Saksi Ahli, Prof. Dr. Komariah Emong Sapardjaja

200 j. Bahawa saksi tidak mengetahui tidak ada klaim dari masyarakat tentang penataan batas kawasan hutan ; k. Bahwa saksi tidak tahu apakah pernah ada SK Menteri tentang penunjukan dan SK Menteri tentang Penetapan di areal tertentu ; l. Bahwa maksud kata – kata ketemu gelang adalah ketemu Kepala dan Ekor m. Bahwa review hasil audit tidak diberitahukan kepada semua anggota; n. Bahwa setelah laporan hasil audit selesai dibuat, saksi tidak memantau perkembangan audit tersebut dan setelah audit selesai diserahkan kepada yang memberi perintah , yaiut Inspektur Jenderal Kehutanan;

b. Keterangan Ahli Para saksi ahli setelah diambil sumpahnya menerangkan sebagai berikut :

59 a. Bahwa perbuatan melawan hukum sebagaimana diatur dalam Pasal 2 ayat 1 UU No.31 Tahun 1999 sebagaimana diubah Undang – Undang No. 20 Tahun 2001 yaiut didalam pasal tersebut telah dijelaskan bahwa perbuatan melawan hukum meliputi sifat melawan hukum secara formal dan sifat melawan hukum secara material dan mengenai sifat melawan hukum secara material tidak hanya penyimpangan terhadap perekonomian dan keuangan Negara tetapi diperluas meliputi aspek sosial masyarakat banyak;

