306 dalam; meningkatnya run off laju air pada permuakaan tanah hutan
yang menyebabkan air akan segera sampai apda titik terendah, yang berakibat banjir, Tanah akan kehilangan kesuburannya, disebabkan erosi
tanah; berkurangnya kawasan hutan di Indonesia yang merupakan hutan tropis yang harus dijaga dan dipelihara sebagai paru – paru dunia yang
ditetapkan dalam konferensi Kyoto Jepang; b.
Bahwa kaibat perbuatan terdakwa Negara kehilangan manfaat, seperti kehilangan PSDH DR , serta hilangnya tegakan;
c. Bahwa terdakwa selama persidangan terlihat merasa tidak bersalah;
Hal – hal yang meringankan ;
a. Terdakwa tetap membayar PBB;
b. Terdakwa telah bersikap tertib dan kooperatif dalam persidangan;
c. Terdakwa telah berusia tua;
f. Amar Putusan Pengadilan Negeri.
64
64
Ibid.Hal. 462.
Adapun hasil putusan yang dijatuhkan oleh Majelis Hakim Pengadilan Negeri Jakarta Pusat terhadap terdakwa Darianus Lungguk Sitorus antara lain :
1. Menyatakan bahwa Terdakwa : Darianus Lungguk Sitorus tersebut, telah terbukti secara sah dan meyakinkan bersalah : Melakukan Tindak Pidana
mengerjakan dan menggunakan kawasan hutan secara tidak sah yang dilakukan secara bersama-sama dan berlanjut;
Universitas Sumatera Utara
307 2. Menjatuhkan pidana terhadap Terdakwa oleh karena itu dengan pidana penjara
selama 8 delapan tahun. 3. Menjatuhkan pula pidana denda sebesar Rp.5.000.000.000,- lima milyar
rupiah dengan ketentuan apabila denda tersebut tidak dibayar akan diganti dengan pidana kurungan selama 6 enam bulan kurungan.
4. Menetapkan lamanya masa tahanan yang telah dijalani oleh Terdakwa dikurangkan seluruhnya dari pidana yang dijatuhkan.
5. Memerintahkan barang bukti berupa dokumen yang tercantum dalam daftar barang bukti yang terlampir dalam daftar barang bukti pada point C diatas
Dirampas untuk negara, dalam hal ini Departemen Kehutanan. 6. Menyatakan Terdakwa tetap berada dalam tahanan.
6. Menghukum Terdakwa untuk membayar biaya perkara sebesar Rp.5.000,-
lima ribu rupiah.
f. Putusan Mahkamah Agung No.2642KPid.B2006. 1. Pertimbangan – Pertimbangan Hukum.
Mengingat akan akta tentang permohonan kasasi No. 49ABPid2006 PN.Jkt.Pst yang dibuat oleh Panitera pada Pengadilan Negeri Jakarta Pusat yang
menerangkan bahwa , pada tanggal 13 Oktober 2006 Jaksa Penuntut Umum pada Kejaksaan Negeri Jakarta Pusat telah mengajukan permohonan kasasi terhadpa
putusan Pengadilan Negeri Jakarta Pusat No.481KPid.B2006 tersebut dan Memperhatikan memori kasasi tertanggal 19 Oktober 2006 dengan Jaksa Pernuntu
Umum sebagai Pemohon Kasasi yang diterima di kepaniteraan Pengadilan Negeri Jakarta Pusat pada tanggal 19 Oktober 2006, bahwa putusan Pengadilan Tinggi
Universitas Sumatera Utara
308 Jakarta Pusat tersebut telah diberitahukan kepada Terdakwa pada tanggal 13
Oktober 2006 dan JPU mengajukan permohonan kasasi pada tanggal 13 Oktober 2006 serta memori kasasinya telah diterima di kepaniteraan Pengadilan Negeri
Jakarta Pusat Pada tanggal 19 Oktober 2006 dengan demikian permohonan kasasi beserta dengan alasan – alasannya telah diajukan dalam tenggang waktu dan
dengan cara menurut undang – undang, oleh karena itu permohonan kasasi tersebut dapat diterima. Alasan – alasan yang diajukan oleh Permohonan Kasasi
JPU pada pokoknya adalah sebagai berikut : 1.
