Pembuktian Hakim Atas Fakta – Fakta Hukum

281

e. Pembuktian Hakim Atas Fakta – Fakta Hukum

: 62 62 Ibid.Hal. 422. Berdasarkan fakta – fakta hukum yang terungkap di persidangan, maka Majelis hakim akan menganalisis apakah terdakwa dapat dinyatakan bersalah melakukan tindak pidana sebagimana didakwakan kepadanya dan apakah terdakwa tersebut dapat dipertanggungjawabkan, atas tindak pidana tersebut dalam mempertimbangkan dan memutus perkara aquo Majelis Hakim berpedoman pada Pasal 182 Ayat 4 KUHAP, yaitu berdasarkan surat dakwaan dan segala sesuatu yang terbukti dalam pemeriksaan di persidangan. Surat dakwaan JPU disusun dalam bentuk kombinasi antara akumulatif dan Alternatif . dakwaan Jaksa Penuntut umum pada pkokoknya mendakwa terdakwa telah melakukan Tindak Pidana Korupsi yang dialternatifkan dengan Tindak Pidana Kehutanan : Sehubungan dengan Dakwaan Jaksa Penuntut Umum tersebut dipersidangan telah muncul perdebatan yang tajam antara Penuntut Umum dengan terdakwa dan penasihaat Hukumnya, mengenai Pidana apa yang paling tepat untuk diterapkan atas perbuatan Terdakwa. Berdasarkan hal tersebut Majelis memandang perlu untuk menganalisis terlebih dahlu mengenai Pidana apa yang paling tepat, sebelum mempertimbangkan apakah Terdakwa trbukti bersalah ataukah tidak. Majelis mengkaji secara komprehensif dan mendalam terhadap Berkas perkara aquo serta berdasarkan fakta-fakta yang terungkap dipersidangan, serta memperhatikan perdebatan antara Jaksa Peuntut Umumdan Terdakwa dan Penasihat Hukumnya, maka Majelis memberikan pertimbangan sebagai berikut. Universitas Sumatera Utara 282 Pengadilan adalah institusi publik negara dan memliki struktur birokratis, maka keadilan total menjadi sesuatu yang lebih total, apakah itu sosial atau moral atau mungkin lain lagi. Hakim dalam hukum dan pengadilan yang modern menghadapi tuntutan yang kompleks, yaiut memberikan keadilan yang total, termasuk dengan hati nurani. Hakim tidak dapat berlindung dibelakang perundang-undangan maupun prosedur. Fungsi hukum pidana adalah melindungi sekaligus menjaga keseimbangan antara kepentingan negara dan menjaga keseimbangan antara kepentingan negara dan kepentingan masyarakat, kpentingan negara dengan kepentingan perseorangan dan kepentingan sipelaku tindak pidana dengan kepentingan korban. Dalam hal ini terkait moralitas publik dan moralitas sosial yang membutuhkan perlidungan kolektif . Dalam pasal 2 ayat 1 U No. 31 tahun 1999 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi, menyebutkan : setiap orang yan gsecara melawan hukum melakukan perbuatan memperkaya diri sendiri atau orang lain atau suatu korporasi yang menyebabkan kerugian keuangan negara atau perekonomian negara, ...”. Pasal 14 UU No. 31 Tahun 1999 : setiap orang yang melanggar ketentuan Undang –Undang yang secara tegas menyatakan bahwa pelanggaran terhadap ketentuan Undang-Undang tersebut sebagai tindak pidana korupsi berlaku ketentuan yang berlaku ketentuan yang diatur dalam undang-undang ini. Bertitik tolak pada ketentuan dalam UU tersebut diatas dan memperhatikan di dalam UU No. 41 tahun 1999 tentang Kehutanan dan PP No. 28 tahun 1985 tentang perlindungan Hutan, yang tidak memiliki secara tegas menyatakan pelanggaran terhadap UU tersebut sebagai tindak pidana korupsi maka secara Universitas Sumatera Utara 283 normatip sulit untuk diterapka atau didakwakan tindak pidana korupsi dalam kasus Kehutanan. Berdasarkan analisa normatif tersebut, Andi Hamzah menyatakan bahwa terhadap terdakwa tidak dapat dikenakan dakwaan tindak pidana korupsi karena tindakan terdakwa mutlak berada dibawah yurisdiksi UU tahun 1999. Andi Hamzah berpegang pada ketentuan mengenai lex spesialis, yaitu bahwa UU yang bersifat spesialis hanya diajukan untuk orang tertentu atau kelompok orang tertentu atau menurut waktu tertentu atau tempat tertentu. Sedangkan UU yang bersifat umum berlaku unutk setiap orang atau korporasi, dan berlaku untuk setiap waktu dan tempat.Secara kontekstual, UU Kehutanan adalah bersifat spesialis karena objeknyamengenai hutan, dan perbuatan yang dilakukan mutlak berada dibawah yuridiksi UU Kehutanan ; Sedangkan UU Tindak Pidana Korupsi adalah bersifat umum, perbuatan yang dilakukan dapat terjadi dimananpun ; Sehingga dalam perkara aquo berlakulah asas lex spesialis derogat lex generale, ketentuan yang bersifat khusus mengenyampingkan ketentuan yang bersifat umum; Bahwa contoh lain atau subtansi dari Surat Dakwaan Jaksa penuntut Umum mengenai tindakan-tindakan yang dilakukan oleh terdakwa dominasi mengenai hutan dan segalaa sesuatu yang berhubungan dengan hutan, yaitu antara lain mengenai peralihan status hutan di Padang Lawas register 40 menjdai perkebunan kelapa sait yang tidak melalui prosedur yang ditentukan oleh ketentuan perundng-undangan; mengenai apkah kawasan Padang Lawas adalah hutan negara atau tanah ulayat dari masyarakat Luhat Ujung Batu dan Luhat Simangambat ; apakah dalam hutan tersebut terdapat tegakan-tegakan pohon kayu Jaksa Penuntut Umum menunjuk Putusan Mahkamah Agung RI nomor Universitas Sumatera Utara 284 714Pid2006 tanggal 3 Mei 2006 untuk disandingkan dengan tindak pidana yang dilakukan oleh terdakwa, dengan tindak pidana yang dilakukan oleh Ir. Adi Warsita Adinegoro yang dinyatakan sebgai tindak pidana korupsi karena menyalah gunakan dana foto udara, inventarisasi dan pemetaan hutan. Majelis sependapat dengan terdakwa dan tim penasihat hukum, bahwa karekteristik tindak pidana yang dilakukan oleh Ir. Adi Warsita Adinegoro adalah mengenai penyalagunaan dana riil dari khas negara atau kas daerah yang bersal dari APBN dan APBD. Kasus tersebut adalah kasusu korupsi yang