1. Saksi Ahli, Prof. Dr. Komariah Emong Sapardjaja

b. Bahwa tolak ukur perbuatan melawan hukum yang bertentangan dengan norma – norma di dalam masyarakat yaitu mengenai perbuatran melawan 59 Ibid. hal. 315. Universitas Sumatera Utara 201 hukum yang bertentangan dengan norma – norma di dalam masyarakat telah ada juga yurispudensi No. 275 Tahun 1982 Kasus Bank Bumi Daya, pada waktu itu hakim berpendapat bertentangan dengan asas kepatutan dan norma yang ada di dalam masyarakat bila seseorang melakukan tindakan yang tercela atau tidak patut atau menusuk perasaan masyarakat ; c. Bahwa makna penempatan kata – kata “dapat” didalam pasal 2 ayat 1 Undang – Undang No. 31 Tahun 1999 yang telah diubah dengan Undang – Undang No. 20 Tahun 2001 adalah kata – kata “dapat” didalam pasal Undang – Undang Korupsi tersebut ada di dalam penjelasan didalam Undang – Undang tersebut, bahwa tindak pidana korupsi merupakan delik formil yaitu adanya tindak pidana cukup dengan dipenuhinya Unsur – Unsur perbuatan yang sudah dirumuskan bukan dengan timbulnya akibat ; d. bahwa yang dimaksud kata – kata “memperkaya diri sendiri atau orang lain” di dalam Undang – Undang Korupsi adalah memeperkaya tersebut didapat dari cara – cara yang wajar atau tidak wajar dan apakah memerkaya tersebut merugikan Negara dan seseorang pada dasarnya dapat memperkaya diri asalkan cara – caranya wajar dan tidak melawan hukum ; e. Bahwa sehubungan dengan kasus didalam persidangan ini D. L. Sitorus didakwa melanggar Undang – Undang Korupsi dan Undang – Undang Kehutanan, kedudukan Lex Specialis Deroyat Lex Generalis adalah kedua – duanya diatur dalam peraturan Undang – Undang khusu, sehingga kedua – duanya sebagai lex specialis dan kedua – duanya saling melengkapi untuk memberantas kejahatan extra ordinary ; Universitas Sumatera Utara 202 f. Bahwa penerapan Undang – Undang Korupsi dan Undang – Undang Kehutanan dapat dilaksanakan juga dengan mempertimbangkan norma – norma yang ada didalam masyarakat dan di Indonesia telah menjadi perhatian dunia dibidang kehutanan agar memanfaatkan kelestarian hutan sebagaimana disepakati dalam konverensi Internasional di Kyoto, Jepang tahun 1982 ; g. Bahwa hilangnya tegakan – tegakan di hutan merupakan kerugian Negara dan tentu saja perambahan hutan dan perusakan hutan adalah tindakan yang tidak benar, karena hutan adalah milik Negara dan milik masyarakat Indonesia ; h. Bahwa dalam penyidikan disimpulkan bahwa didalm mengelola kebun kelapa sawit terdakwa telah merektur banyak tenaga kerja dengan demikian telah menciptakan lapangan kerja menurut saya ini adalah fakta, mohon majelis yang menilai dan saaya hanya akan berpendapat, apaun keuntungan yang diperoleh dari suatu perbuatan yang melanggar hukum kalau perbuatan awalnya sudah tidak halal maka akibatnya juga tidak halal; i. Bahwa Inpres No. 5 tahun 2004 tentang Percepatan Pemberantasan Korupsi tidak dapat serta mengesampingkan asas – asas hukum pidana dan asas – asas hukum acara pidana serta yurisprudensi ; j. Inpres No. 5 Tahun 2004 dikeluarkan oleh Presiden yang sifatnya memberikan perintah kepada jajaran aparatur pemerintah untuk segera memeberantas tindak pidana korupsi sesuai dengan hukum yang berlaku ; Universitas Sumatera Utara 203 k. Extra Ordinary Crime di dalam Undang – Undang Korupsi bersifat perintah atau bersifat dari penilaian dari pembuat Undang – Undang karena tindak pidana korupsi dipandang telah banyak merugikan keuangan Negara, merugikan perekonomian negara dan pembangunan berkelanjutan dalam konverensi PBB dijelaskan bahwa tindak pidana korupsi akan menghancurkan system hukum, system demookrasi dan pembangunan dan suatu tindak pidana dianggap sebagai Extra Ordinary Crime atau bukan ditentukan oleh pembuat Undang – Undang itu sendiri sesuai dengan politik hukum pidana dan didalam penjelasan dalam Undang – Undang Korupsi disebutkan bahwa tindak pidana korupsi dapat dikategorikan sebagai Extra Ordinary Crime dan Extra Ordinary Crime tidak boleh melanggar asas – asas hukum pidana dan didalam kitab Undang – Undang hukum Pidana diatur juga apabila ada hal – hal tidak diatur didalam kitab Undang – Undang tersebut maka tidak boleh mengesampingkan peraturan hukum yang lain ; l. Bahwa dalam hukum pidana ada asas apabila hakim ragu – ragu maka diambil keputusan yang menguntungkan atau yang meringankan bagi terdakwa mengenai penerapan asas – asas didalam hukum pidana dan hukum acara pidana adalah kewenagan hakim, tetapi saya berpendapat mengenai pasal 63 KUHP disana dinyatakan bahwa yang intinya apabila ada ketentuan pidana maka yang diterapkan adalah Lex specialis yang