Putusan Majelis Hakim Banding keliru menyatakan “ Surat Dakwaan Penuntut Umum register perkara No. PDS-01JKT.PST032006 tanggal
06 maret 2006 tidak dapat diterima “ adalah termasuk dalam ruang lingkup Eksepsi sebagaimana dimaksud dalam pasal 156 KUHAP. Apabila Majelis
Hakim Banding mempermasalahkan “Surat Dakwaan Penuntut Umum”, maka hal itu seharusnya dieprtimbangkan dalam memeriksa permohonan
perlawanan terhadap Putusan Sela Pengadilan Negeri Jakarta Pusat yang telah menyatakan Surat Dakwaan Penuntut Umum telah memenuhi syarat
formil dan materiil, dan seharusnya hal itu dituangkan dalam bentuk penetapan. vide Pasal 158 Ayat 4 dan ayat 5 huruf a KUHAP .
Sehinga dengan demikian kewenangan Majelis Hakim telah melampaui batas wewenangnya.
2. Putusan Majelis Hakim Banding menyatakan “ Surat Dakwaan Penuntut
Umum register perkara No. PDS-01JKT.PST032006 tanggal 06 maret 2006 tidak dapat diterima
“. Padahal Pengadilan Neeri Jakarta Pusat telah menjatuhkan putusan mengenai pokok perkara sesuai putusan
Universitas Sumatera Utara
309 No.481kPid.B2006 PN.Jkt.Pst tanggal 28 Juli 2006. Sehingga dengan
demikian Majelis Hakim Banding tidak menerapkan atua menerapkan peraturan hukum tidak sebagaimana mestinya.
3. Putusan Majelis Hakim Banding menyatakan “ Surat Dakwaan Penuntut
Umum register perkara No. PDS-01JKT.PST032006 tanggal 06 maret 2006 tidak dapat diterima
“. Dengan alasan terdapat perselisihan persengketaan hak. Bahwa dengan pertimbangan demikian , seharusnya
Majelis Hakim Banding memberi putusan lepas dari segala tuntutan hukum vide Pasal 191 ayat 2 . Sehingga dengan demikian Majelis
Hakim Banding tidak menerapkan atua menerapkan peraturan hukum tidak sebagaimana mestinya.
4. Majelis Hakim Banding yang berkesimpulan terdapat perselisihan
persengketaan hak adalah keliru karena hutan negara kawasan Padang Lawas adalah hutan Negara yang diperuntukkan sebagai hutan tetap dan
berfungsi sebagai hutan produksi, berdasarkan : 1. Gouverment Besluit GB No.501942 tanggal 25 Juni 1924;
2. Berita Acara penyerahan tanah Kawasan Hutan Padanga Lawas dan masyarakat kepada Gubernur :
a. tertanggal 20 Maret 1981 seluas 12.000 Ha;
b. tertanggal 26 Mei 1981 seluas 10.000 Ha;
c. tertanggal 6 Juni 1981 seluas 8.000 Ha;
3. Keputusan Menteri Kehutanan No.923KptsUm121982 tanggal 2 Desember 1982 tentang penunjukkan asal hutan di wilayah Propinsi
Dati I Sumatera Utara Tata Guna Hutan Kesepakatan TGHTK ;
Universitas Sumatera Utara
310 4. Peraturan Daerah Provinsi Sumatera Utara Nomor 7 Tahun 2003
tentang Rencana Tata Ruang Wilayah provinsi Sumatera Utara tahun 2003 – 2018;
5. Peraturan Daerah Kabupaten Tapanuli Selatan Nomr 14 Tahun 1998 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah KAbupaten Daerah Tingkat I
Tapanuli Selatan; Sehingga dengan demikian Majelis Hakim Banding tidak menerapkan atau
menerapkan peraturan hukum tidak sebagaimana mestinya. 5.
