Diskriminasi diri juga dapat terjadi dalam bentuk “ingin diistimewakan”. Ada ODHA yang memanfaatkan statusnya sebagai seorang positif HIV untuk mendapatkan
perlakuan khusus dari petugas kesehatan ataupun para pekerja LSM yang membantunya. ODHA memandang dia berhak atau layak untuk menerima bantuan
karena dia ODHA dan kewajibannya adalah untuk tidak menularkan virus kepada orang lain, yang belum tentu juga akan dilakukannya. Pengalaman dengan ODHA
yang memiliki konsep diri seperti ini dialami oleh Gita Kencana. “Ada juga ODHA yang sudah mengetahui tentang fasilitas
layanan tersebut, sudah butuh, tetapi tidak mau untuk mengakses. Ada yang ingin mendapatkan perlakuan istimewa dengan
statusnya, bergantung pada “kebaikan hati” pekerja LSM dan menuntut bermacam hak tanpa juga melakukan kewajiban.”
e.Balas Dendam
Benny Iskandar, yang saat ini juga memegang program LSL di KPA kota Medan, menyatakan bahwa ODHA pada dasarnya adalah manusia biasa yang memiliki sifat
dan pemikiran yang berbeda-beda. Hal yang wajar jika di lapangan ditemukan ada ODHA yang dapat menerima statusnya dan ada yang tidak. Latar belakang penularan
HIV juga berperan dalam penerimaan ODHA terhadap statusnya. Berikut penjelasan dari Benny:
“ODHA itu manusia biasa, punya banyak pemikiran-pemikiran juga, sifatnya juga macam-macam. Aku ngomong gini karena fakta
di lapangan aku emang nemuin kayak gitu.. Misalnya ada odha yang terkena HIV karena dia diperkosa, atau
dapat dari suami yang jahat, dari pacarnya juga ada.. nah, kalo yang seperti itu reaksi mereka ya macam-macam.. ada yang aku
kenal, dia cerita jadinya dia tidurin banyak orang.. Biar aja orang lain kena juga kayak dia.. Ada yang seperti itu..
Universitas Sumatera Utara
Bagi beberapa orang yang terkena infeksi HIV bukan karena perbuatannya sendiri, maka ada rasa kemarahan yang timbul atas hal ini, dan balas dendam adalah hal
berikut yang ingin dilakukannya. Kemarahan ini juga muncul karena tidak ada yang dapat dilakukannya lagi untuk mengubah situasinya. Bentuk pembalasan dendam
yang dapat dilakukan dalam pemikiran mereka adalah membuat semakin banyak orang menjadi sama seperti mereka dengan cara menularkan virus HIV kepada
sebanyak mungkin orang.
f.Kebingungan
Benny Iskandar juga menjelaskan selain ada orang yang ingin balas dendam karena merasakan ketidakadilan, tetapi ada juga reaksi orang yang lebih positif. Hal ini
dimaksudkan oleh Benny adalah untuk para wanita yang mendapat infeksi dari suaminya, dan berada dalam kondisi kebingungan. Tetapi setelah bertemu dengan
para petugas lapangan dan mendapat informasi, maka mereka dapat hidup normal layaknya orang pada umumnya.
“Ada juga ODHA yang lugu-lugu, baik la pokoknya.. kalo yang kayak gitu misalnya dia dapat dari transfusi darah atau dari laki
nya. ODHA yang seperti itu biasanya bingung-bingung awalnya, turs jumpa la dia ama aktivis odha ya kan, didengarkannya la
mereka, baik dia, mau minum obat, tetap diurusnya anaknya, lakinya..”
Hal ini yang juga menurut Gita Kencana, sebagai orang yang lebih mudah”tampil”
karena posisinya adalah sebagai korban dan bukan pelaku dari perilaku berisiko, seperti seks bebas atau narkoba jarum suntik. Berikut menurut Gita:
“ODHA yang tertular dari suami ibu rumah tangga atau melalui transfusi darah akan lebih mudah ‘tampil’ karena di posisi
Universitas Sumatera Utara
‘korban’, dibanding ODHA yang tertular melalui penggunaan Narkoba suntik atau tertular melalui apa yang sering disebut
masyarakat dengan sebutan ‘seks bebas’ sering berganti pasangan, jualbeli seks. “
g.Jenuh