dipergunakan ; m. Bahwa dalam persidangan terungkap bahwa Koperasi bukit Harapan telah mendapatkan izin dari Departemen Kehutanan untuk mengelola kebun Universitas Sumatera Utara 204 kelapa sawit selama 25 tahun tanpa merubah kondisi hutan, izin prinsip untuk mengelola perkebunan kelapa sawit tersebut dikeluarkan tahun 2002 dan izin prinsip tersebut dicabut tahun 2004 dan diharuskan menghitung ulang tegakan kayu dang anti rugi. Didalam dakwaan jaksa Penuntut Umum tempus delicti tahun 1998 sd 2005, sedangkan ada interval tahun 2002 sd 2004 tersebut ada izin prinsip dan terdakwa telah berinvestasi. Penilaian terhadap fakta dipersidangan dan izin prinsip adalah kewenangan dari majelis hakim, mengenai interval tahun 2002 sd 2004 bersifat administrative dan bagi hukum pidana kecuali terdapat hal – hal yang benar dapat dibuktikan maka dapat dipertimbangkan untuk menghilangkan sifat melawan hukum tetapi apabila izin prinsip tersebut tidak dapat menghilangkan sifat melawan hukum maka perbuatan tersebut memang ada sifat melawan hukum ; n. Bahwa saksi telah menjelaskan yurisprudensi 1982 kasus Nata Legawa, dan didalam ajaran hukum material berkembang ajaran mengenai sifat melawan hukum positif dan negative. Sifat melawan hukum didalam doktrin bersifat negative dan menghilangkan sifat melawan hukum perbuatan pidana, kemudian ditentang berfungsinya secara positif ajaran sifat melawan hukum karena ada doktrin yaitu sifat melawan hukum material sudah melekat pada perbuatan itu sendiri dan perbuatan tersebut bertentangan dengan norma – norma yang ada didalam masyarakat di Indonesia bersifat melawan hukum positip ditonjolkan karena kekurangan tata cara pembuktian yang sangat sulit di Indonesia dan hal ini dimulai tahun 1971 dan dengan undang – undang No. 3 Tahun 1971 dan sifat Universitas Sumatera Utara 205 melawan hukum secara material diperkenalkan dalam pemberantasan tindak pidana korupsi dan didalam yurisprudensi tahun 1982 di dalam kasus Nata Legawa disana dijelaskan bahwa sifat melawan hukum itu bukan hanya perbuatan – perbuatan bertentangan secara adsminitratif tetapi perbuatan – perbuatan tersebut dinilai juga dari ketentuan – ketentuan yang tidak tertulis misalnya asas kepatutan yang ada didalam masyarakat dan memang di era reformasi sekarang ini tugas hakim adalah melakukan pengujian semua kaidah – kaidah hukum yang ada terhadap norma ynag berkembang didalam masyarakat, saya kira ajaran melawan hukum yang bersifat positif diujikan berdasarkan kepatutan dan kelayakan yang ada dalam masyarakat ; o. bahwa ada satu yurisprudensi yang kemudian diikuti berdasarkan Undang – Undang Korupsi PRP 1964, pada waktu itu Ketua Mahkamah Agung Prof. Umar Seno Aji, ada perkara korupsi di Pengadilan Negeri Garut dihukum dan di Mahkamah Agung dibebaskan onslag karena negar tidak dirugikan oleh perbuatan terdakwa dan kepentingan umum pos anggaran yang telah diteetapkan oleh negara dikesampingkan karena terdakwa telah membangun sebuah gudang yang sangat berfungsi dan dibutuhkan masyarakat, tetapi ketika Undang – Undang tersebut berubah menjadi Undang – undang No. 3 tahun 1971 perbuatan terdakwa Nata Legawa sesuai denga Undang – undang Perbankan tetapi dilihat dari faktanya negara dirugikan dengan mengalihkan pos perkreditan kepada Acai untuk membangun perumahan yang seharusnya digunakan untuk reboisasi di Universitas Sumatera Utara 206 Sulawesi, sehingga dana – dana tersebut digunakan untuk kepentingan masyarakat yang lebih banyak ; p. Bahwa saksi tidak mengetahui detailnya perkara ini, saya akan mengambil contoh; seorang dokter hewan di Negeri Belanda, pada waktu itu bereksperimen memasukan sapi – sapi yang sehat kekandang sapi – sapi yang sakit dengan tujuan untuk memperoleh imunitas pada sapi – sapi yang sehat tersebut dan didalam pertimbangan hukum majelis Belanda menyatakan bahwa berdasarkan suatu penelitian yang ilmiah atau ada kepentingan yang lebih banyak ; q. Bahwa berkaitan dengan perkara ini kedudukan Undang – undang Kehutanan adalah Undang – Undang kehutanan termasuk lex specialis ; r. Bahwa Undang – Undang Korupsi dan Undang – Undang Kehutanan dapat diterapkan dan kedua – duanya dapat ditetapkan lex specialis dan hal ini menyangkut masalah pembuktian dan tergantung penilaian hakim dan hakim akan menilai semua aspek dari fakta – fakta hukum yang didakwakan oleh Jaksa, dan hakim boleh menggunakan salah satu Undang – Undang tersebut berdasarkan keyakinan dan mempertimbangkan semua aspek yang ada di dalam masyarakat ; s. bahwa berkaitan dengan perkara ini, Jaksa menggunakan Dakwaan Alternatif dan saksi bukan ahli dibidang