyikapi infeksi HIV-nya: “Tingkat penerimaan orang terhadap HIV kan berbeda. Kalo misalnya orang kena kanker, orang disekitarnya kan akan menunjukkan sikap penuh kasih sayang.. tidak ada yang ketakutan. Tapi ketika dia hiv, walaupaun dia sehat segar, dia belum perlu pake ARV, dia kayak kita, tapi begitu orang tahu dia HIV, semua itu hilang..”

b.Orang yang Diberi StigmaLabel