Bahwa Majelis Hakim Banding yang berkesimpulan terdapat perselisihan persengketaan hak dengan alasan “ bahwa untuk membuktikan suatu areal
adalah kawasan hutan wilayah tertentu yang ditunjuk atau ditetapkan oleh Pemerintah untuk dipertahankan keberadaannya sebagai hutan tetap
antara lain yaitu perlu mempertimbangkan ketentuan tercan tum dalam Bab Bagian ketiga Undang – Undang RI No.41 Tahun 1999 menyebutkan
bahwa pengukuhan kawasan hutan dilakukan melalui : a.
penunjukan kawasan hutan; b.
penetapan batas kawasan hutan; c.
penataan batas kawasan hutan; d.
penetapan kawasan hutan; adalah keliru sebab dalam pasal tersebut dan pasal – pasal lainnya dalam
undang – undang No.41 Tahun 1999 tentang Kehutanan serta dalam perundang – undangan lainnya tidak ada yang mengatakan bahwa apabila
proses pengukuhan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 15 Undang – Undang Kehutanan No. 41 Tahun 1999 belum dilaksanakan , maka suatu
Universitas Sumatera Utara
311 kawasan dalam kenyataannya sebagai hutan menjadi bukan kawasan
hutan. Sehingga dengan demikian Majelis Hakim Banding telah salah atau lali dalam acara vornverzium , yaitu telah melampaui batas
wewenangnya. 6.
Bahwa Majelis Hakim Banding yang berkesimpulan terdapat perselisihan persengketaan hak dengan pertimbangan terdakwa mengemukakan bahwa
areal kebun kelapa sawitny di Padang Lawas seluas +
tanah seluas 80.000 ha yang berada di kawasan hutan Negara Padang Lawas yang dikuasai oleh terdakwa DARIANUS LUNGGUK SITORUS
bukan tanah ulayat, karena: 1. Tidak ada Peraturan Daerah yang menetapkannya menjadi tanah
ulayat sebagaimana diisyaratkan dalam ketentuan UU No.5 Tahun 1967 maupun UU No.41 Tahun 1999 .
2. Tidak termasuk dalam kategori tanah ulayat sebagaimana diisyaratkan dalam ketentuan :
80.000 Ha, semua adalah tanah adat tanah ulayat, yang diserahkan oleh Tokoh Raja Adat
kepadanya melalui akta Notaris Setyawati,SH, masig – masing No. : 65I1998 tanggal 3 Januari 1998 dan No : 186I19987 tanggal 23 April
1998 , kemudian tanah adat ulayat tersebut oleh terdakwa diserahkan kepada Koperasi Perkebunan Kelapa Sawit Bukit Harapan Akta Notaris
Setyawati,SH No.: 323I1998 tangal 30 September 1998 oleh KPKS Bukit Harapan ditanami kelapa sawit dengan dana dari terdakwa selaku
Bapak Angkat Sistem PIR adalah keliru karena :
Universitas Sumatera Utara
312 1
Pasal 2 Ayat 2 Peraturan Menteri Agraria Kepala Badan Pertanahan Nasional No. 5 Tahun 1999 tanggal 24 Juni 1999
tentang Pedoman Penyelesaian masalah hak Ulayat Masyarakat Hukum Adat , mengatakan :
2 Hak ulayat sekelompok orang yang masih ada apabila :
a. terdapat sekelompok orang yang masih merasa terikat oleh
tatanan hukum adatnya sebagai warga bersama suatu persekutuan hukum tertentu, yang mengakui dan
menerapkan ketentuan – ketentuan persekutuan tersebut dalam kehidupannya sehari – hari;
b. terdapat tanah ulayat tertentu yang menjadi lingkungan
hidup para warga persekutuan hukum tersebut dan tempatnya mengambil keperluan hidupnya sehari – hari ;
c. terdapat tatanan hukum adat mengenai pengurusan
pengusaan dan penggunaan tanah ulayat yang berlaku dan ditaati oleh warga persekutuan hukum tersebut.
d. Pasal 5 ayat 1 Peraturan Menteri Agraria Kepala
Pertanahan Nasional No. 5 Tahun 1999 tanggal 24 Juni 1999 tentang Pedoman Penyelesaian Masalah Hak Ulayat
Masyarakat Hukum Adat, menyatakan : e.