ini; t. Bahwa dalam Undang – Undang Kehutanan diatur juga mengenai sanksi pidana dan Undang – Undang Kehutanan adalah Undang – Undang Adsminitratif yang diberi sanksi pidana; Universitas Sumatera Utara 207 u. Bahwa apabila ada seseorang didakwa menebang kayu dan mengambil kayu di hutan maka yang seharusnya didakwakan Undang – Undang Kehutanan dan didalam perkembangannya tindak pidana korupsi dapat menyangkut berbagai bidang seperti bidang perbankan, telekomunikasi, kehutanan dan lain – lain, selama tindak pidana tersebut memenuhi rumusan – rumusan pasal 2 dan 3 Undang – Undang Korupsi ; v. Bahwa ada Undang – Undang Korupsi dan ada Undang – Undang Kehutanan, penyelundupan, perbankan dan lain sebagainya, dan Undang – Undang Kehutananditerapkan tanpa disertai Undang – Undang Korupsi dan tindak pidana kehutanan sifatnya adsminitrasi yang diberi pidana dan menyangkut sanksi adsminitratif digunakan Undang – Undang Kehutanan, tetapi apabila merugikan perekonomian Negara yang digunakan adalah Undang – undang Korupsi, sesuai Pasal 63 KUHP ; w. Bahwa dalam pasal 81 KUHP dinyatakan penundaan schorsing penuntutan pidana berhubungan dengan adanya perselisihan pra-yudisial, menunda jalannya daluwarsa, Pra-yudicial menyangkut kewenangan, apakah pengadilan ini berwenang memeriksa perkara yang diaujkan kepadanya atau menyangkut kompetensi relative dan absolut ; x. Bahwa pasal 81 KUHP tersebut dapat diterapkan apabila ada perkara yang diajukan ke Majelis Hakim yang bukan kewenangannya untuk mengadili, contoh : perkara perceraian orang beragama Islam diajukan Pengadilan Negeri yang seharusnya ke Pengadilan Agama ; Bahwa berkaitan dengan pra-yudicial pasal 81 KUHP, apabila ada perselihan hak tidak selalu menund perkara; dalam penjelasan pasal 1 a Universitas Sumatera Utara 208 Undang – Undang No. 3 tahun 1971 pada pokoknya menyatakan mengenai unsure melawan hukum yaitu unsur melawan hukum ini bukanlah suatu perbuatan yang dapat dihukum akan tetapi merupakan sarana untuk melakukan perbuatan yang dapat dihukum yaitu pada perbuatan pada kalimat berikutnya. Undang – Undang No. 3 tahun 1971 adalah dasar dari Undang – Undang Korupsi, bahwa ajaran sifatnya melawan hukum adalah unsure mutlak bagi terjadinya tindak pidana jika perbuatan tindak pidana tidak melawan hukum maka bukan tindak pidana, apakah penjelasan tersebut dicantumkan atau tidak yang jelas unsure melawan hukum di dalam Undang – Undang No.3 Tahun 1971 adalah dasar dari perbuatan tindak pidana dan di dalam perkembangannya ada pemisahan blok antara unsure perbuatan pidanadan unsur pertanggungjawaban pidana seperti tadi sudah saya jelaskan bahwa seseorang boleh saja kaya tetapi tidak dengan jalan melawan hukum. Melawan hukum formal dapat berupa melanggar aturan yang bukan pidana dan aturan pidana karena khusus untuk memperkaya diri sendiri atau orang lain atau suatu badan, jadi kalau seseorang tersebut kaya karena perbuatan yang tidak melawan hukum maka boleh – boleh saja tetapi kalau seseorang itu kayak arena melakukan perbuatan pidana maka tidak boleh ; Dengan dibuktikannya perbuatannya tanpa dibuktikannya akibatnya sudah memenuhi delik. Bahwa kalimat dapat merugikan keuangan Negara atau perekonomian Negara merupakan sebuah unsure. Bahwa sebuah delik dapat dikatakan terpenuhi semua unsurnya, tetapi unsur terakhir tidak perlu dibuktikan dan semua unsur dianggap terpenuhi; Dalam pasal 2 Undang – Undang No.31 tahun 1999 unsur – unsurnya adalah setiap orang, melawan hukum, melakukan perbuatan memperkaya diri sendiri atau orang lain atau suatu badan dan sterusnya Universitas Sumatera Utara 209 adalah delik formal yang telah dijelaskan di dalam penjelasannya. Unsur melawan hukum adalah unsur mutlak bedasarkan Prof. Moeljatno tetapi menurut pendapat ahli hukum yang lain merupakan syarat umum untuk terjadinya tindak pidana, contoh apabila saya mencuri benda milik sendiri tidak melawan hukum. unsur terkhir mengenai dapat merugikan keuangan negara dan perekonomian nergara khusus dibuktikan. Ada perbedaan antara kerugian Negara dan kerudiaan keuangan Negara dan saya tidak berkapsitas menjawab dan yang berkapasitas adalah ahli keuangan negara, berdasarkan pasal 2 i UU No. 31 tahun 1999, ada hubungan sebab akibat atau causalitas dan mempunyai hubungan sebab akubat causalitas karena ada kalimat “ yang dapat “ merugikan keuangan negara dan seterusnya. Sehubungan dengan perkara ini, terdakwa dengan memepergunakan uangnya sendiri telah berinvestasi di Koperasi Bukit Harapan dengan mengelola perkebunan kelapa sawit dan telah membangun sarana dan prasarana, ada hubungan kausalitas sebab-akibat