menyangkut perbuatan melawan hukum yang merugikan keuangan negara dan jauh sekali dari substansi kasusu pidana kehutanan aquo. Keterangan ahli Andi hamzah sejalan dengan sependapat diatas, megemukakan pendapat mengenai kekususan sistematis, dengan memberikan contoh, kasus penyundupan melanggar UU tentang Kepabeanan, karena masuk kewilayah Indonesia tanpa membawa dokumen dan tidak membayar biaya masuk, dan tidak boleh diadili dengan melanggar UU Korupsi, teapi itu ketentuan umum, khusus untuk penyelundupan sudah ada Undang-Undangnya, yaitu UU Kepabeanan. Ketentuan hukum pidana lebih menitik beratkan kepada perbuatan seseorang, sehingga D. Schaffmeister berpendapat untuk menerapkan pasal 63 ayat 2 KUHP hakim harus benar-benar memerikasa perbuatan pidana apa yang benar-benar dilakukan oleh Terdakwa. Dalam kaitannya dengan upaya pemberantasan korupsi, kita semua sepakat bahwa korupsi harus segera diberantas di bumi pertiwi. Tidak dapat dipungkiri kerugian negara atas hilangnya fungsi hutan adalah sedemikiannya besarnya materilmaupun immateri, sehingga tidak ter-cover apabila upaya pengembalian kerugian tersebut didasarkan pada UU Universitas Sumatera Utara 285 Kehutanan. Namun, adalah terlalu naif apabila dengan diterbitkannya Inpres No. 4 tahun 2005 tentang Percepatan Pemberantasan Korupsi, dengan tujuan untuk usaha pengembalian kerugian negara dan agar terakwa jera semua tindak pidana dibidang apapun secara pukul rata dikategorikan sebagai tindak pidana korupsi. Maka, seharusnya yang dilakukan pemerintah atau Legislatif adalah merevisi perundang-undangan khusus yang mengaturnya dengan memperberat ancaman pidana dan dendanya. Menurut keterangan Rudi Satrio dan Soejatno Soenoesoebrata menghitung kerugiaan keuangan negara harus jelas dan nyata, tidak mengunakan perkiraan, dan berdasarkan fakta yang teungkap dipersidangan kerugian nyata yang disbabkan oleh tindakan Terdakwa adalah tidak jelas dan pasti, karena perhitungan yang ada hanya berdasarkan potensi atau asumsi. Fakta tesebut diperoleh dari keterangan saksi Ir. Havis Husaini, MM. Kepala Bagian Analisis Hasil Pengawasan Inspektorat Jenderal Depatemen Kehutanan, Ir. Rachmat Adjie Ispektur Itjen DepHut , keterangan ahli Dr. Ir. Bramasto Nugroho, MS. Serta bukti surat tertanggal 12 Desember 2005 tentang Perhitungan Kerugian Nilai Tegakan pada areal PT. Torusganda Koperasi PARSUB dan KPS Bukit Harapan oleh Deapartemen Kehutanan. Selanjutnya perlu dianalisis pula, apakah benar diatas Kawasan Hutan Padang Lawas Register 40 tersebut sebelum terdakwa mengerjakan perkebunan kelapa sawit, tepatnya sebelum tahun 1998, terdapat tegakan-tegakan, sehingga karenanya menimbulkan kerugian bagi negara. Berdasarkan keterangan saksi Ikhsan kepala bagian Teknis Kehutanan pada Kantor perwakilan Inhutani IV Jakarta, Ir. Darori, MM Kepala Dinas Kehutanan dan Kakanwil Profinsi Sumatera Utara 1999-2000, Ir. Surachmanto Universitas Sumatera Utara 286 Hutomo, MSc Ispektur Jenderal Dephut tahun 2003, Ir. Havis Husaini, MM Kepala Bagian Analisis Hasil Pengawasan Inspektorat Jenderal Depatemen Kehutanan, prie Supriadi Kadishut Provinsi Sumatera Utara tahun 2000- sekarang, Ir. Aspan sofian, MM. Kepala Dinas Kehutanan Tapanuli Selatan tahun 2005, Ir. Sri Sudiharto Kepala Biro Binhut PT Inhutani IV Pematang Siantar – Medan tahun 1992, Direktur Utama PT Inhutani IV, Mochamad Thahir Tua Lubis Kasubdin penyusunan Program dan Evaluasi Dinas Kehutanan Daerah Tapanuli Sselatan, Ir. Poernama Gandhi, NZ. MM Auditor pada Itjen Kehutanan ; a Sesuai dengan Surat Menteri Kehutanan No. 438Kpts-II90 tanggal 24 Agustus 1990 Menteri Kehutanan memberikan HPH kepada PT. Inhutani II mu;ai mengelola hutan. b Areal kerja HPH PT Inhutani II tersebut merupakan eks HPH PT. Barakaz Lumber dan eks HPH PT. Gowin Timber yang dicabut oleh Menteri Kehutanan karena telah habis ijin. Selain itu Pemerintah menilai HPH PT. Goodwin dan PT. Barakas tidak baik kaena jangka waktu yang ditentukan tidak meninggalkan Virgin Forest Hutan Perawan pada waktu memegang HPH pada waktu itu. c Pada tahun 1992 areal HPH PT. Inhutani IV sesuai Surat Keputusan Menteri Kehutanan No. 992kpts-II92 tanggal 17 September 1992 seiring dengan terbentuknya PT. Inhutani IV. d Menurut saksi Ir. Surachmanto HutomoMSc. Pada tahun 1992 kawasan register 40 Padang Lawas masih merupakan areal hutan sesuai dengan foto yang diserahkan ke Pengadilan. Universitas Sumatera Utara 287 e Luas areal HPH yang diberikan kepada PT. Inhutani IV sesuai dengan SK tersebut + 104.800 Ha. Terdiri dari areal eks HPH PT. Barakas seluas 60.000 Ha dan eks HPH Pt. Godwin seluas 35.000 Ha serta areal tambahan yang berada diwilayah gap antara kedua HPH PT. Barakas dan PT.Gowin yang belum dibebani HPHperuntukan lain seluas 9.800 Ha. Selanjutnya PT. Inhutani IV bekerjasama dengan PT.Goodwin Timber yang dicabut oleh Menteri Kehutanan karena telah habis izin. Selain itu pemerintah menilai HPH PT.Goodwin dan PT.Barakas tidak baik karena jangka waktu yang ditentukan tidak meninggalkan Virgin Forest Hutan Perawan pada waktu memegang HPH pada waktu itu; f Pada tahun 1992 areal HPH PT. Inhutani II tersebut diserahkan kepada PT. Inhutani IV sesuai keputusan No.922Kpts-II92 tanggal 17 September 1992 seiring dengan terbentuknya PT. Inhutani IV; g Saksi Ir.Surachmanto Hutomo, Msc. Pada tahun 1992 Kawasan Register 40 Padang Lawas masih merupakan areal hutan sesuai dengan foto yang diserahkan di pengadilan; h Luas areal HPH yang diberikan kepada PT. Inhutani IV sesuai dengan SK tersebut + 104.800 Ha, terdiri dari areal eks HPH PT.Barakas seluas 60.000 Ha dan eks PT.Goodwin seluas 35.000 Ha serta areal