141 q.
Bahwa saksi pernah mendapat laporan dari tim dan staf yang juga anggota tim dan isi laporan adalah adanya dugaan perambahan hutan di padang
Lawas; r.
Bahwa perkebunan kelap sawit seluas + 23.000 ha dimilki oleh Koperasi Bukit Harapan dan seluas + 17.000 Ha dimilki oleh KUD PARSUB;
s. Bahwa kerugian yang ada adalah kerugian hilangnya fungsi hidrologis,
kesuburan tanah dan sebagainya;
4. Saksi Ir.Beji Santoso , Msi
Auditor Departemen Kehutanan :
43
a. Bahwa hasil pengumpulan bahan dan keterangan tahun 2004 dan 2005
adalah tealh terjadai perambahan hutan padang lawas seluas + 127.000 yang dilakukan oleh perusahaan , perorangan , yayasan koperasi + ada 26
perusahaan dan tanpa izin pejabat yang berwenang. Dasar hukum hutan di Padang Lawas adalah Gb No.50 Tahun 1924, SK 923 Tahun 1982,
RTRWP, Berita Acar pago – pago dan di kawasan Padang Lawas ada juga surat izin dari Bupati berupa perkebunan, ada bukti pembelian dari tanah
adat dan ada juga sertifikat hak milik yang diterbitkan BPN tapanulis Selatan. Tahun 2005 kami ditugaskan meninjau lapangan dan berdassarkan
pantauan kami di Padang Lawas sudah dijadikan perkebunan Kelapa Sawit;
43
Ibid, Hal. 125.
Universitas Sumatera Utara
142 b.
Bahwa 26 perusahan yang melakukan perambahan hutan, yang terkait perkara ini adalah Koperasi Bukit Harapan yang merambah mulai tahun
1996 seluas + 23.000 Ha, Parsub yang merambah sejak tahun 1999 seluas + 17.500 Ha;
c. Bahwa tujuan Koperasi Bukit Harapan berada di Padang Lawas adalah :
Berdasarkan dokumen dan berdasarkan citra land set, sebelum 1996 kawasan Padang Lawas adalah kawasan hutan lebat dan tahun 2004 dan
2005 sudah berubah menjadi kebun kelapa sawit, tentunya hal ini berdasarkan data -0 data kami berkesimpulan PT.Torganda dan PARSUB
yang menenbang kayu dan saksi hanya menyimpulkan berdasrkan data dan saya tidak melihat sendiri PT.Torganda dan parsub menebang kayu, hanya
berdasrakan data saja; d.
Bahwa rekomendasai dari Bupati mengenai perkebunan sepengetahuan saksi tidak dibenarkan, untuk mengubah fungsi hutan menjadi perkebunan
harus mengikuti prosedur pelepasan hutan dan mengajukan izin kepada Menteri Kehutanan;
e. Bahwa di dalam lampiran persetujuan prinsip itu ada peta perkebuanan
yang dibuat oleh Baplan, di Padang Lawas ada peta kawasan hutan dan ada juga peta Perkebunan jadi pendapat saya ini sangat lucu dan
sepengetahuan saksi Badan Planologi tidak bisa mengeluarkan peta perkebunan yang bukan kewenangannya;
Universitas Sumatera Utara
143 f.
Bhwa eksistensi persejuan prinsip saksi menganggap surat itu rtidak sah dan isinya tidak jelas, persetujusn prinsip itu akhirnya dicabut oleh Surat
Menteri Kehutanan No. 3419 tanggal 13 Oktober 2004; g.
Bahwa menurut saksi yang menebang tentunya yang menduduki kawasn itu dan Koperasi Bukit Hrapan yang menduduki kawasn itu;
h. Bahwa kerugian Negara bisa dihitung oleh Dinas Bina Produksi
Kehutanan dan Auditor tidak bisa menghitung kerugian itu; i.
Bahwa ada permohonan dari Koperasi Bukit Hrapan utk mengelola hutan Padng Lawas tahun 2002 dari Koperasi Bukit Harapan dan yang
menandatangani permohonan tahun 2002 adalah Jonggi sitorus; j.
Bahwa sepengetahuan saksi yang harus diminta pertanggungjawaban atas keluanya surat izin prinsip dan kemudian dicabut itu adalah pihak yang
memberi izin dan pihak – pihak yang terkait dengan masalah; k.
Bahwa saksi mengetahui Koperasi Bukit Harapan masuk ke padang Lawas tahun 1996 dan saya mengetahui dari laporan dan tidak pernah melihat
sendiri; l.
Bahwa Koperasi Bukit Harapan tidak pernah dilaporkan menebang kayu, mengangkut kayu, menjual kayu;
m. Bahwa kawasan hutan Padang lawas luasnya + 178.508 Ha , terdiri dari
reg.40 seluas + 75.622 ha, pago – pago seluas + 30.000 ha dan TGHK seluas + 72.886 Ha;
n. Bahwa di dalam GB No.50 tahun 1924 tidak ada menyebutkan REG.40,
peta asli lampiran GB.No.50 tahun 1924 dinyatakan petanya hilang;
Universitas Sumatera Utara
144 o.
Bahwa dalam meng- audit saksi menggunakan Peta lampiran SK. 923 Tahun 1982, saksi tidak mengetahui peta yang saksi gunakan itu sah atau
tidak ditinjau dari prosedur pembuatan peta; p.
Bahwa saksi mengetahui Pt.inhutani mempunyai izin HPH , saksi tidak tahu apakah PT.Inhutani pernah melakukn penebangan kayu;
q. Bahwa dalam surat Menteri kehutanan No.3.419 tanggal 13 Oktober 2004
tidak ada yang menyatakan izin prinsip yang telah dikeluarkan IRJEN tidak sah, dan detailnya saksi tidak tahu;
r. Bahwa izin prinsip No.1680 tanggal 26 September 2002, ada kejanggalan
di butir 3 , pada prinsipnya menyetuji permohonan dan di butir 5, tidak menghentikan proses hukum yang sedang berjalan, pendapat saya hal ini
janggal; s.
Bahwa berkaitan dengan izin prinsip butir 2 , apakah SPP sudah diterbitan saksi tidak tahu;
t. Bahwa saksi tidak tahu apakah setiap permohonan izin memanfaatkan
hasil hutan bukan kayu selalu harus memebayar ganti rugi , dan saksi tidak tahu apakah izin pelepasan hutan juga ada ganti rugi;
u. Bahwa setelah ada pago – apgo dari masyarakat kepada Pemerintah ,
apakah kemudian diadakan penunjukan sebagai kawasan hutan produksi; v.
Bahwa saksi tidak athu apakah izin pemanfaatan haisl hutan bukan kayu PT.Rapala juga dicabut;
Universitas Sumatera Utara
145
5. Saksi, Prie Supriadi