dengan kalimat “yang dapat” merugikan keuangan negara dan itu kewenangan hukum yang akan menilainya ; Bahwa UU kehutanan adalah Undang – Undang yang bersifat adsminitratif yagn mempunyai sanksi pidana dan Undang – Undang Kehutanan masih polemic, dan hukum adsminitrasi didalam penegakan hukum sangat menggantungkan terhadap hukum pidana karena hukum pidana sangat memaksa dan hukum adsminitrasi lebih bersifat terdata dan tidak bersifat memaksa dan sanksinya berupa denda. Bahwa dalam dakwaan harus dijelaskan dengan jelas mengenai tempus waktu, lokus tempat dan kejadian perbuatan pidana yang didakwakan dan hal – hal tersebut adalah aturan – aturan yang dipersyaratkan ; berkaitan dengan perkara Universitas Sumatera Utara 210 ini, harus dibuktikan kapan terdakea mengambil kayu, menebang kayu, diman tempatnya, kapan kejadiaannya dan seterusnya dan hal – hal itu harus dibuktikan di persidangan ini, dalam rangka mengungkapkan kebenarran yang materiel ;sehubungan dengan timbulnya Polemik maka dampaknya akan menimbulkan keraguan – keraguan atau indigio proreo, setelah dipertimbangkan semua fakta dipersidangan maka hakim akan mempertimbangkan apakah yakin dengan kesalahan yang diperbuat oleh terdakwa dan indigio proreo tidak ada hubungannya dengan perbuatan melawan hukumnya tetapi berkenan dengan pertanggung jawaban dan kesalahan terdakwa ; Bahwa makna indigio proreo adalah sebagaimana dinyatakan didalam pasal 183 KUHAP, sebagai berikut hakim tidak boleh menjatuhkan pidana kepada seseorang kecuali apabila dengan sekurang – kurangnya alt bukti yang sah dan hakim memperoleh keyakinan bahwa suatu tindak pidana benar – benar terjadi dan terdakwalah yang benar – benar bersalah melakukannya ; sehubungan dengan perkara ini, perbuatan terdakwa disisi lain bermanfaat bagi masyarakat, karena terdakwa telah membiayai atau berinvestasi didalam perkebunan kelapa sawit : Hakim wajib menggali dan menafsirkan hal – hal tersebut dengan mempertimbangkan rasa keadilan yang berkembang didalam masyarakat ; dalam perkara ini telah terjadi benturan – benturan disatu sisi ada sifat hukum perdata dan ada sifat hukum pidana karena terkait dengan status tanah yang dikatakan sebagai milik negara dan disisi lain dikatakan sebagai milik masyarakat adapt setempat cara mengatasi hal – hal seperti ini adalah secara formal walaupun hak – hak tanah adat teklah diserahkan, maka harus mendaftarkan tanah adapt tersebut kepada negara sehingga ada izin kepemilikan tanah tersebut ; Universitas Sumatera Utara 211 Sehubungan dengan perkara ini, telah terbit 1.820 sertifikat hak milik atas nama perseorangan dan sertifikat – sertifikat tersebut diserahkan kepada terdakwa. Persoalan timbul mengenai legalitas terbitnya sertifikat tersebut. Sehubungan dengan sifat pertanggungjawaban pidana, yang harus bertanggungjawabterhadap permohonan hak ini adalah tentu saja pemegang hak yang terakhir ; Bahwa pemegang hak yang terkhir yang harus mempertnggungjawabkan pidana karena pemegang hak 1.820 telah menyerahkan hak – haknya kepada orang lain lagi sehingga pertanggungjawabannya sudah berpindah kepada pemegang terakhir ; 2 . Saksi ahli, DR. Ir. BRAMASTO NUGROHO, MS. a. Bahwa sesuai dengan surat perintah dari Dekan IPB yang menunjuk surat dari Kejaksaan Agung dalam perkara ini, saya diperintahkan untuk menghitung kehilangan sumber daya hutan dan saya merasa berkompeten untuk menjelaskan hal – hal tersebut ; b. Bahwa perhitungan saksi berdasarkan teori, metode perhitungan yang saksi lakukan adalah menghitung berdasarkan hilangnya tegakan kayu di atas lahan hutan dan dasar pemikirannya berdasarkan hilangnya manfaat, ada 2 teori, yang pertama menyatakan bahwa manfaat adalah sesuatu apabila diberikan kepada seseorang akan mendatangkan keuntungan yang kedua sebaliknya apabila manfaat tersebut diambil maka akan menimbulkan kerugian dan dari teori manfaat tersebut hutan mempunyai manfaat dan berangkat dari situ ada kkonsep pendekatan untuk menghitung nilai total ekonomi dan itu yang saya gunakan,dalam konsep tersebut ada nilai total ekonomi total economi value yang mana terdiri Universitas Sumatera Utara 212 dari nilai guna, nilai guna adalah nilai yang tercipta dari nilai kegunaan dan nilai guna dapat berupa nilai guna langsung dan nilai guna yang tidak langsung, nilai guna langsung contihnya adalah kayu, hasil hutan dan non kayu dan nilai guna tidak langsung contohnya adalah kemanpuan hutan untuk menyimpan air, carbon dan sebagainya, selain nilai guna tersebut ada juga ada juga nilai guna opsi yaitu opsi untuk menunda konsumsi ke masa yang akan datang dan nilai yang lainnya adalah nilai