Pengaruh Konsep Diri pada Komunikasi Interpersonal

Secara umum, dapat dikatakan bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi konsep diri adalah pengalamannya dengan orang lain baik yang signifikan atau tidak, kelompok atau masyarakat dan juga persepsi individu terhadap dirinya sendiri.

2.1.4 Pengaruh Konsep Diri pada Komunikasi Interpersonal

Walaupun lingkungan mempengaruhi pembentukan konsep diri, konsep diri juga mempengaruhi bagaimana individu berinteraksi dengan lingkungannya. Beberapa pengaruh konsep diri pada komunikasi interpersonal menurut Rakhmat 1992 : 1. Nubuat yang dipenuhi sendiri Konsep diri merupakan faktor yang sangat menentukan dalam komunikasi interpersonal, karena setiap orang bertingkah laku sedapat mungkin sesuai dengan konsep dirinya. Kecenderungan untuk bertingkah laku sesuai dengan konsep diri desebut sebagai nubuat yang dipenuhi sendiri. Bila seseorang berpikir dia bodoh, maka ia akan benar-benar menjadi orang bodoh. Seseorang akan berusaha hidup sesuai dengan label yang dia sendiri lekatkan pada dirinya. Hubungan konsep diri dengan perilaku dapat disimpulkan nasihat atau anjuran untuk berpikiran positif : You don’t think what you are, you are what you think. Sukses berkomunikasi dengan orang lain banyak bergantung pada kualitas konsep diri seseorang, positif atau negatif. Menurut William D. Brooks dan Philip Emmert Rakhmat, 1992 ada lima tanda orang yang memiliki konsep diri negatif yaitu peka pada kritik, responsif terhadap pujian, tidak pandai atau tidak sanggup mengungkapkan penghargaan atau pengakuan kelebihan orang Universitas Sumatera Utara lain atau disebut juga hiperkritis, cenderung merasa tidak disenangi orang lain dan yang terakhir bersikap pesimis terhadap kompetisi yang terungkap dalam keenggenannya untuk bersaing dengan orang lain dalam membuat prestasi. Sebaliknya orang yang memiliki konsep diri positif ditandai dengan lima hal yaitu yakin akan kemampuannya mengatasi masalah, merasa setara dengan orang lain, menerima pujian tanpa rasa malu, menyadarai bahwa setiap orang mempunyai berbagai perasaan, keinginan dan perilaku yang tidak seluruhnya disetujui oleh masyarakat, mampu memperbaiki dirinya karena sanggup mengungkapkan aspek dari kepribadiannya yang tidak disenanginya dan berusaha mengubahnya. Orang yang memiliki konsep diri positif akan menjadi komunikan yang terbuka kepada orang lain tembus pandang. 2. Membuka Diri Pengetahuan akan diri sendiri akan meningkatkan komunikasi dan pada saat yang sama, komunikasi dengan orang lain akan meningkatkan pengetahuan akan diri kita sendiri. Hubungan antara konsep diri dengan membuka diri dapat dijelaskan dengan Johari Window. Rakhmat menambahkan, istilah ini merupakan singkatan dari nama penemu konsep ini yaitu Josepf Luft dan Harry Ingham 1969 . Jendela Johari ini terdiri dari empat bagian yaitu: Bagian diri kita yang: Diketahui orang lain, diketahui diri kita terbuka Bagian diri kita yang: Diketahui orang lain, tidak diketahui diri kita buta Universitas Sumatera Utara Bagian diri kita yang: Tidak diketahui orang lain, diketahui diri kita tersembunyi Bagian diri kita yang: Tidak diketahui orang lain, tidak diketahui kita tidak dikenal Gambar 2.2 Jendela Johari Sumber : Rakhmat, 1992 Makin luas daerah bagian diri kita yang diketahui oleh orang lain, artinya makin terbuka kita pada orang lain, makin akrab hubungan kita dengan orang lain. Demikian juga sebaliknya, makin baik kita mengetahui orang lain, makin akrab hubungan kita dengannya dan makin lebar daerah terbuka jendela kita. 3.Percaya Diri Self-confidence Keinginan menutup diri, selain karena konsep diri yang negatif timbul dari kurangnya kepercayaan kepada kemampuan sendiri. Orang yang kurang percaya diri akan cenderung sedapat mungkin menghindari situasi komunikasi. Hal ini disebut juga communication apprehension. 4.Selektivitas Konsep diri mempengaruhi perilaku komunikasi kita karena konsep diri mempengaruhi keterbukaan kita terhadap suatu pesan, bagaimana kita mempersepsi pesan itu dan apa yang kita ingat. Ini yang dinamakan terpaan selektif yaitu kita hanya membuka diri kepada hal-hal yang berkaitan dengan konsep diri kita, persepsi selektif yaitu kita merespon terhadap hal-hal yang Universitas Sumatera Utara sesuai dengan konsep diri kita, dan ingatan selektif yaitu ingatan kita hanya terbatas untuk hal-hal yang berhubungan degnan konsep diri kita. 2.1.5Mengubah Konsep Diri Menurut Calhoun dan Acocella 1995 konsep diri dapat diubah dengan cara: 1 Menetapkan tujuan Langkah pertama adalah menetapkan