Penelitian dan penentuan masih ada nya hak ulayat sebagaimana dimaksud dalam pasal 2 dilakukan oleh
Pemerintah Daerah dengan mengikut sertakan para pakar hukum adat, masyarakat hukum adat yang ada di daerah
Universitas Sumatera Utara
313 yang bersangkutan, lembaga swadaya masyarakat dan
instansi – instansi yang mengelola sumber daya alam. f.
Pasal 6 Peraturan Menteri Agraria Kepala Badan Pertanahan nasional No.5 Tahun 1999 tanggal 24 Juni 1999
tentang Pedoman Penyelesaian Masalah Hak Ulayat Masyarakat hukum adat , menyatakan :
g. Ketentuan lebih lanjut mengenai pelaksanaan pasal 5 diatur
dengan Peraturan Daerah yang bersangkutan. vide tuntutan umum Hal. 173 179 .
h. Seluruh kawasan hutan Padang Lawas dilarang untuk
diperjualbelikan atau dihibahkan atau dipindahtangankan dalam bentuk apapun sesuai dengan ketentuan :
i. Surat Gubernur Sumatera Utara No: 59315634 tanggal 27
Juli 1984 perihal Pencabutan wewenang Kepala Kecamatan untuk memberikan izin membuka tanah yang ditujukan
kepada bUpati Walikotamadya Kepala Daerah tingkat II di Seluruh Sumatera Utara yang pada pokoknya menyatakan “
agar para camatKepala Camat tidak lagi memberikan izin membuka tanah dalam bentuk apapun”.
j. Surat Bupati Tapanuli Selatan sesuai Nomor : 5912962
tanggal 18 Mei 1987 ditujukan kepada Camat Kepala Wilayah Seluruh Kabupaten Tapanuli Selatan dan para
Lurah Kepala Desa se Kabupaten Tapsel, yang pada intinya Camat, Kepala Daerah dan pengetua adat hatobangon
Universitas Sumatera Utara
314 dilarang melaksanakan jual beli ganti rugi tanah adat
kepada orang lain yang bukan bedomisili di desa letak tanah tersebut dan bukan masyarakat adat daerah yang
bersangkutan. Camat dan para Kepala Desa tidak dibenarkan memutasikan tanah, membuat keterngan dan melegalisir
semua transaksi tanah adat yang statusnya belum jelas dan tidak melalui prosedur yang berlaku.
k. Pembebasan tanah masyarakat oleh perusahaan, instransi dan
perorangan mellaui pemberian uang pago – pago harus seizing dan sepengetahuan Gubernur Kepala Daerah Tingakt
I Sumatera Utara Cq.Bupati Kepala Daerah tingkat II Tapsel sesuai dengan prosedur dan ketentuan yang berlaku.
Berdasarkan fakta yang terungkap dipersidangan ternyata diatas kawasan hutan negara kawasan hutan Padang Lawas pernah diterbitkan hak Pengelolaaan
Hutan HPH oleh pemerintah Cq.Menteri Kehutanan kepada PT.Barakas dan PT.Goodwin da terakhir PT.Inhutani IV. Sehingga dengan demikian Majelis
Hakim Banding telah salah atau lalai dalam acara vornverzium , yaitu telah melampaui batas wewenangnya.
7. Bahwa Majelis Hakim banding yang berkesimpulan terdapt perselisihan persengketaan hak dengan pertimbangan adanya “ gugatan KPKS Bukit
Harapan melawan Menteri Kehutanan RI , tentang pembatalan Surat Menteri Kehutanan Nomor : 419Menhut-II2004 tanggal 13 Oktober
2004, yang mencabut izin prinsip yang telah diberikan dalam surat Nomor : 1680Menhut-II2002 tangal 26 September 2002, dikabulkan
Universitas Sumatera Utara
315 dan Pengadilan Tata Usaha Negara Jakarta Pusat PTUN dalam
putusannya Nomor : 12G2006PTUN Jkt. Tanggal 12 Juli 2006 , bahwa perkara Nomor ; 21G2006PTUN Jkt dimaksud sat ini dalam
proses banding : a.