warisan yang bisa diwariskan kepada anak cucu. Dari hal – hal diatas diperoleh. Mana yang bisa dihitung dan mana yang tidak bisa dihitung dan untuk menghitung diperlukan data – data; c. Bahwa cara saksi menghitung adalah ada 2 pendekatan yang pertama berdasarkan data-data yang ada, kedua registrasi terhadap data – data tersebut, saya menggunakan data terakhir yang ada yaitu RKPH PT. Inhutani IV Rencana Karya Pengusahaan Hutan PT. Inhutani IV tahun 1996; d. Bahwa data yang digunakan oleh saya adalah data-data RKPH PT. Inhutani IV tahun 1996 yang merupakan data-data yang dimiliki oleh PT. Inhutani IV ; e. Bahwa kondisi hutan berdasarkan RKPH PT. Inhutani IV tahun 1996 tersebut adalah berdasarkan data didalam RKPH PT. Inhutani IV tahun 1996, ada areal hutan dan ada areal kosong di kawasan Padang Lawas, tim penyusun RKPH PT. Inhutani tahun 1996 umtuk menyusun data-data dan mengetahui potensi hutan menggunakan teknik metode sentring dua tingkat dan dengan metode itu, tingkat pertama berdasarkan data – data Universitas Sumatera Utara 213 foto udara, kemudian berdasarkan data – data foto udara tersebut dikelompok – kelompokkan ; f. Bahwa data – data RKPH PT. Inhutani IV tahun 1996 representatif untuk menghitung potensi kayu yang hilang dan tidak representative dapat diidentifikasi dan RKPH PT. Inhutani IV tahun 1996 sudah disyahkan oleh Departemen Kehutanan dan menurut pendapat saya RKPH PT. Inhutani IV tahun 1996 sudah dapat dipercaya ; g. Bahwa dalam BAP Ahli, dijelaskan oleh ahli mengenai kerugian hilangnya tegakan, kerugian rehabilitasi, kerugian PSDHDR, kerugian lahan, cara menghitung adalah saya hany menghitung hanya berdasarkan 4 item, yaitu hilangnya tegakan, kerugian rehabilitasi, kerugian PSDHDR, kerugian lahan, karena saya mengacu pada nilai ekonomi total total ekonomi value yang saya gunakan untuk menghitung kehilangan tegakan berdasarkan direct use value nilai guna yang bersifat langsung dan hanya kayu – kayunya saya hitung, kemudian saya menghitung produktifitas lahan, nilai tegakan dihitung berdasarkan stumpage value appraisal metode dengan umus harga jual kayu bundar log dikurangi biaya produksi kayu, untuk menghitung PSDHDR dengan rumus potensi hutan per hektar dikali luas areal dikalikan tariff PSDHDR, untuk menghitung rehabilitasi dan untuk menghitung kerugian lahan maka luas areal dikalikan harga tanah ; h. Bahwa ada perhitungan biaya rehabilitasi dan perhitungan PSDHDR merupakan hal yang sama dan PSDHDR adalah dana rreboisaasai tetapi pada dasrnya itu adalah pajak pemerintah dan PSDH digunakan untuk membiayai pembangunan dan DR digunakan untuk membiayai kehutanan Universitas Sumatera Utara 214 dan PSDHDR hanya ada di areal yang ada ijinnya dan rehabilitasi berbeda dan tidak di areal yang ada ijinnya ; i. Berdasarkan data-data yang ada dan metode-metode perhitungan yang ada kerugian tegakan per hektar berkisar antara USD 1655, 36 per hektar sd USD 1795, 32 per hektar ; j. Biaya rehabilitasi sebesar Rp. 4.500.000,- per hektar, kehilangan perolehan PSDHDR sebesar Rp.3.967.668,-perhektar sd Rp. 4.225.176 per hektar k. Kerugian tanah sebesar Rp. 7.500.000,- per hektar ; l. Bahwa perubahan hutan menjadi kebun kelapa sawit sama fungsinya dan tidak merubah ekosistem dan menurut pendapat saya dengan perubahan dari hutan menjadi kelapa sawit terjadi hilangnya manfaat dari hutan tersebut ; m. Bahwa PT.Torganda atau PT. Torusganda pernah menghitung dan sanggup mengganti kerugian + Rp. 10 Milyar per 9000 Hektar, sehingga apabila arealnya + 23.000 Hektar maka besarnya ganti rugi + Rp. 21 Milyar dan saya tidak mengetahui metode PT. Torganda atau PT. Torusganda di dalam menghitung hal tersebut dan saya tidak berkompeten untuk menilai perhitungan yang dilakukan oleh PT. Torganda atau PT. Torusganda dan perhitungan yang saya lakukan adalah perhitungan kemanfaatan hutan yang hilang ; n. Bahwa disamping saya menghitung berdasrkan data – data, saya juga meninjau lokasi dan disana yang ada hanya kebun kelapa sawit ; o. Bahwa saksi belum pernah mempunyai pengalaman menghitung kerugian dalam kasus pidana dibidang kehutanan selain dalam perkara ini ; Universitas Sumatera Utara 215 p. Bahwa yang menjadi dasar perhitungan adalah data-data RKPH PT. Inhutani IV tahun 1996 dan RKPH adalah master plan yang dimiliki oleh HPH dan hanya dilakukan sekali dalam jangka waktu pengusahaan hutan ; q. Bahwa saksi ahli mengetahui PT. Inhutani memegang HPH dari tahun berapa sampai dengan tahu berapa dan yang jelas pada tahun 1996 PT. Inhutani membuat RKPH; r. Bahwa saksi tidak pernah melakukan penelitian tentang PT INhutani IV yang