137 v.
Bahwa pohon – pohon di Padang Lawas telah ditebang dan diabakar, apda awalnya tidak nampak Koperasi Bukit harapan teapi setelah bulan Agustus
1998, baru dilaporkan secara resmi bahwa yang menebang adalah Koperasi Bukit harapan dengan menggunakan tenaga para masyarakat dan
berdasrkan laporan – laporan yang saksi terima hal ini adalah berlangsung sejak tahun 1996;
w. Bahwa saksi mengetahui kehutanan pernah mengeluarkan izin kepada
Koperasi Bukit harapan tanggal 26 September 2002; x.
Bahwa saksi pernah melihat dan mengetahui surat pencabutan izin dari Departemen Kehutanan tanggal 13 Oktober 2004 dan saksi tidak
mengetahui dictum 3 dalam surat pencabutan izin tanggal 13 Oktober 2004;
y. Bahwa berdasarkan Pasal 15, UU No.41 Tahun 1999, Pengukuhan
Kawasan Hutan meliputi penunjukan kawasan hutan, penetapan batas kawasan hutan , pemetaan kawasan hutan, penetapan kawasan hutan pada
tahap mana keikut sertaan masyarakat;
3. Saksi Muhammad Ali Arsyad
Kepala Pusat Pengukuhan dan Penatagunaan Kawasan Hutan :
42
a. Bahwa kawasan hutan Padang Lawas jelas disebutkana di dalam Gb No.50
Tahun 1924 yaitu Kompleks Hutan Padang Lawas, GB No.50 Tanggal 25 Juni 1924 masaih berlaku samapai sekarang;
42
Ibid, Hal. 102.
Universitas Sumatera Utara
138 b.
Bahwa pernah ada perubahan kawasan hutan sejak adanay GB No.50 Tahun 1924, sekitar tahun 1981 ada penyerahan tanah masayarakat
sebanyak 3 tiga tahap, yang pertama adalah Berita Acara Penyerahan tanah seluas 12.000 HA, tanggal 20 Mei 1981, yang kedua ., Berita Acara
Penyerahan tanah pada tanggal 26 Mei 1981, seluas 10.000 Ha dan penyerahan tanah yang ketiga pada tanggal 6 Juni 1981 seluas 8.000 Ha;
c. Bahwa status dari areal Padang Lawas berdasrkan Undang – Undag No.41
Tahun 1999 areal Padang Lawas merupakan hutan tetap, fungsi hutan tetap sebagai hutan produksi ;
d. Bahwa hutan produksi adalah hutan yang mempunyai funsi utama
memproduksi hasil hutan ; agar pemanfaatan hasil hutan menjadi tertib, yang diperbolehkan untuk mengelola hasil hutan dapat diberikan kepada
para pemegang HPH dan HTI pemegang izin lainnya yang diberikan oleh Menteri Kehutanan, selain Menteri Kehutanan tidak ada yang boleh
mengeluarkan izin dan ketentuan Undang-Undang kehutanan sebeleum lahirnya Undang – Undang Nomor 5 tahun 1967 masih berlaku;
e. Bahwa di kawasan Padang lawas sudah dilakukan tehapan – tahapan
dilakuakan sebagian tahap penataan batas pada tahun 1978, tahun 1980 dan tahun 1981 dan hal ini dapat dilihat pada tanggal 6 Juli 1978 ada
Berita Acara tata batas yang dimulai dari Aek Sigalagala dan Pal B Nomor 1 sampai pal B Nomor 468, kemudian tanggal 17 Novemer 1978 ada
berita cara tata batas yang dimulai dari Pal B Nomor 468 sampai Pal b 605, kemudian 24 mei 1980 ada berita cara tata Batas yang dimulai daei
Universitas Sumatera Utara
139 pal B 605 sampai pal B 733 dan pada tanggal 20 April 1981 ada Berita
Acara tata batas dimulai dari Pal B Nomor 733 samapia pal b Nomor 868; f.