tambahan yang berada di wilayah gap anatara kedua HPH PT.Goodwin dan PT.Barakas yang belum dibebani HPHpenutkkan lain seluas 90.00 Ha. Selanjutnya PT. Inhutani IV bekerjasama dengan PT.Sumatera Ruang Lestari menjadi perusahaan patungan PT.Sumatera Sylvia Lestari; Universitas Sumatera Utara 288 i Pertengahan tahun 1996 sekelomok masyarakat sekitar mulai melakukan permabahan, yaitu membuat kapling – kapling dengan membuat patok pancang dengan luas 2 Ha per orang dengan lokasi sepanjang jalan hutan. Selanjutnya kapling – kapling tersebut dilakukan pembersihan arael dengan cara menebang imas pohon – pohon yang ada di areal tersebut; j Keterangan yang diperoleh dari perambha, bahwa lahan yang mereka kapling adalah tanah adatulayat , dan rencananya akan ditanami sawit; k Bahwa di kawasan hutan Register 40 telah diduduki PT.First Mujur Plantation, PT.Wonorejo, PT.Torganda, KUD Parsub, PT.German, PT.kass, PT.mazuma, PT.Rapala, Koperasi Bukit Harapan, KUD Langkimat, Pemuda Pancasial Pondok Sindur, Yayasan Himpunan Keluarga Petani Muslim Tapanuli Selatan dan lain – lain; l Pada tahun 1998 ketika saksi Muhammad Thahir Tua Lubis menjabat sebagai Staf Balai Inventaris Perpetaan Hutan, melakukan pengukuran di PT.Inhutani IV di Kawasan hutan Padang Lawas dan ikut dalam tim pengukuhan penataan batas PT.Inhutnai IV, dimana kondisi kawasan Padang Lawas pada waktu itu sebagian berhutan dan sebagian berupa padang lalang – lalang; Bahwa berdasarkan pertimbangan tersebut diatas, Majelis Hakim berpendapat: sebelum terdakwa mulai menguasai kawasan hutan Reg.40 tersebut, pada tahaun 1998, di areal hutan tersebut telah ada dahulu perusahaan – perusahaan HPH dan telah terjadi perambahan oleh masyarakat sekitar hutan. Dengan demikian dapatlah dimengerti pendapat tentang adanya sejumlah tegakan Universitas Sumatera Utara 289 – tegakan di areal kawasan hutan, yang dilakukan penebangan oleh terdakwa , ketika terdakwa menanmi kelapa sawit adalah sangat diragukan; Selanjutnya fakta tersebut didukung pula oleh keterangan saksi Paruhun Hasibuan, R.Raja Manipo Hasibuan, Ali Imron gelar Sultan Hasibuan, Sangkot Hasibuan, Ompe lolenggam Harahap, Bonyak hasibuan, Tongku Khalik Hasibuan ,dll, yang menerangkan bahwa kawasan hutan Reg.40 yang ditanami kelapa sawit oleh Terdakwa, sebelumnya adalah Padang ialalng , karena telah ada perusahaan HPH sebelumnya yang telah mengambil hasil kayu. Walaupun para saksitersebut adalah pemuka Adat dan masyarakat yang menyerahkan tanah kawasan Hutan Padang Lawas kepada terdakwa , yang terlibat dengan perkara ini, namun karena bersesuaian tersebut dapatlah dipandang mempunyai nilai kesaksian. Berdasarkan uraian pertimbangan tersebut diatas, majeli sependapat dengan terdakwa dan tim penasihat hukum, bahwa pidana kehutananlah yang palig tepat untuk direapkan dalam kasus ini. Menimbang bahwa dakwaan ini disusun dalam bentuk kumulatif, yaitu; Ketiga : Melanggar ketentuan sebagaimana diatur dan diancam pidana dalam pasal 6 ayat 1 jo.pasal 18 ayat 2 Peraturan Pemerintah Nomor 28 Tahun 1985 jo. pasal 55 ayat 1 ke-1 jo. pasal 64 ayat 1 jo. pasal 1 ayat 2 KUHP. DAN Keempat : Melanggar ketentuan sebagaimana diatur dan diancam pidana dalam pasal 50 ayat 3 huruf a jo. pasal 78 ayat 2 Undang- Undang Nomor 41 Tahun 1999 tentang Kehutanan jo. pasal 55 ayat 1 ke-1 jo. pasal 64 ayat 1 KUHP. Universitas Sumatera Utara 290 Menimbang, unsur – unsur yang terkandung di dalam Dakwaan Ketiga ini adalah: 1. Barang Siapa; 2. Dengan Siapa; 3. Mengerjakan atau menduduki kawasan hutan dan hutan cadangan tanpa izin; 4. Dilakukan secara bersama – sama; 5. Dilakukan secara berlanjut; Ad. 1 Unsur ” Barang Siapa ” Yang dimaksud dengan ”barang siapa” dalam rumusan UU Hukum Pidana adalah siapa saja yang dapat merupakan subyek pelaku tindak pidana dan subyek tersebut dapat dipertanggungjawabkan secara pidana terhadap perbuatan – perbuatan yang dilakukkannya tidak teramsuk kategori eks Pasal 44 KUHP . Berdasarkan pengertian tersebut dan berdasarkan fakata yang terungkap di persidangan, secara obyektif pada wal persidangan terdakwa menyatakan dalam keadaan sehat dan telah menjawab identitasnya dengan baik, benar dan tegas serta nurut sesuai dengan identitas yang disebutkan dalam surat dakwaan JPU, sehingga dapatlah dipandang terdakwa adalah orang ynag normal baik rohani maupun jasmani, mempunyai fisik yang sehat, daya penalaran, dan daya tangkap untuk mampu menerima dan dapat mengerti serta merespon segala sesuatu yang terjadi di persidangan, serta mamapu bertanggung jawab; Adapun Direktur Utama dari PT.Torganda dan PT.Torusganda yang bergerak di bidang kelapa sawit sejak tahun 1980, dan sekaligus sebagai Bapak Angkat, penyandang dana dan Penasihat Teknis bagi KPKS Bukit Harapan dan KUD Parsub. Atas pertimbangan diatas, terlepas dari apakah terdakwa dapat dipertanggungjawabkan terhadap tindak pidana ynag didakwakan kepadanya yang Universitas Sumatera Utara 291 akan dibahs dalam pembuktian unsur – unsur selanjutnya, Majelis Hakim berpendapat bahwa terdakwa merupakan subyek pelaku tindak pidana dan dapat dipertanggungjawabkan secar pidana terhadap perbuatan – perbuatan yang dilakukannya. Berdasarkan pertimbangan tersebut pula, Majelis berpendapat unsur ” Barang Siapa ” telah terbukti secara sah dan meyakinkan. Ad.3 Unsur ” Mengerjakan atau menduduki kawasan hutan dan hutan cadangan tanpa izin Menteri” . Unsur paling esensial yang perlu dipertimbangkan kemudian dalam pasal ini adalah Pakah arela yang terdakwa tanamai dengan kelapa sawit adalah kawasan hutan ataukah tanah Masyarakat Adat atau Tanah Ulayat ; Bahwa untuk itu majelis memandang perlu untuk membahas unsur