pernah memegang HPH dari tahun 1992 dan dicabut tahun 2000; s. Bahwa dalam RKPH PT. Inhutani IV tahun 1996 dijelaskan juga bahwa PT. Inhutani pernah juga mengeksplorasi hutan di Padang Lawas dan luas kawasan PT Inhutani + t. Bahwa saksi mengetahui PT. Inhutani melaksanakan system tebang tanam jalur dan ada didalam RKPH PT. Inhutani IV tahun 1996; 104.000 hektar; u. Bahwa PT. Inhutani melakukan tebang habis dan istilahnya silvikultur dan hal-hal itu ada didalam RKPH PT. Inhutani IV tahun 1996; v. Bahwa RKPH PT. Inhutani IV tahun 1996 dapat untuk menghitung hilangnya tegakan pada tahun 1999 sd tahun 2000 dan RKPH PT. Inhutani IV tahun 1996 adalah sebuah rencana awal saja dan berlaku sampai tahun 20017, dan RKPH PT. Inhutani IV tahun 1996 adalah data terakhir yang ada di PT Inhutani untuk seluruh areal PT. Inhutani; w. Bahwa saksi meninjau ke lokasi Padang Lawas bulan Pebruari 2006 disana saksi melihat hamparan kebun kelapa sawit; Bahwa yang saksi hitung bukan kerugian perekonomia negara dan pada dasarnya yang saksi hitung adalah hilangnya manfaat hutan dan apabila hal-hal tersebut disimpulkan Universitas Sumatera Utara 216 menjadi kerugian perekonomian negara saksi tidak berkompeten untuk menjawab kerugian perekonomian negara; x. Bahwa kerugian – kerugian yang dihitung oleh saksi yang meliputi kerugian hilangnya tegakan rehabilitasi, PSDHDR dan lahan, ada hubungannaya dengan Undang-Undang Korupsi No. 31 tahun 1999 dan Undang-Undang No.20 tahun 2001 dan saya tidak menhitung kerugian perekonomian negara dan saya tiddak berkompeten untuk menghitung kerugian negara dan yang saksi hitung hanya hilangnya manfaat berdasarkan metode-metode keahlian saksi; y. Bahwa perhitungan – perhitungan hilangnya manfaat hutan tidak berdasarkan undang-Undang No. 41 tahun 1991 dan perhitungan yang saksi lakukan berdasarkan metode-metode keahlian saksi dan berdasarkan konsep nilai ekonomi total total economie value; z. Bahwa apabila ada perambahan hutan di areal aHPH, siapa yang bertanggung jawab mengganti kerugian saksi tidak tahu; aa. Bahwa bedasrkan keputusan Menteri Kehutanan No. 323 tentang Pedoman Perlindungan Hutan di areal Pengusahaan Hutan di dalam pasal 11 ayat 3 pada pokoknya menyatakan apabila penebangan kayu secara liar, perambahan hutan, pembakaran hutan maka pemegang hak pengusahaan hutan yang bersangkutan dikenakan membayar sanksi denda 2 kali lipat nilai tegakan yang rusak akibat perambahan hutan tersebut, mengetahui hal ini saksi tidak tahu ; Universitas Sumatera Utara 217 bb. Bahwa seandainya faktanya tidak seperti tersebut perhitungan hilangnya manfaat tidak dapat untuk digunakan tetapi apabila faktanya tidak seperti yang saksi ketahui maka hasilnya akan berbeda ; cc. Bahwa RKPH PT. Inhutani IV tahun 1996 yang dijadikan data diganti RKPH tahun berikutnya hasil perhitungan akan berubah ; dd. Bahwa pihak-pihak yang melakukan penebangan tidak dapat ditentukan dan saksi tidak meneliti siapa yang menebang tegakan di Padang Lawas dan yang saksi teliti adalah hilangnya manfaat ; ee. Bahwa saksi tidak tahu apakah areal perkebunan kelap sawit Koperasi bukit Harapan di areal PT. Inhutani IV ; Bahwa saksi berkompeten untuk menghitung kerugian perekonomian negara dan yang dihitung adalah hilangnya manfaat dan dan saksi tidak menghitung kerugian perekonomian negara karena saksi tidak mengetahui dasar hukumnya mengenai hal tersebut ; ff. Bahwa RKPH PT. Inhutani IV tahun 1996 dipakai sebagai data-dattanya ; gg. Bahwa isi dari RKPH PT. Inhutani IV tahun 1996 yaitu di dalam RKPH PT. Inhutani IV tahun 1996 isinya adalah rencana-rencana pengelolaan hutan ; hh. Bahwa data yang digunakan adalah RKPH PT. Inhutani IV tahun 1996 dan peninjauan ke lokasi pada tahun 2006 dan saya meyakini kebenaran data-data RKPH PT. Inhutani IV tahun 1996 sebagai data untuk melakukan perhitungan ; ii. Bahwa yang memberikan data-data RKPH PT. Inhutani IV tahun 1996 kepada saya adalah PT. Inhutani IV ; Universitas Sumatera Utara 218 jj. Bahwa dari segi manfaat yang diharapkan hutan adalah areal eks PT. Inhutani IV adalah areal hutan produksi terbatas berdasarkan TGHK dan hutan harus dilestarikan sebagai kekayaan alam ; kk. Bahwa faktanya hutan tersebut sudah berubah menjadi kebun kelapa sawit pendapat saya adalah bisa saja hutan di ubah yang bertujuan agar masyarakat menjadi sejahtera dengan tanpa melanggar aturan yang ada ; ll. Bahwa apabila sebuah hutan diberikan jangka waktu 25 tahun untuk dikelola menjadi kebun kelapa sawit dan kemudian dijadikan hutan kembali, menurut saksi bisa saja terjadi seperti itu, dan yang saksi hitung mengenai hilangnya manfaat :

