Jenuh Mau Menerima Diri Sendiri

‘korban’, dibanding ODHA yang tertular melalui penggunaan Narkoba suntik atau tertular melalui apa yang sering disebut masyarakat dengan sebutan ‘seks bebas’ sering berganti pasangan, jualbeli seks. “

g.Jenuh

Pada beberapa orang, di dalam diri mereka dapat terjadi suatu kejenuhan atas hidup yang mereka jalani selama ini. Kejenuhan biasanya muncul dari dalam diri dan diperkuat oleh hal-hal yang dilihat dan dialami orang tersebut yang membuat ia sampai pada keputusan untuk berubah. Menurut Benny, hal ini disebut dengan turning point, titik dimana orang tersebut berpikir untuk menata hidupnya kembali. Kenapa bisa gitu, yah ini dah bicara tentang sumber daya manusia kan.. biasanya di tiap-tiap orang ada titik tertenu mereka merasa jenuh dan akhirnya menata ulang hidupnya, walau tak seratus persen juga jadi baik. nah titik ini kan beda-beda tiap orang dan tidak ada yang tahu kapan titik jenuh ini muncul dan ini tidak bisa ditentukan ama kita..Ada juga yang muncul begitu nengok temannya meninggal, baru ngeh jadinya.. Karena siapa yang mau mensholatkan.. gimana, ga ada yang mau mandikan, soalnya kan dah AIDS pas ninggal, dah serem la keliatannya kan.. Jadi ada juga yang nyadar, oh aku nanti gimana kalo gini terus.. yah proses pembelajaranlah sama mereka.. Jadi dari situ ada yang berubah juga, ada juga yang ga.. Hal yang sama juga disampaikan oleh Linda Maas, yang merupakan perintis organisasi intrakampus SAHIVA USU, yang fokus kepada pemberdayaan remaja dan mahasiswa, serta pusat infromasi untuk HIV-AIDS. Linda menjelaskan bahwa secara umum proses yang terjadi dalam diri orang yang mengetahui bahwa dirinya terinfeksi HIV-AIDS. Menurut Linda, setelah melewati berbagai macam reaksi penolakan dalam dirinya maka orang tersebut akan sampai ke satu titik dimana ia menerima Universitas Sumatera Utara semua kenyataan dan melanjutkan hidupnya kembali, berubah atau tidak. Dan hal ini berkaitan erat dengan spiritualitas.

h.Mau Menerima Diri Sendiri

Penerimaan akan status HIV membuat ODHA lebih tenang dan realistis dalam menghadapi kondisinya. Ia akan mencari jalan keluar atas permasalahannya dengan cara mencari informasi dan layanan kesehatan. Ia akan membutuhkan dukungan sosial dari lingkungannya dan dapat menangani konflik-konflik internal dalam dirinya dengan berusaha berpikiran positif. Mereka yang memiliki sikap seperti ini akan mengalami proses pemulihan yang lebih cepat dan dapat mengatasi tantangan- tantangan yang terjadi di kemudian hari, dibandingkan dengan mereka yang tidak mengakui dan menerima kondisinya. Mutiara, menyaksikan bahwa ODHA yang mau menerima dirinya sendiri, akan mengalami proses pemulihan yang lebih cepat dari yang lain. “Kalo dia mau menerima dirinya sendiri biasanya dia lebih cepat pulih. Mereka harus mau menerima masa lalu, melupakan masa lalu biasanya itu yang bisa maju..” Hal yang serupa juga disampaikan oleh Linda. Menurut beliau, kesembuhan itu bukan ditentukan oleh obat yang dimakan tetapi oleh orang itu sendiri. Setiap orang yang optimis dan dapat menerima kondisinya maka ia akan lebih realistis dan mencari jalan untuk memulihkan kondisinya. Hal ini bukan hanya untuk orang yang terinfeksi HIV-AIDS tetapi untuk semua penyakit. “Orang sakit sangat tergantung dengan bagaimana ia memaknai sakit itu. Ada orang yang sakit tetapi karena ia optimis, ia mengangggap dan melihat ya itu tadi konsep dirinya baik, ia Universitas Sumatera Utara menajdi realistis dan ia bisa menerima dirimya. Ketka ia bisa menerima, bukan pasrah dan jadi tolol, tapi menerima, misalnya kalo sakit gue harus makan obat. Jadi sebenarnya ‘curing’ kesembuhan itu lebih banyak ditentukan dari kita daripada obat yang kita makan. Makan antibiotik tapi kalo otaknya cuma marah- marah aja, apa sembuh.. “ Hal yang sama juga diceritakan oleh Gita Kencana, ketika ia menghadapi teman aktivis LSM yang menangani gay dan waria yang pada suatu saatdidiganosa positif mengidap HIV. “Kakak kenal, kita kasi nama Asther ya, seorang waria. sudah lama menjadi petugas lapangan LSM, yang akhirnya memberanikan diri untuk periksa. ketika positif, dia menyampaikan ke kakak, dengan mau nangis, tapi lebih tenang. sampai sekarang dia masih aktif menjadi peer educator. karena sebelum diketahui HIV pun, dia memang orang yang kuat dan punya pribadi. Begitu juga Santo, seorang gay. aktif di LSM, yang ketika berobat ke Malaysia, periksa lab swasta di sana ternyata positif. dia sms kakak, dan karena di sana juga masih di lab swasta yang masih mungkin hasilnya adalah false positif baru diuji 2 reagen, sementara untuk memastikan kita harus pake 3. sms-nya sedih banget. tapi waktu itu kakak minta tenang, karena sebaiknya tes ulang di Indo. Setelah dia di Medan, kita janjian ke Adam Malik, dikonseling lagi, di tes. dan emang positif. Karena memang sudah siap dengan hasil, dia tampak lebih menerima. hanya saja untuk mengakes layanan lain, dia kesulitan dengan biaya. tapi mau berusaha. sekarang sudah tampak lebih sehat. kalau dia dekat sama orang, dia selalu bilang ke kakak. dan bilang kalo dia ga sampe ML making love sama pacarnya atau pake kondom. Mudah-mudahan dia memang sudah menjaga perilakunya.”

i.Menyangkal Diri