Ad.3 sebelum membahas unsur Ad.2. Mengenai kata ” dan ” dalam kalimat ” kawasan hutan dan hutan cadngan” disini Majelis Hakim mengartikan sebagai ” atau ”. Dalam Peraturan Pemerintah No.28 Tahun 1985 tentang Perlindungan Hutan tidak disebutkan apa yang dimaksud dengan kawasan hutan dan hutan cadangan. Namun demikian yang dimaksud dengan ” kawasan hutan”, berdasarkan UU No.41 Tahun 1999 tentang Kehutanan , adalah wilayah tertentu yang ditunjuk oleh Pemerintah utnuk dipertahankan keberadaannya sebagai hutan tetap; Berdasarkan Pasal 14 UU Kehutanan, untuk memberikan kepastian hukum atas kawasan hutan , harus dilakukan kegiatan pengukuhan hutan.Menurut Pasal 15 UU Kehutanan, pengukuhan kawasan hutan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 14 dilakukan melalui proses sebagai berikut : a. Penunjukan kawasan hutan, Universitas Sumatera Utara 292 b. Penataan Batas kawasan hutan, c. Pemetaan kawasan hutan, d. Penetapan kawasan hutan, Bahwa berdasarkan Pasal 4 Ayat 3 UU Kehutanan, Pengusaan Hutan oleh Negara tetap memperhatikan hak masyarakat hukum adat, sepanjang kenyataannya masih ada dan diakui keberadaannya, serta tidak bertentangan dengan kepentingan nasional. Menurut ketentuan UU No.5 Tahun 1967 maupun UU No.41 Tahun 1999 dan Peraturan Menteri No.5 Tahun 1999 menyebutkan : penelitian dan penentuan masih adanya hak ulayat masyarakat Hukum Adat dilakukan oleh Pemerintah Daerah dengan mengikut sertkakan para pakar hukum adat, mastrakat huukum adat dan ayang ada di daerah yang bersangkutan, lembaga swadaya masyarakat dan instansi – instansi yang mengelola sumber daya alam; Berdasarkan fakta – fakta yang diperoleh dalam persidangan, terdapat hal – hal yang dapat dipergunakan dalam mendukung Unsur Ad.3 sebagai berikut: a. Bahwa di daerah Tapanuli Selatan terdapat kawasan hutan seluas + a. tertanggal 20 Maret 1981 seluas 12.000 Ha; 178.508 Ha yang dikenal dengan kawasan hutan Padang Lawas yang diperuntukkan sebagai hutan tetap dan berfungsi sebagai hutan produksi , berdasarkan : 1. Gouverment Besluit GB No.501942 tanggal 25 Juni 1924; 2. Berita Acara penyerahan tanah Kawasan Hutan Padanga Lawas dan masyarakat kepada Gubernur : b. tertanggal 26 Mei 1981 seluas 10.000 Ha; c. tertanggal 6 Juni 1981 seluas 8.000 Ha; Universitas Sumatera Utara 293 3. Keputusan Menteri Kehutanan No.923KptsUm121982 tanggal 2 Desember 1982 tentang penunjukkan asal hutan di wilayah Propinsi Dati I Sumatera Utara Tata Guna Hutan Kesepakatan TGHTK ; 4. Peraturan Daerah Provinsi Sumatera Utara Nomor 7 Tahun 2003 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah provinsi Sumatera Utara tahun 2003 – 2018; 5. Peraturan Daerah Kabupaten Tapanuli Selatan Nomr 14 Tahun 1998 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah KAbupaten Daerah Tingkat I Tapanuli Selatan; b. Bahwa berdasarkan keterangan Saksi Ir. Surachmanto Hutomo,Msc, Ir.Darori, Muhammad Ali Arsyad, Ir. Rahmat Ajie, Prie Supriadi, Ir.Bejo Santoso, Msi, Listya Kusumawardhani, Ir.Deka Mardiko, Ir. Bowo Heri Satmoko, Mohammad Thahir Tua Lubis, Ir.Poernam Gandhi ,MM, Sihyadi, S.H : 1. Bahwa proses pengukuhan kawasan hutan Padang Lawas belum selesai dilaksanakan dan baru tahap penunjukan kawasan hutan; 2. Bahwa proses penataan batas belum dilaksanakan dan hal tat bats masih mneggunakan tata batas tahun 1981 dan merupakan Tata Batas Inhutani; 3. Bahwa proses pemetaan kawasan hutan meliputi penunjukan kawasan hutan, rencan trayek batas, pemancangan patok , penataan batas, penetapan kawasna hutan, dan yang belum dilaksanakan adalah penetapan kawasn hutan. Sehingga dengan demikian pemetaan kawan hutan, belum seluruhnya dilaksanakan; Universitas Sumatera Utara 294 4. Bahwa dilihat dari proses pengukuhan kawasan htan penataan bats parsial, sedangkan proses pembuatan peta kawasan hutan di daerah Padang Lawas belum pernah temu gelang, sehingga belum bisa ditetapkan sebagai hutan tetap berdasarkan laporan Hasil Tim Audit c. Bahwa berdasarkan saksi Maha Rajo Hasibuan, H.Raja Manipo Hasibuan, Gandi Hsibuan selaku Raja Adat Panusunan Bulung di Luhat Simangambat, berwenang mengatur mengenai tanah dan memberikan kepada siapapun; d. Bahwa KPKS Bukit Harapan pernah mengajukan permohonan kepada Menteri Kehutanan melalui surat No : 30 KPKS - BH VII 2002 tanggal 12 Agustus 2002 untuk mengelola perkebunan Kelapa Sawit seluas + 23.000 Ha berada di dalam kawasan hutan Padang Lawas; e. Bahwa permohonan tersebut telah dibalas oleh Menteri Kehutanan dengan surat No: 168 Men Hut III 2002 Tanggal 26 September 2002 yang menjelaskan bahwa kawasan hutan Padang Lawas seluas + 23.000 Ha tersebut tetpa dipertahankan sebagaikawasn hutan tetap; Sampai saat ini tidak ada PERDA yang menyebutkan bahwa tanah seluas + 80.000 Ha yang berada di kawasan hutan Negara Padang Lawas yang dikuasai oleh Terdakwa adalah tanah Ulayat. Berdasarkan fakta – fakta tersebut diatas, apakah dapat dikatakan belum dilakukan dengan sempurnanya pengukuhan kawasan hutan pada kawasan Padang Lawas yang dikuasai oleh Terdakwa ,menjadikan kawasan Padang Lawas tidak berstatus Hutan Negara ? hasil dari uraian pertimbangan diatas, Majelis Hakim berpendapat bahwa kawasan Padang Universitas Sumatera Utara 295 Lawas khususnya Register 40 seluas + 80.000 Ha yang berada di Kecamatan Simangambat dahulu Kec.Barumun Tengah Kab.Tapanuli Selatan Provinsi Sumatera Utara adalah berstatus Hutan Negara dan berfungsi sebagai hutan Produksi.Menimbang, bahwa berdasarkan fakta – fakta yang diperoleh dipersidangan terdapat hal – hal yang dapat dipergunakan sebagai pertimbangan, sebagai berikut: a. Pada Bulan Mei 1998, Tongku Iskandar Hasibuan Kepala Desa Ujung Batu