tujuan yakni tujuan yang bebas dari julukan negatif, perfeksionisme, konvensionalitas berlebihan dan kekhawatiran berlebihan mengenai pengakuan orang lain. 2 Mendapatkan informasi yang baru Langkah selanjutnya dalam mengubah julukan diri yang negatif adalah dengan mencari informasi baru tentang diri anda dengan cara mengumpulkan informasi dari orang lain tentang penampilan, kecerdasan, atau apapun yang berhubungan dengan tiitik kelemahan anda, dan mengamati orang lain ketika bereaksi terhadap anda. Kesemua hal ini akan menolong untuk membentuk konsep diri yang lebih baik. 3 Restrukturisasi kognitif : wacana-diri baru Pengumpulan informasi baru tentang bagian-bagian diri anda yang tidak anda sukai akan mempersiapkan anda untuk mengambil langkah akhir dalam mengubah konsep diri anda yaitu restrukturisasi kognisi atau merubah wacana diri anda. Konsep diri, persepsi dan tindakan kita berada dalam satu sirkuler yang diperantarai oleh wacana diri kita. Wacana diri merupakan rangkaian kalimat yang telah kita internalisasikan selama pengalaman masa lalu kita. Dengan mengucapkan kalimat-kalimat baru kepada diri kita sendiri, kita memulai suatu pengalaman baru. Prosedurnya sebagai Universitas Sumatera Utara berikut: Mendengarkan wacana diri – Wacana Balik menjawabnya – Beraksi terhadap wacana diri – Hasil. 2.2 Konsep HIV-AIDS 2.2.1 Definisi HIV-AIDS HIV adalah singkatan dari Human Immnodefficiency Virus, sedangkan AIDS adalah singkatan dari Acquired Immune Deficiency Syndrome. Menurut para ahli, ketika HIV masuk ke dalam tubuh seseorang, maka virus ini akan merusak sistem kekebalan tubuh dan menyebabkan tubuh penderita mudah diserang penyakit lain yang akan berakibat fatal atau disebut juga infeksi opurtunistik. Kondisi inilah yang dimaksudkan sebagai AIDS. Dengan kata lain, AIDS adalah kumpulan gejala-gejala akibat penurunan kekebalan tubuh yang didapat bukan diturunkan. Para ahli meneliti bahwa jangka waktu antara infeksi primer HIV dengan penampakan gejala klinis yang pertama biasanya cukup lama pada orang dewasa, yaitu sekitar 10 tahun dan kematian biasanya terjadi 2 tahun kemudian Jawetz et al, 1995. Gejala dan tanda klinis dari infeksi HIV sangat banyak dan bervariasi. Menurut WHO 2005, perjalanan infeksi HIV dapat dibagi dalam empat stadium, walaupun tidak semua stadium didapati di tiap orang yang terkena infeksi HIV. Tabel 2.1 Stadium WHO untuk Penyakit HIV-AIDS pada Orang Dewasa dan Remaja Stadium Klinis 1 Tanpa gejala asimtomatis Limfadenopati generalisata persisten Universitas Sumatera Utara Stadium Klinis 2 Kehilangan berat badan yang sedang tanpa alasan 10 berat badan diperkirakan atau diukur Infeksi saluran napas bagian atas yang berulang sinusitis, tonsilitis, ototis media dan faringitis Herpes zoster Kheilitis angularis Ulkus di mulut yang berulang Erupsi papular pruritis Dermatitis seboroik Infeksi jamur di kuku Stadium Klinis 3 Kehilangan berat badan yang parah tanpa alasan 10 berat badan diperkirakan atau diukur Diare kronis tanpa alasan yang berlangsung lebih dari 1 bulan Demam berkepanjangan tanpa alasan di atas 37,5°C, sementara atau terus- menerus, lebih dari 1 bulan Kandidiasis mulut berkepanjangan Oral hairy leukoplakia Tuberkulosis paru Infeksi bakteri yang berat mis. pneumonia, empiema, piomiositis, infeksi tulang atau sendi, meningitis atau bakteremia Stomatitis, ginggivitis atau periodontitis nekrotis berulkus yang akut Anemia 8gdl, neutropenia 0,5 × 109l danatau trombositopenia kronis 50 × 109l tanpa alasan Stadium Klinis 4 Sindrom wasting HIV Pneumonia Pneumocystis Pneumonia bakteri parah yang berulang Infeksi herpes simpleks kronis orolabial, kelamin, atau rektumanus lebih dari satu bulan Kandidiasis esofagus atau kandidiasis pada trakea, bronkus atau paru Tuberkulosis di luar paru Sarkoma Kaposi KS Infeksi sitomegalovirus retinitis atau infeksi organ lain Toksoplasmosis sistem saraf pusat Tabel 2.1 Lanjutan Ensefalopati HIV Kriptokokosis di luar paru termasuk meningitis Infeksi mikobakteri non-TB diseminata Progressive multifocal leukoencephalopathy PML Universitas Sumatera Utara Kriptosporidiosis kronis Isosporiasis kronis Mikosis diseminata histoplasmosis atau kokidiomikosis di luar paru Septikemia yang berulang termasuk Salmonela nontifoid Limfoma serebral atau non-Hodgkin sel-B Karsinoma leher rahim invasif Leishmaniasis diseminata atipikal Nefropati bergejala terkait HIV atau kardiomiopati bergejala terkait HIV Sumber : INTERIM WHO Clinical Staging of HIV-AIDS and HIV-AIDS Case Definitions for Surveillance, 2005

2.2.2 Sejarah HIV-AIDS