Aspek Penularan HIV-AIDS Kelompok rujukan reference group

dunia yang lain dan cara penularan virus yang luas, mengakibatkan HIV-AIDS menjadi epidemi di seluruh dunia.

2.2.3 Aspek Penularan HIV-AIDS

Setelah melalui berbagai penelitian, diketahui bahwa HIV ditularkan melalui kontak seksual, pemaparan darah atau produk darah yang terinfeksi, dan dari ibu ke anak selama masa kehamilan. Tidak semua orang yang berhubungan seksual dapat terkena HIV-AIDS. Dalam Jurnal kesehatan Sexual Transmission of HIV ditemukan bahwa penularan HIV melalui kontak seksual dapat terjadi karena dipengaruhi tiga faktor yaitu faktor host kerentanan dan daya tular dari orang tersebut, faktor lingkungan termasuk sosial, budaya, kebijakan politis setempat, dan faktor agen yaitu tipe virus HIV Royce et al, 1997. Selanjutnya dijelaskannya, faktor biologis yang meningkatkan kerentanan seseorang terinfeksi HIV melalui hubungan seksual adalah bila pada orang yang bersangkutan terdapat infeksi menular di alat kelamin, berhubungan intim dalam kondisi menstruasi atau hamil, terdapat trauma saluran kelamin, serta pemakaian kontrasepsi dalam rahim IUD=Intra Uterine Device. Sedangkan faktor biologis yang meningkatkan daya tular ODHA melalui hubungan seksual adalah kondisi ODHA berada pada stadium lanjut infeksi HIV, infeksi primer HIV, terdapat infeksi menular seksual pada alat kelamin, ODHA berada dalam kondisi menstruasi, dan trauma saluran kelamin. Faktor lingkungan yang berpengaruh terhadap penularan melalui Universitas Sumatera Utara hubungan seksual adalah norma-norma sosial yang mempengaruhi praktek seksual secara anal, vaginal, oral, pola pasangan seksual berganti-ganti atau tetap, dan pilihan metode kontrasepsi. Keberadaan lokasi yang menunjang terjadinya pergantian pasangan seksual seperti lokasi pelacuran, tempat pijat, hotel-hotel juga mempengaruhi aspek penularan HIV-AIDS melalui hubungan seksual. Transfusi darah atau produk darah yang terinfeksi merupakan jalur yang efektif untuk penularan HIV-AIDS. Orang yang membutuhkan trasnfusi darah rutin seperti pada pasien kelainan darah hemofilia, orang yang menggunakan jarum suntik bergantian, para pekerja kesehatan yang berhubungan dengan jarum suntik yang terkontaminasi, memiliki risiko tinggi tertular penyakit ini Jawetz et al, 1995, Baggaley et al, 2005. HIV dapat ditularkan ke anak selama masa kehamilan, proses persalinan, dan saat menyusui. Sejumlah faktor dapat mempengaruhi risiko infeksi, khususnya jumlah virus dari ibu pada saat mengandung bayi Thea et al, 1997. Semakin tinggi jumlah virus dalam tubuh ibu, semakin tinggi pula risiko penularannya. Faktor risiko penularan dari ibu ke anak juga terdapat pada metode persalinan pervaginam dan pemberian air susu ibu Purnaningtyas dan Dewantiningrum, 2011. Pada metode persalinan pervaginam, risiko menularkan virus dari ibu ke anak lebih besar daripada metode persalinan operasi caesar. Penularan dari ibu ke anak melalui pemberian air susu ibu, dapat dipengaruhi oleh jumlah virus yang ada di tubuh ibu, pemakaian ART, dan kondisi payudara si ibu mastitis, abses dan luka di mulut bayi Thea et al, 1997, Purnaningtyas dan Dewantiningrum, 2011. Universitas Sumatera Utara

2.2.4 Aspek Pencegahan HIV-AIDS