Bahwa walaupun berdasarkan pasal 15 Undang – Undang No.41 Thaun 1999, tahapan – tahapan belum dilaksanakan, menurut saksi kawasan
hutan Padang Lawas dapat disebut sebagai kawasan hutan; g.
Bahwa dalam prakteknya walaupun proses tahapan – tahapan pengukuhan kawasan hutan sebagaimana dimaskud dlam pasal 15 UU No.41 Tahun
1999 belum dilaksanakana status kawasan, tetap kwasan hutan dan yang dapat merubah kawasan hutan adalah pemerintah;
h. Bahwa di dalam UU No.5 Tahun 1967 tidak diatur ketentuan mengenai
perubahan fungsi dan peruntukan kawasan hutan, berdasarkan SK 923 Tahun 1982 dilampiri dengan peta, luas hutan padang lawas 178.508
Hektar dan merupakan hutan produksi terbatas; i.
Bahwa secara fisik keadaan hutan di padang Lawas pada tahun 2005 yang lalu ada live Survey dan kami bersama tim pernah membuat Peta jalur
terbang berdasarkan standard prosedru dan hasil dari pengamatan tim dititik pertama terlihat tanaman akasia, di tiitk kedua kami juga melihat
tanaman akasia, di titik ketiga samapai di titik kedua puluh kami melihat tanaman kelapa sawit, dan tim menyimpulkan bahwa kawasan Padang
lawas sekarang ini sebagain besar sudah berubah menjadi Kebun Kelapa Sawit;
Universitas Sumatera Utara
140 j.
Bahwa sepengetahuan saksi kebun kelapa sawit berdasarkan laporan milik perorangan, perusahaan dan yayasan; Bahwa berdasarkan data
permohonan, pabrik kelapa sawit itu milik dari PT.Torganda; k.
Bahwa pada tanggal 12 Agustus 2002 ada permohonan nomor 30 KPKS – BH VIII 2002 dari Koperasi Perkebunan Kelapa Sawit Bukit harapan
perihal prmohonan adalah sejak tahun 1998 l.
Bahwa kehadiran PT.TORGANDA di padang lawas berdarkan laporan yang saya terima sejak tahun 1998 dan berdasarkan permohonan adalah
sejak tahun 1998; Bahwa saksi ketahui tentang terdakwa adalah Direktur PT.Torganda;
m. Bahwa yang mengawasi para pemeganag HPH agar tidak menebang kayu
sesuai dengan ketentuan dibawah diameter + 60 cm adalah pemerintah dan Departemen Kehutanan ;
n. Bahwa tindakan Departemen kehutanan terhadap perubahan kawasan
hutan yang telah dijadikan perkebunan adlaah pemerintah tetap akan mempertahankan kawasan itu menjadi kawasan hutan;
o. Bahwa di daerah Padang Lawas sudah dinyatakan sebagai kawasan hutan
dan masih ada penyerahan atanah dari masyarakat kepada Negara dengan pago – pago karena pada dasarnya hutan itu ada 2 macam, yaitu hutan
Negara dan hutan hak, kemungkinan di Padang lawas ada hutan hak yang dikuasai oleh masyarakat dan diserahkan kepada Negara;
p. Bahwa saksi tidak pernah melihat izin prinsip tanggal 26 September 2002
yag dikeluarkan oleh Inspektur Jenderal atas nama Menteri Kehutanan;
Universitas Sumatera Utara
141 q.
Bahwa saksi pernah mendapat laporan dari tim dan staf yang juga anggota tim dan isi laporan adalah adanya dugaan perambahan hutan di padang
Lawas; r.
Bahwa perkebunan kelap sawit seluas + 23.000 ha dimilki oleh Koperasi Bukit Harapan dan seluas + 17.000 Ha dimilki oleh KUD PARSUB;
s. Bahwa kerugian yang ada adalah kerugian hilangnya fungsi hidrologis,
kesuburan tanah dan sebagainya;
4. Saksi Ir.Beji Santoso , Msi