Saksi, Ir. Deka Mardiko Kabid Perubahan Peruntukkan Kawasan Hutan

156 o. Bahwa penunjukan adalah proses awal dan penetapan sudah jelas tempatnya, batasnya, saksi tidak tahu apakah SK. 923 tahun 1982 masih berlaku sampai sekarang; p. Bahwa saksi tidak tahu apakah kawasan hutan Padang Lawas sudah dikukuhkan sebagai kawasan hutan atau belum; q. Bahwa izin Usaha Pemanfaatan Hasil Hutan Bukan Kayu dapat juga diberikan oleh Menteri Kehutanan apabila lokasinya lintas Propinsi pasal 40 huruf c Undang - undang Nomor 41 tahun 1999; r. Bahwa pertama kali saksi mempelajari kasus ini pada saat dipanggil ke Kejaksaan Agung untuk diminta keterangan sebagai saksi; s. Bahwa saksi tidak pernah mengumpulkan data – data brkaitan dengan perkara ini ;

9. Saksi, Ir. Deka Mardiko Kabid Perubahan Peruntukkan Kawasan Hutan

: 47 a. Bahwa tugas pokok dan fungsi saksi adalah memproses permohonan perubahan peruntukan kawasan hutan; b. Bahwa sepengetahuan saksi di Kawasan hutan Padang Lawas sudah terjadi perubahan fungsi hutan dari hutan ke perkebunan ; c. Bahwa selama saksi bertugas ada beberapa permohonan perubahan peruntukan kawasan hutan; d. Bahwa persyaratan permohonan untuk mengajukan perubahan peruntukan kawasan hutan yang dimohonkan adalah berlokasi di hutan produksi yang 47 Ibid,Hal. 157 Universitas Sumatera Utara 157 di konversi dan hutan produksi yang dapat dijadikan perkebunan, kemudian pemohon mengajukan ke Menteri Kehutanan, kemudian dilakukan pengkajian, kemudian apabila permohonan diijinkan oleh menteri maka dikeluarkan Izin Prinsip Pencadangan Kawasan Hutan untuk Perkebunan; e. Bahwa berkaitan dengan perubahan peruntukan dari kawasan hutan menjadi perkebunan, didalam prosesnya Departemen Kehutanan melibatkan instansi lain dan melibatkan rekomendasi Bupati dan Gubernur f. Bahwa berkaitan dengan perubahan peruntukan kawasan hutan hanya melibatkan rekomendasi Bupati dan Gubernur, dan tidak melibatkan Departemen Lingkungan Hidup karena hal ini merupakan kawasan hutan produksi yang di konversi ; g. Bahwa yang dimaksud hutan produksi yang dapat di konversi adalah kawasan hutan yang dialokasikan untuk perkebunan dan lain-lain ; h. Bahwa kawasan hutan Padang Lawas tidak dapat diubah peruntukannya sebagai perkebunan karena Padang lawas itu kawasan hutan tetap dan hutan lindung dan tidak bisa diubah menjadi kawasan perkebunan; i. Bahwa didalam kenyataanya sekarang, kawasan hutan Padang Lawas sudah banyak berubah berdasarkan pengamatan melalui Citra Land Set; j. Bahwa kawasan Padang Lawas adalah berubah menjadi perkebunan , saksi tidak menegtahui siapa – siapa yang merubah fungsi hutan itu disana; k. Bahwa perkebunan di Padang Lawas adalah perkebunan Kelapa Sawit , saksi mengetahui ada perkebunan kelapa sawit dari data – data, Bahwa Universitas Sumatera Utara 158 berdasarkan data – data yang ada, perkebunana kelapa sawit milik Koperasi Bukit Harapan dan KUD Parsub; l. Bahwa saksi pernah melihat permohonan Koperasi Bukit Harapan dan KUD Parsub, permohonan yang diajukan Koperasi Bukit Harapan dan KUD Parsub adalah permohonan mengelola perkebunan kelapa sawit; m. Bahwa letak kawasan Padang Lawas itu di perbatasan Sumatera Utara dan Riau , luas kawasan Padang Lawas 178.000 Hektar; n. Bahwa terhadap permohonan dari Koperasi Bukit Harapan dan KUD Parsub sepengetahuan saksi, belum ada izin prinsip pencadangannya dari Menteri Kehutanan; o. Bahwa seharusnya tidak ada pelepasan hutan di Kawasan Padang Lawas , tetapi kenapa ada HGU di Padang Lawas saksi tidak tahu; p. Bahwa proses pengukuhan kawasan hutan berdasarkan UU No.41 Tahun 1999, meliputi penunjukan kawasan hutan, Penataan Batas Kawasan Hutan, Pemetaan Kawasan Hutan, dan penetapan kawasan hutan; q. Bahwa kawasan Hutan Padang Lawas belum dikukuhkan dengan melaksanakan proses pengukuhan sesuai dengan UU No.41 Tahun 1999 dan sepengetahuan saksi ada penunjukan berdasarkan SK 923 Tahun 1982 dan SK .44 Tahun 2005; r. Bahwa SK 923 Tahun 1982 dan SK .44 Tahun 2005 merupakan penunjukan saksi tidak tahu apakah sudah ada penetapan Kawasan Hutan Padang Lawas sampai dengan sekarang ini; s. Bahwa dasar hukumnya mengenai penataan batas kawasan hutan adalah UU No.41 Tahun 1999 dan PP No.44 Tahun 2004; Universitas Sumatera Utara 159 t. Bahwa dalam rangka Penataan Batas Kawasan Hutan juga melibatkan masyarakat dan masyarakat dilibatkan sebagai pihak ketiga; u. Bahwa adanya tahap penataan batas kawasan hutan karena penataan batas kawasan hutan adalah Deklarasi terakhir dari Menteri Kehutanan yang menandakan bahwa kawasan tersebut adalah kawasan hutan; v. Bahwa dalam proses penataan batas ada panitia penataan batas yang melibatkan Kepala Desa; w. Bahwa kalau ada perselisihan antara Panitia Tata Batas dan masyarakat mengenai batas – batas yang dibuat oleh Panitia Tata Batas, maka diselesaikan oleh Panitia Tata Batas; x. Bahwa permohonan dari Koperasi Bukit Harapan bukan mengenai peralihan fungsi tetapi mengelola perkebunan, Bahwa saksi mengetahui pernah ada izin prinsip dari Koperasi Bukit Harapan dan hanya mengetahui berdasarkan data – data; y. Bahwa dalam PP No.44 tahun 2004 di Pasal 19 butir 2 ada tahapan penataan batas meliputi : pemancangan Patok Batas Sementara, Pengumuman Hasil Pemancangan Patok Batas Sementara. Kenapa harus ada pengumuman karena untuk memeberikan kesempatan barang kali ada keberatan – keberatan dari pihak – pihak ketiga atau masyarakat; z. Bahwa pemetaan kawasan hutan dilakukan setelah temu gelang dan secara bertahap;Bahwa penetapan kawasan hutan ditentukan secara parsial sebagian – sebagian kemudian sebagian – sebagian perkelompok hutan setelah tata batas , penetapan kawasan hutan tidak sekaligus karena kalau sekaligus terlalu luas; Universitas Sumatera Utara 160