menjumpai terdakwa di Pekanbaru untuk memohon uluran tangan bantuan dan kesediaan Terdakwa guna mengelola membuka bidang tanah adat yang ada di Desanya dengan sistem “ Bapak Angkat “ karena kesulitan pendanaan . Untuk itu Tongku Iskandar Hasibuan mewakili Luhat Ujung Batu bersama dengan terdakwa berangkat menuju Desa Ujung Batu Julu untk berjumpa langsung dengan warga masyarakat dan tokoh – tokoh adat hatobangon setempat;Bahwa pada tanggal 27 Mei 1998 atas undangan yang disampaikan Tongku Iskandar Hasibuan , terdakwa datang ke Desa Ujungn Batu Julu, dimana secara aklamasi warga Ujung Batu Julu meminta kesediaan PT.Torganda untuk mengelolola dan mendanai pembukaan lahan seluas + 8.000 Ha sebagai perkebunan kelapa sawit dengan pola “ Bapka Angkat “ b Pada tanggal 13 Juni 1998 ditandatangani perjanjian Hatobangon Eks Dewan Negeri Luhat Ujung Batu dengan PT.Torganda atas pengelolaan tanah kawasn Padang Lawas seluas + 8.000 Ha dan pada kesempatan yang sama juga diserahkan “ pago – pago” kepada Warga Ujung Batu sebesar Rp 300.00.000 tiga ratus juta rupiah ; Universitas Sumatera Utara 296 c. Untuk menunjang kepentingan perkebunan kepala sawit dia real kawasan hutan Negara Padang Lawas, terdakwa telah membangun sarana dan prasarana jalan, perumahan karyawan, pabrik pengolah kelapa sawit, sekolah – sekolah, puskesmas, tempat peribadatan mesjid dan gereja tanpa izin dari Menteri Kehutanan ; d. Terdakwa mengakui telah mengelola kawasan hutan Negara Padang Lawas tanpa izin dan persetujuan peleapsan kawasan hutan dari Menteri Kehutanan sesuai surat yang ditandatangani oleh Jongi Sitorus No.30KPKS-BHVIII2002 tanggal 12 Agustus 2002dan surat yang ditandatangani oleh terdawa No. 164 TGMenhutXi2002 tanggal 25 November 2004 ; Dalam persidangan terungkap bahwa terhadap kawasan Padang Lawas Register 40 terebut telah diterbitkan sertifikat Hak Milik oleh BPN kepada 1.820 Pemegang hak. Seandainya kawasan hutan Padang Lawas Register 40 adalah benar hutan adat yang tentunya berada pada hutan Negara, tetapi berdasarkan UU Kehutanan pemanfataannya atau penggunaannya tidak boleh bertentangan dengan fungsi hutan tersebut. Berdasarkan pertimbangan tersebut diatas, Majelis berpendapat unsur Ad.3 telah terbukti secara meyakinkan; Ad.2 Unsur “ dengan sengaja “ Menimbang, bahwa Kitab Undang – Undang Hukum Pidana tidak memberi penjelasan mengenai apa yang dimaksud unsur ‘ dengan sengaja “ , tetapi bila dilihat dari Memorie van Toelichting MvT disebutkan bahwa “ pidana pada umumnya hendaknya dijatuhkan hanya kepada barang siapa Universitas Sumatera Utara 297 melakukan perbuatan yang dilarang dan dikehendaki atau diinsyafi akibat dari perbuatan tersebut. Untuk membuktikan adanya kesengajaan, majelis berpendapat pedoman yang dipakai oleh Jaksa Penuntut Umum pada pendapat. sangat relevan dalam perkara ini , yaitu adanya kesengajaan yang dihubungken dengan terdakwa , dapat ditinjau dari 2 dua ajaran atua teori kesengajaan , yaitu : a. Teori Kehendak Wils Theorie b. Teori Pengetahuan Voortellings Theorie . 63 Menimbang, bahwa mengenai kesengajaan ini bila dihubungkan dengan perkara aquo, Majelis lebih berpegang pada pendapat atau teori pengetahuan Voortellings Theorie , yang berpendapat bahwa seseorang hanya dpat mengharapkan suatu wujud perbuatan tertentu, sedangkan untuk suatu akibat yang akan timbul dari perbuatan itu, tidak mungkin secara tepat ia menghendakinya, paling maksimal ia hanya dapat mengharapkan atau memperkirakannya saja. Untuk membuktikan adanya kesengajaan dapat dietmpuh 2 cara, yaitu dengan membuktikan danya hubungan kausal dalam bathin terdakwa antara motif keinginan dengan tujuan, atau pembuktian adanya keinsyafan atau pengertian terhadap apa yang dilakukan beserta akibat dan keadaaan – keadaan yang menyertainya; Fakta – fakta yang diperoleh dipersidangan terdapat hal – hal yang dapat mendukung Unsur Ad.2, sebagai berikut: Bahwa sejak 3 tiga tahun yang lalu terdakwa bersama – sama dengan KPKS Bukit Harapan telah memetik hasil berupa Tandan Buah Segar TBS sawit sebanyak 24 ton per hektar pertahun dari 63 Prof.Moeljatno S.H , Bukunya Asas – Asas Hukum Pidana , Penerbit Rineka Cipta : Bandung .Hal. 171 Universitas Sumatera Utara 298 kawasan perkebunan kelapa sawit yang dikelola di kawasan hutan Negara Padang Lawas; sejak 1 tahun yang lalu terdakwa bersama – sama dengan Koperasi PARSUB telah melaksanakan perkebunan kelapa sawit di kawasan hutan Padnag lawas dengan pola PIR , namun belum memetik hasil. Untuk maksud dan tujuan merubah fungsi kawasan hutan Negara Padang Lawas menjadi areal perkebunan kelapa sawit Terdakwa telah melakukan : a. Perbuatan menduduki . mengusai hutan negara; b. Pembukaan hutan membuat jalan dan kavling – kavling ; c. Imas tumbang dan pembersihan; d. Pengelolaan tanah untuk persiapan penanaman bibit kelapa sawit; e. Penanaman dan pemeliharaan kelapa sawit; Berdasarkan uraian fakta – fakta tersebut diatas, telah membuktikan adanya hubungan kausal dalam bathin terdakwa antara motif keinginan dengan tujuan , atau pembuktian adanya keisnyafan atua pengrrtian terhadap apa yang dilakukan berserta akibat dan keadaan – keadaan yang menyerta. Menimbang , bahwa berdasarkan pertimbangan tersebut diatas , Majelis Hakim berpendapat Unsur Ad.2 inipun telah terbukti secara sah dan meyakinkan; Ad.4 Unsur Dilakukan secara bersama – sama , dalam arti turut serta. Untuk menguraikan pengertian tentang turut serta melakukan, Majelis akan berpedoman pada doktrin maupun Yurisprudensi. Menurut Simons Orang lain yang turut serta melakukan kejahatan itu dapat dianggap sebagai pelaku, maka disitu dapat terjadi medepleger atau turut serta