Putusan Pengadilan Tata Usaha Negara PTUN Nomor : Nomor : 12G2006PTUN Jkt. Tanggal 12 Juli 2006 belum
berkekuatan hukum tetap, sehingga tidak dapat dijadikan dasar pertimbangan.
b. Apapun keputusan PTUN dalam gugatan KPKS Bukit Harapan
melawan Menteri Kehutanan RI, kawasan hutan Padang Lawas adalah tetap tidak berubah sebagai hutan negara, sebab yang
mempermasalahkan dalam gugatan tersebut adalah menyangkut surat yang dikeluarkan oleh Irjen Dephut dengan nomor :
1680Menhut-III2002 tanggal 26 September 2002 atas permohonan Jonggi Sitorus selaku Ketua KPKS Bukit Harapan
untuk memohon Izin Usaha Pemanfataan Hasil Hutan Bukan Kayu IUPHHBK bukan merubah fungsi kawasan hutan
menjadi areal perkebunan kelapa sawit. c.
Surat Irjen Dephut Nomor : 1680Menhut-III2002 tanggal 26 September 2002 tersebut IUPHHBK masih harus ditindak lanjuti
oleh Bupati Kabupaten Tapanuli Selatan . namun hingga saai ini izin dimaksud tidak pernah ada. Gugatan KPKS Bukit Harapan
melawan Menteri Kehutanan Republik Indonesia hanya menyangkut obyek kawasan hutan seluas + 23.000 Ha hutan
Universitas Sumatera Utara
316 menjadi areal perkebunan kelapa sawit tanpa izin pemerintah.
Menteri Kehutanan sudah mencakup kawasn hutan Negara Padang Lawas seluas + 80.000 Ha termasuk di dalamnya areal
perkebunan kelapa sawit seluas + 24.000 Ha yang dikelola terdakwa bersama KUD Parsub . Sehingga dengan demikian
Majelis Hakim Banding telah salah atau lalai dalam acara vornverzium
, yaitu telah melampaui batas wewenangnya. 8.
dalam putusan Majelis Hakim Banding, “memerintahkan agar terdakwa segera dikeluarkan dari tahanan, dengan surat dakwaan tidak dapat
diterima “ padahal untuk mengeluarkan terdakwa daei tahanan seharusnya
didasarkan pada Putusan Bebas atau Putusan Lepas dari Segala tuntutan hukum, sebagaimana dimaksud dalam ketentuan Pasal 19 Jo.pasal 192
ayat 1 KUHAP. Sehingga dengan demikian Majelis Hakim Banding telah salah atau lalai dalam acara vornverzium , yaitu telah melampaui
batas wewenangnya. 9.
Bahwa Majelis Hakim Banding dalam putusannya “ memerintahkan untuk mengembalikan barang bukti pada keadaan sebelum dilakukan penyitaan
keada pihak darimana barang bukti tersebut disita dengan alasan Surat Dakwaan tidak dapat diterima“,
padahal untuk mengembalikan barang bukti seharusnya didasarkan pada Putusan Bebas atau Putusan Lepas dari
Segala tuntutan hukum, sebagaimana dimaksud dalam ketentuan.pasal 192 KUHAP . Sehingga dengan demikian Majelis Hakim Banding telah salah
atau lalai dalam acara vornverzium , yaitu telah melampaui batas wewenangnya.