10. Saksi, Ikhsan Kabag Kehutanan PT.Inhutani IV :

Dokumen yang terkait

Penegakan Hukum Terhadap Kasus Penggelapan Premi Asuransi (Analisis Putusan No. 1952/Pid.B/2013/PN-Mdn)

7 150 82

Analisis Yuridis dan Kriminologi Terhadap Tindak Pidana Pemerkosaan Anak(Studi Kasus Putusan No.300/PID.B/2013/PN.KBJ)

3 151 127

Kajian Hukum Terhadap Tindak Pidana Korupsi Dalam Dunia Perbankan (Studi Putusan Nomor: : 79/Pid.Sus.K/2012/PN.MDN

1 55 94

Pertanggungjawaban Pidana Bagi Terdakwa Anak Pelaku Tindak Pidana Pembunuhan Sesuai Dengan PASAL 340 KUHP(Studi Kasus Putusan No. 3.682 / Pid.B / 2009 / PN. Mdn)

5 97 123

Eksekusi Barang Sitaan Berupa Aset Tidak Bergerak Hasil Tindak Pidana Korupsi Dalam Putusan Makamah Agung Republik Indonesia Atas Nama Terpidana Darianus Lungguk Sitorus

1 34 144

Analisis Hukum Terhadap Putusan Bebas Dalam Tindak Pidana Pembunuhan (Studi Kasus Putusan No. 63 K/Pid/2007)

1 72 106

Tindak Pidana di Bidang Perlindungan Konsumen Menurut UU No. 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen dari Perspektif Kebijakan Penanggulangan Kejahatan (Studi Putusan No.1821/Pid.B/2008/ PN/Medan)

5 77 139

Penegakan Hukum Pidana Terhadap Perdagangan Ilegal Satwa Liar Yang Dilindungi (Studi Putusan Pengadilan Negeri Medan Register No.2.640/Pid.B/2006/PN.Medan, Register No.2.641/Pid.B/2006/PN.Medan dan Register No.2.642/Pid.B/2006/PN.Medan)

4 83 81

Penerapan Hukum Terhadap Tindak Pidana Korupsi Secara Berlanjut (Studi Kasus No. 1636/Pid.B/2006/PN-MDN dan No. 354/PID/2006/PT-MDN)

5 123 163

ANALISIS YURIDIS TENTANG PUTUSAN SELA TERHADAP EKSEPSI PENASIHAT HUKUM DALAM PERKARA PIDANA (Putusan No:1283/Pid.B/2006/PN.Jr)

0 6 16