melakukan . MedaderSchap itu menunjukkan tentang adanya kerja sama secara fifik untuk melakukan sesuatu Universitas Sumatera Utara 299 perbuatan , kerjasama secara fisik itu haruslah didasarkan pada kesadaran bahwa mereka itu bekerjasama. Beberapa yurisprudensi memberi pengertian tentang turut serta melakukansebagai berikut: a. Pada perbuatan – perbuatan yang dapat dihukum, yang dilakukan secara bersama – sam oleh beberapa orang , maka setiap orang diantara mereka bertanggung jawab terhadap perbuatan dari peserta yang lain H.R. 24 Juni 1935 W.12875 ; b. Turut serta melakukan itu diisyratkan bahwa setiap pelaku mempuyai opzet dan penetahuan yang ditentukan. Untuk dapat menyatakan telah bersalah turut serta melakukan , haruslah diselidiki dan terbukti bahwa tiap – tiap peserta itu mempuyai pengetahuan dan keinginan untuk melakukan kejahatan itu H.R.9 Juni 1925, N.J.1925 , 785, W.11437. Berdasarkan fakta – fakta yang dieproleh di persidangan , maka terdapat hal – hal yang dapat mendukung doktrin dan yurisprudensi tersebut sebagai berikut : a. Bahwa antara Bulan April sampai bulan Juni 1998 Sutan Bahruddin Hasibuan, yang mengkau sebagai Raja Panusunan Bulung Luhat Ujung Batu, beserta Sutan Malim Hasibuan , tongku Muda Hasibuan, Minan Hasibuan, Tongku Soripada Hasibuan, Bagindo rajo Hasibuan, Rongkaya Stuan Siregar, Tongku Mara Usin Harahap, Tongku Mahmud Hasibuan, Baginda Junjungan Hasibuan, Baginda Junjungan Dalimunthe masing – masing mengaku sebagai hatobangon cerdik pandai Luhat Ujung Batu dan Tongku Iskandar Hasibuan mantan kepala desa Ujung Batu julu, Raja Ali Hasibuan Mantan Kepala Desa Universitas Sumatera Utara 300 martujuan dan Abdul Aziz harahap Mantan Kepala Desa Tebing Tinggi Ujung Batu, yang sebelumnya menyatakan bahwa kawasan Hutan Padang Lawas seluas + 8.000 Ha delapan ribu hektar adalah tanah ulayat Marga Hasibuan Luhat Ujung Batu, telah menyerahkan kawasan hutan produksi Padang Lawas tersebut kepada terdakwa darianus lungguk sitorus, dengan cara memberikan ganti rugi pago – pago sejumlah uang, dengan maksud untuk usaha perkebunan kelapa sawit serta untuk meningkatkan taraf hidup masyarakat setempat dengan pola “ Bapak Angkat “. b. Bahwa pada tanggal 13 Juni 1998 dibuat perjanjian yang ditandatangani oleh segenap Hatobangon eks Dewan Negeri Luhat Ujung Batu dengan PT.Torganda, dimana terdakwa sebagai Direktur utamanya, untuk pengolahan tanah adat seluas lebih kurang 8.000 Ha tersebut, dan pada kesempatan yang sama sebesar Rp 300.000.000,- perjanjian tersebut dituangkan dalam Akte tanggal 13 Juni 1998 No. 65L1998 dihadapan Notaris Setiawati,SH Notaris di Rantau Prapat. c. Terdakwa yakin bahwa tanah tersebut milik masyarakat adat Luhta Ujung Batu dan Luhat Simangambat Kecamatan Barummun Tengah , karena telah dilakukan penunjukan lokasi oleh masyarakat adat tersbut. Disamping itu telah dilaksanakan upacara adat yang dilaksanakan masyarakat adat tersebut. d. Sebelum Hutan Negara Kawasan Produksi Padang lawas seluas kurang lebih 8.000 Ha yang telah dikuasai oleh terdakwa tersebut dikerjakan dirubah fungsi dan peruntukkan mejadi areal perkebunan kelapa sawit , Universitas Sumatera Utara 301 terdakwa menyuruh untuk memebentuk dan mendirikan Koperasi Perkebunan Kelapa Sawit KPKS Bukit Harapan dengan maksud untuk mempermudah pelaksanaan pekerjaan; e. Selain kerjasama antara PT.Torganda dengan Koperasi Bukit Harapan, kerjasam juga terjadi antara Koperasi PARSUB dengan PT.Torusganda dimana terdakwa sebagai Direktur Utamanya namun hasil kerjasama dengan Koperasi PARSUB masih menuggu berproduksi; Berdasarkan pertimbangan tersebut diatas, Majelis Hakim berpendapat unusr Ad.4 ini pun telah terbukti secara sah dan meyakinkan. Ad.5 unsur Dilakukan secara berlanjut. Undang – undang tidak memberikan penjelasan mengenai perbuatan berlanjut, namun Memorie van Toelichting menyatakan bahwa ada 3 syarat yang harus dipenuhi untuk adanya perbuatan berlanjut voorgezet handeling , seperti yang diatur dalam pasal KUHP, antara lain : 1. Harus ada satu kehendak atau timbul dari suatu niat. 2. Perbuatan – perbuatan tersebut masing – masing merupakan kejahatan atua pelanggaran. 3. Waktu antara saat – sat dilakukannya setiap tindak pidana tidak boleh terlalu lama; Menurut Yurisprudensi Hoge Raad, antara lain dalam aresst tanggal Oktober NJ mengartikan voorgezet handeling atau perbuatan – perbuatan yang sejenis dan sekaligus merupakan pelaksanaan dari satu maksud yang sama; Bahwa Universitas Sumatera Utara 302 pengertian tentang “ perbuatan berlanjut “ tersebut dapat disimpulkan adanya perbuatan berlanjut ditentukan persyaratan : 1. Adanya perbuatan – perbuatan yang sejenis. 2. Perbuatan – perbuatan itu merupakan pelaksanaan sari satu maksud yang sama; Menimbang fakta – fakta yang diperoleh dipersidangan, terdapat hal –hal yang mendukung pengertian perbuatan berlanjut tersebut, sebagai berikut: a. Bahwa terdakwa dan kawan – kawasan antar Bulan April 1998 sampai dengan tanggal 15 Agustus 1999 telah menguasai dan mengelola kawasan hutan Negara Padang Lawas seluas 8.000 Ha untuk dijaikan areal perkebunan kelapa sawit tanpa izin dan prosedur yang diwajibkan oleh undang – undang; b. Bahwa selanjutnya Terdakwa bersama – sama dengan Koperasi Parsub telah menguasai dan mengelola kawasan Padang Lawas Reg.40 seluas 24.000 Ha, yang sejak 1 tahun yang lalu mulai belajar berbuah; c. Bahwa PEMDA setempat Dinas Kehutanan Kabupaten Tapanuli Selatan kantor Wilayah Kehutanan dan perkebunan Propinsi Sumatera Utara, Gubernur Sumatera Utara maupun pemerintah Pusat telah melakukan berbagai upaya agar terdakwa atau PT. Torganda dan KPKS Bukit hrapan menghentikan