Universitas Sumatera Utara
317 Menimbang, bahwa terhadap alasan – alasan yang diajukan oleh pemohon
kasasi JPU tersebut , Mahkamah Agung pada pokoknya berpendapat sebagai berikut :
Mengenai keberatan – keberatan Ad.1 ,Ad.2 , dan Ad.3 :
Bahwa keberatan – keberatan tersebut dapat dibenarka judex factie Pengadilan Tinggi telah salah menerapkan hukum berdasarkan alasan – alasan berikut :
1. bahwa walaupun undang – undang tidak menjelaskan pengertian apa yang
dimaksud dengan “ dakwaan tidak dapat diterima “ , tidak menjelaskan apa yang dijadikan dasar untuk menyatakan bahwa dakwaan tidak dapat
diterima , tetapi pengertian yang umum diberikan adalah apabila dakwaan yang diajukan mengandung “cacat formil “ atau mengandung “
kekeliruan beracara error in procedure ” , dalam hal ini caat mengenai
orang yang didakwa, keliru menyusun atau bentuk surat dakwaan yang diajukan oleh JPU .
bahwa berdasarkan criteria dalam butir 1 tersebut, Mahkamah Agung berpendapat bahwa dakwaan – dakwaan yang diajukan oleh Penuntut
Umum tidak mengandung “cacat formil “atau mengandung “ kekeliruan beracara error in procedure ”
dan telah memenuhi syarat formil dan meteriil surat dakwaan sebagaimana ditentukan oleh pasal 143 ayat 2
KUHAP , berdasarkan alasan – alasan : a.
Bahwa tindak pidana yang didakwaan tidak bergantung dari tindak pidana yang sedang dalam pemeriksaan di Pengadilan Negeri
lainnya.
Universitas Sumatera Utara
318 b.
Bahwa orqang yang diajukan sebagai terdakwa adalah pelaku tindak pidana yang sebanarnya, sehingga In Casu pada dakwaan
tidak terkandung cacat atau kekeliruan “ error in persona “. c.
Bahwa dakwaan memuat tanggal dan tanda tangan, menyebut secara lengakap identitas terdakwa, menyebut locus delicti dan
tempus delicti, serta dengan cermat, jelas dan lengkap menguraikan tindak pidana yang didakwakan, dalam dengan pengertian dalam
dakwaan telah tercantum. c.1 semua delik yang dirumuskan dalam pasal pidana yang
didakwakan secara cermat disebutka satu per satu. c.2. “cara” tindak pidana dilakukan telah disebut dengan caermat ,
lengkap dan jelas, sehingga tidak akan merugikan kepentingan terdakwa dalam membela diri.
Mengenai keberatan – keberatan Ad.4 ,Ad.5 , dan Ad.6 :
bahwa keberatan – keberatan ini dapat dibenarkan judrx factie Pengadilan Tinggi telah salah menerpakan hukum, berdasarkan alasan – alasan sebagai
berikut : 1.
bahwa pasal 4 ayat 1 Undang – Undang nomor 41 Tahun 1999 menentukan “ semua hutan di dalam wilayah Republik Indonesia termasuk
kekayaan alam yang terkandung di dalamnya dikuasai oleh Negara untuk sebesar – besar kemakmuran rakyat”.
Sedangkan ayat 2-nya menentukan “ pengusaan hutan oleh negara sebagaimana dimaksud pada ayat 1,
memberi wewenang kepada pemerintah untuk :
Universitas Sumatera Utara
319 a.
mengatur dan mengurus segala sesuatu yang berkaitan dengan hutan, kawasan hutan dan hasil hutan.
b. Menetapkan status wilayah tertentu sebagai kawasan hutan.
c. Mengatur dan mentapakan hubungan hukum antara orang dengan
hutan, serta mengatur perbuatan – perbuatan hukum mengenai kehutanan, dan ayat 3 dari pasal 4 tersebut menentukan pengusaan
hutan oleh Negara tetap memperhatikan hak masyarakat hukum adalah sepanjang kenyatannya masih ada dan diakui
keberadaannya, serta tidak bertentangan dengan kepentingan Natural.Bahwa dalam pasal 19 ayat 1 UU No. 41 Tahun 1999
menentukan “ perubahan peruntukan dan fungsi kawasan hutan ditetapkan oleh pemerintah dengan didasarkan pada hasil
penelitian terpadu ”.
