Selain itu, menurut Ozy, Handoko di keluarga juga tidak memiliki kesempatan untuk berkomunikasi dengan bebas dengan ayahnnya, yang berperan penting dalam
pertumbuhannya sebagai remaja secara psikologis. Hal ini menurut Ozy, yang menyebabkan Handoko menjadi pribadi yang semakin tertutup.
Saat ini, Handoko berusaha menjadi semakin terbuka. Handoko dilatih untuk mengungkapkan apa yang ia pikirkan atau rasakan sepanjang hari itu di dalam
kelompok. Hal ini dilakukannya setiap hari. Menurut Handoko, hal ini sangat menolongnya untuk lebih mengenali dirinya sendiri, apa yang ia rasakan atau
pikirkan. Tetapi Handoko juga belum bisa terbuka sepenuhnya kepada teman- temannya, hanya kepada orang-orang tertentu yang menurutnya lebih dewasa, ia
berani untuk terbuka sepenuhnya kepada mereka. Hal ini menurutnya karena ia percaya kepada orang-orang tersebut.
b.Labil
Handoko melihat dirinya sebagai orang yang labil dalam arti mudah terpengaruh dengan lingkungan dan mudah dipengaruhi oleh mood. Menurut Handoko, hal ini
juga yang menyebabkan awalnya ia bergaul dengan kelompok gengnya dahulu dan mulai menggunakan narkoba. Handoko mengakui saat pertama kali menggunakan
narkoba adalah karena ‘ikut-ikutan’ dengan teman-temannya. Pada saat Handoko masih aktif menggunakan narkoba, efek obat narkoba terhadap
perubahan moodnya membuat Handoko semakin labil. Handoko menyadari itu adalah akibat narkoba terhadap tubuhnya. Handoko menjadi orang yang suka marah dan
meledak-ledak tetapi bisa juga depresi. Efek lain dari narkoba membuat Handoko
Universitas Sumatera Utara
tidak berpikir panjang dalam melakukan tindakan kriminal. Handoko hanya memikirkan bagaimana cara untuk mendapatkan uang agar ia dapat mengkonsumsi
narkoba. Setelah Handoko memutuskan untuk berhenti, ia menyadari ia adalah orang yang
mudah terpengaruh oleh lingkungan. Oleh sebab itu, Handoko memutuskan untuk menghentikan komunikasi dengan teman-teman sesama pecandu dan bergabung di
kelompok yang lebih sehat. Handoko juga menyadari ia masih memerlukan figur dimana ia dapat meniru teladannya. Hal ini karena Handoko kurang mengenali
dirinya sendiri. Sifat Handoko yang labil membuat dirinya terjerumus ke dalam dunia narkoba.
Handoko memerlukan lingkungan yang tepat agar ia dapat bertumbuh menjadi pribadi yang lebih positif. Hal ini ditemukan Handoko di dalam komunitasnya
sekarang dan juga figur para seniornya di komunitasnya saat ini.
c.Mau Belajar
Handoko sebenarnya memiliki keinginan untuk belajar. Ibu Handoko sendiri mengakui bahwa dahulu ketika Handoko masih kecil, ia adalah orang yang rajin dan
kerap menjadi juara di kelasnya. Tetapi ketika Handoko terjerumus ke dunia narkoba, hal ini berubah total.
Saat ini, Handoko mengembangkan keinginannya untuk belajar. Di LSM tempat ia bekerja, Handoko mencoba mengekplorasi kelebihannya. Hal ini diakui oleh Ozy. Ia
menyatakan:
Universitas Sumatera Utara
“Handoko itu punya motivasi yang cukup kuat,,dia punya angan- angan menjadi mantan pecandu yang kuat dan sehat..Kemarin kan
dia mau tanding futsal ke Bandung,dia itu kuat,,lari dia kencang,,dan dia pernah mau lomba ke polandia,,tapi kalah
memang..”
Handoko mengakui bahwa selama ini ia sudah menyia-nyiakan hidupnya dan ia tahu untuk berubah membutuhkan proses yang panjang. Handoko sangat bersyukur
bertemu dengan sahabat-sahabat yang memiliki pengalaman yang sama yang dapat mendukung dia menjadi pribadi yang lebih baik. Handoko sendiri tidak langsung
merasa puas atas hidupnya saat ini. Ia tahu ini masih awal dari perjuangannya. Bagi Handoko hidup yang baik bukan bicara tentang materi atau harta tetapi bagaimana
dapat berguna bagi orang lain. Berikut yang disampaikan Handoko: “Dibilang puas yah, belum puas.. kan kita masih hidup, masih
banyak yang perlu dibenahi.. kalo tingkat kepuasan itu ya masih di tahap sedang-sedang.. dibilang ga puas ga juga.. dibilang puas
belum juga.. yah sedang la.. Hidup yang baik itu yang berguna bagi orang lain. Harta bisa dicari.. dengan membantu orang lain
ada kebahagiaan. Ga munafik la tapi kita emang perlu uang, tapi bukan itu tujuan utama..
Handoko memang memiliki banyak cita-cita yang ingin dicapainya. Handoko tidak segan untuk bermimpi besar supaya memiliki motivasi dalam hidupnya. Handoko
juga belajar untuk menggali potensi-potensi yang selama ini terkubur dalam dirinya. Handoko memiliki banyak hobi seperti menyanyi, berolahraga, dan komputer.
Handoko juga punya keinginan untuk pergi ke luar negeri. “Kelebihan saya.. banyak la.. diam walaupun ga semua nya
ditekuni tapi rata-rata bisa la saya.. kayak olahraga semua bisa, menyanyi, main komputer-komputer
ini bisa, banyak banyak..diam
Universitas Sumatera Utara
Banyak cita-cita sebenarnya, ya namanya pun mimpi ya keinginan, kalo bisa terwujud alhamdulilah ya kan.. diam Tapi bang T
salah satu senior di komunitas udah janji mau bawa aku ke Bali katanya, maraton.. senang la ya kan.. mulai dari yang dekat-dekat
dulu tapi besar kali harapanku ke new york itu.. ntah napa udah terbayang gitu.. bisa gitu..”
Handoko memiliki keinginan belajar juga dimotivasi oleh harapannya untuk menunjukkan bahwa seorang ODHA dapat berprestasi. Hal ini dilakukan Handoko
untuk mengurangi stigma ngeatif terhadap ODHA. Handoko tidak menyadari stigma akan ODHA pasti ada di masyarakat dan melihat itu sebagai hal yang lumrah.
Menurut Handoko, oleh karena itu ODHA harus dapat membuktikan bahwa mereka bukan kaum yang terpinggirkan dari lingkungan sosial melalui prestasinya.
Dimensi internal Handoko adalah pribadi yang tertutup, labil tetapi memiliki kemauan belajar untuk menjadi pribadi yang lebih baik. Secara ringkas dapat
digambarkan dalam bagan berikut:
Gambar 4.2 Dimensi Internal Konsep Diri ODHA: Studi Kasus Handoko 4.3.2 Dimensi Eksternal Handoko
a.Mantan Pecandu Narkoba