perbuatannya, yaitu dengan membuat surat – surat, namun terdakwa tetap terus berlanjut. d. Bahwa bunyi surat teguran tersebut pada pokoknya agar PT.Torganda menghentikan kegiatan dalam kawasan hutan Reg.40 padang Lawas sebelum ada izin dari Menteri Kehutanan dan Perkebunan; Universitas Sumatera Utara 303 Berdasarkan pertimbangan tersebut diatas, Unsur Ad.4 inipun telah terbukti secara sah dan meyakinkan, dengan telah terpenuhinya seluruh unsur dalam dakwaan ke 3 ini, maka Majelis berpendapat Terdakwa telah terbukti secara sah dan meyakinkan, bersalah melakukan tindak pidana dalam dakwaan ketiga melanggar Pasal 6 Ayat 1 Jo. Pasal 18 ayat 2 Peraturan Pemerintah No.28 Tahun 1985 Jo.Pasal 55 Ayat 1 ke – 1 Jo. Pasal 64 Ayat 1 Jo.Pasal 1 Ayat 2 KUHP yang amar putusannya akan disebutkan dibawah ini; Dakwaan ke empat, Perbuatan Terdakwa DARIANUS LUNGGUK SITORUS melanggar ketentuan sebagaimana diatur dan diancam pidana dalam pasal 50 ayat 3 huruf a jo. pasal 78 ayat 2 Undang-Undang Nomor 41 Tahun 1999 tentang Kehutanan jo. pasal 55 ayat 1 ke-1 jo. pasal 64 ayat 1 KUHP. Unsur – unsur yang terkandung di dalam dakwaan ke empat ini adalah : 1. Setiap orang. 2. Mengerjakan atau menggunakan dan atau menduduki kawasan hutan secara tidak sah. 3. Yang Dilakukan secara bersama – sama. 4. Merupakan perbuatan berlanjut. Unsur Ad.1 ” Setiap Orang ” Berdasarkan penjelsan UU Kehutanan yang dimaksud dengan setiap orang adalah subyek hukum baik ornag pribadi, badan hukum, maupun badan usaha. unsur Ad.1 ini adalaah identik dengan unsur ” barang siapa ” sebagaimana dalam dakwaan ketiga, maka majelis mengambil alih uraian pertimbangan tersebut diatas. Universitas Sumatera Utara 304 Unsur Ad.2 ” Mengerjakan atau menggunakan dan atau menduduki kawasan hutan secara tidak sah. Menurut penjelasan UU Kehutanan, yang dimaksud dengan mengerjakan kawasan hutan adalah mengolah tanah dalam kawasn hutan tanpa izin dari pejabat berwenang, antara lain untuk perdagangan, untuk pertanian, atau untu usaha lainnya.ang dimaksud dengan menggunakan kawasan hutan adalah memanfaatkan kawasan hutan tanpa mendapat izin dari pejabat berwenang, antara lain untuk pariwisata, pengembalaan, atau penggunaan kawasan hutan yang tidak sesuai dengan izin yang diberikan; Yang dimaksud dengan menduduki kawasan hutan adalah menguasai kawasan hutan tanpa mendapat izin dari pejabat yang berwenang, antara lain untuk membangun tempat pemukiman, gedung dan bangunan lainnya. Menimbang, bahwa unsur dalan Ad.2 inipun identik dengan unsur Ad.3 pada dakwan ketiga, maka untuk menghindari pengulangan – pengulangan Majelis akan mengambil alih pertimbangan tersebut diatas. Demikian pula mengenai unsur dilakukan secara bersama – sama dan dilakukan secara berlanjut, Majeleis mengambil laih pula pertimbangan yang terurai dalam dakwaan ketiga tersebut. Ternyata dalam diri terdakwa tidak terdapat alasan pemaf dan alasan pembenar yang dapat menghapuskan pidana, maka perbuatan yang telah terbukti tersebut dapat dipertanggungjawabkan secara pidana terhadap terdakwa. Karena selama persidangan terdakwa berada dalam tahanan, maka terhadap tahanan tersebut akan dikurangkan seluruhnya dari pidana yang dijatuhkan; Menimbang, bahwa karena terdakwa tebukti bersalah dan dipidana, maka terhadap barang bukti yang diajukan Majelis akan mempertimbangkannnya dengan mengambil alih sesuai dengan tuntutan Jaksa Penuntut Umum. Universitas Sumatera Utara 305 Aancaman pidana yang dapat dijatuhkan terhadap terdakwa berdasarkan dakwaan ketiga dan keempat mengenai Pidana Kehutanan adalah Pidana Paling lama 10 tahun dan denda paling bnayak Rp 5.000.000.000 Lima Milyar Rupiah . Konsep tujuan pemidanaan Menurut Muladi, yang disebut teori Tujuan Pemidanaan Integratif berangkat dari asumsi dasar bahwa tindak pidana merupakan gangguan terhadap keseimbangan, keselarasan, dan keserasian dalam kehidupan masyarakat. Tujuan Pemidanaan adalah untuk memperbaiki kerusakan – kerusakan yangt diakibatkan oleh tindak pidana. Maka diharapkan pemidanaan yang dijatuhkan haikim mnegandung unsur – unsur yang bersifat : a. Kemanusiaan dalam artian bahwa pemidanaan yang dijatuhkan hakim tetap menjunjung tinggi harkat dan martabat para pelakunya; b. Edukatif dalam artian bahwa pemidanaan tersebut mampu membuat orang sadar sepenuhnya atas perbuatan yang telah dilakukannya dan menyebabkan pelaku mempuyai jiwa yang positif dan konstruktif bagi usaha penanggulangan kejahatan; Menimbang, bahwa sebelum Majelis Hakim sampai pada amar pu tusan, akan dipertimbangkan hal – hal yang memberatkan dan meringnkan hukuman terdakwa . Hal – hal yang memberatkan : a. Bahwa sifat kejahatan yang dilakukan oelh Terdakwa adalah dapat dikategorikan sebagai kejahatan yang mengancam seluruh umat manusia di dunia, yaitu dikarenakan hilangnya fungsi hutan dapat mengakibatkan : terganggunya tat air, baik permukaan maupun air tanah Universitas Sumatera Utara 306 dalam; meningkatnya run off laju air pada permuakaan tanah hutan yang menyebabkan air akan segera sampai apda titik terendah, yang berakibat banjir, Tanah akan kehilangan kesuburannya, disebabkan erosi tanah; berkurangnya kawasan hutan di Indonesia yang merupakan hutan tropis yang harus dijaga dan dipelihara sebagai paru – paru dunia yang ditetapkan dalam konferensi Kyoto Jepang; b. Bahwa kaibat perbuatan terdakwa Negara kehilangan manfaat, seperti kehilangan PSDH DR , serta hilangnya tegakan; c. Bahwa terdakwa selama persidangan terlihat merasa tidak bersalah; Hal – hal yang meringankan ; a. Terdakwa tetap membayar PBB; b. Terdakwa telah bersikap tertib dan kooperatif dalam persidangan; c. Terdakwa telah berusia tua;