2. Berdasarkan pasal 4 dan pasal 19 ayta 1 UU No. . 41 Tahun 1999 dapat disimpulkan bahwa untuk menetpakan status wilayah tertentu sebagai
kawasan hutan atau kawasan hutan sebagai kawasan bukan hutan , mengatur dan menetapkan hubungan – hubungan hukum antara orang
dengan hutan, mengatur perbaikan – perbaikan hukum mengenai kekuatan , perubahan peruntukan dan fungsi hutan harus melalui adanya penetapan
dari pemerintah, sehingga In casu apabila ada pernyataan “ keseluruhan Padang Lawas
“ bukan tanah Negara, atau ada perubahan fungsinya, harus dibuktikan oleh adanya penetapan Pemerintah :
3. Berdasarkan keterangan – keterangan saksi – saksi dari Dinas Kehutanan dan pemerintah daerah Tapanuli Selatan, dan dari alat – alat bukti berupa
Universitas Sumatera Utara
320 surat penunjukan kawasan hutan Register Padang Lawas seperti yang
tercantum dalam putusan Pengadilan Negeri Jakarta Pusat, maka telah terbukti bahwa Padang Lawas masih merupakn hutan yang dikuasai oleh
Pemerintah secar yuridis belum dirubah peruntukan dan fungsinya. Sehingga In casu menurut pendapat Mahkamah Agung tidak beralasan untuk
dipersengketakan lagi mengenai status Padang Lawas sebagai kawasan hutan produksi yang masih dikuasai oleh Negara.
Mengenai Keberatan Ad.7 :
Bahwa keberatan ini dapat dibernakan, judex factie Pengadilan Tinggi telah salah menerapkan hukum karena berdasarkan Pasal 53 Ayat 1 UU No.9
Tahun 2004 wewenang PTUN hanya berwenag untuk menyatakan batal atau tidak sah suatu keputusan Tata Usaha Negara, dan keputusan aquo dalam hubungan
dengan gugatan yang diajukan oleh KPKS Bukit Harapan melawan Menteri kehutanan RI tidak akan membuat ketetapan yang mengubah kawasn hutan
Padang Lawas sebagai hutan Negara.
Mengenai Keberatan Ad.8 :
Bahwa keberatan ini dapat dibenarkan judex factie Pengadilan Tinggi telah salah menerapkan hukum , karena dengan danya putusan Pengadilan Tinggi yang
menyatakan “ dakwaan tidak dapat diterima “ bagi Jaksa Penuntut Umum masih terbuka upaya hukum untuk mengajukan kembali perkara tersebut setelah
memperbaikki surat dakwaan atau dalam hal dakwan merupakan dengan penyertaan yang perkaranya diperiksa secara terpisah , seharusnya seluruh barang
Universitas Sumatera Utara
321 bukti dikembalikan kepada JPU untuk dapat digunakan kembali sebagai alat bukti
dalam perkara yang didakwakannya sudah diperbaiki, disempurnakan atau sebagai barang bukti dalam perkara lain. Walaupun sebenarnya menurut Mahmah Agung
putusan mengenai barang bukti tersebut adalah terlalu premature dan berlebihan , karena belum mengenai materi pokok perkar. Berdasarkan pertimbangan –
pertimbangan tersebut diatas, menurut pendapat Mahkamah Agung terdapat cukup alasan untuk mengabulkan permohonan kasasi yang diajukan oleh Pemohon
Kasasi JPU tersebut dan membatalkan putusan Pengadilan tinggi Jakarta tanggal 11 Oktober 2006, Nomor : 194Pid2006PT.DKI tanggal 28 Juni 2006 Nomor :
481Pid.B2006Pn.Jkt.Pst, serta mahkamah Agung akan mengadili perkara ini dengan mengambil alaih pertimbangan hukum Pengadilan Negeri tersebut sudah
tepat dan berani. Memperhatikan pasal – pasal dalam UU No.41 Tahun 1999, UU No.31 Tahun 1999 jo.UU No.4 2004, UU No.5 Tahun 2004 jo. UU No.14 Tahun
1877, UU No.8 Tahun 1981 KUHAP dan pasal – pasal Undang – Undang lain yang bersangkutan.
2. Vonis Putusan Mahmakah Agung.