f. Amar Putusan Pengadilan Negeri.

Dokumen yang terkait

Penegakan Hukum Terhadap Kasus Penggelapan Premi Asuransi (Analisis Putusan No. 1952/Pid.B/2013/PN-Mdn)

7 150 82

Analisis Yuridis dan Kriminologi Terhadap Tindak Pidana Pemerkosaan Anak(Studi Kasus Putusan No.300/PID.B/2013/PN.KBJ)

3 151 127

Kajian Hukum Terhadap Tindak Pidana Korupsi Dalam Dunia Perbankan (Studi Putusan Nomor: : 79/Pid.Sus.K/2012/PN.MDN

1 55 94

Pertanggungjawaban Pidana Bagi Terdakwa Anak Pelaku Tindak Pidana Pembunuhan Sesuai Dengan PASAL 340 KUHP(Studi Kasus Putusan No. 3.682 / Pid.B / 2009 / PN. Mdn)

5 97 123

Eksekusi Barang Sitaan Berupa Aset Tidak Bergerak Hasil Tindak Pidana Korupsi Dalam Putusan Makamah Agung Republik Indonesia Atas Nama Terpidana Darianus Lungguk Sitorus

1 34 144

Analisis Hukum Terhadap Putusan Bebas Dalam Tindak Pidana Pembunuhan (Studi Kasus Putusan No. 63 K/Pid/2007)

1 72 106

Tindak Pidana di Bidang Perlindungan Konsumen Menurut UU No. 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen dari Perspektif Kebijakan Penanggulangan Kejahatan (Studi Putusan No.1821/Pid.B/2008/ PN/Medan)

5 77 139

Penegakan Hukum Pidana Terhadap Perdagangan Ilegal Satwa Liar Yang Dilindungi (Studi Putusan Pengadilan Negeri Medan Register No.2.640/Pid.B/2006/PN.Medan, Register No.2.641/Pid.B/2006/PN.Medan dan Register No.2.642/Pid.B/2006/PN.Medan)

4 83 81

Penerapan Hukum Terhadap Tindak Pidana Korupsi Secara Berlanjut (Studi Kasus No. 1636/Pid.B/2006/PN-MDN dan No. 354/PID/2006/PT-MDN)

5 123 163

ANALISIS YURIDIS TENTANG PUTUSAN SELA TERHADAP EKSEPSI PENASIHAT HUKUM DALAM PERKARA PIDANA (Putusan No:1283/Pid.B/2006/PN.Jr)

0 6 16