3. Saksi ahli, UJANG SUKARMAN Auditor BPKP

Dokumen yang terkait

Penegakan Hukum Terhadap Kasus Penggelapan Premi Asuransi (Analisis Putusan No. 1952/Pid.B/2013/PN-Mdn)

7 150 82

Analisis Yuridis dan Kriminologi Terhadap Tindak Pidana Pemerkosaan Anak(Studi Kasus Putusan No.300/PID.B/2013/PN.KBJ)

3 151 127

Kajian Hukum Terhadap Tindak Pidana Korupsi Dalam Dunia Perbankan (Studi Putusan Nomor: : 79/Pid.Sus.K/2012/PN.MDN

1 55 94

Pertanggungjawaban Pidana Bagi Terdakwa Anak Pelaku Tindak Pidana Pembunuhan Sesuai Dengan PASAL 340 KUHP(Studi Kasus Putusan No. 3.682 / Pid.B / 2009 / PN. Mdn)

5 97 123

Eksekusi Barang Sitaan Berupa Aset Tidak Bergerak Hasil Tindak Pidana Korupsi Dalam Putusan Makamah Agung Republik Indonesia Atas Nama Terpidana Darianus Lungguk Sitorus

1 34 144

Analisis Hukum Terhadap Putusan Bebas Dalam Tindak Pidana Pembunuhan (Studi Kasus Putusan No. 63 K/Pid/2007)

1 72 106

Tindak Pidana di Bidang Perlindungan Konsumen Menurut UU No. 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen dari Perspektif Kebijakan Penanggulangan Kejahatan (Studi Putusan No.1821/Pid.B/2008/ PN/Medan)

5 77 139

Penegakan Hukum Pidana Terhadap Perdagangan Ilegal Satwa Liar Yang Dilindungi (Studi Putusan Pengadilan Negeri Medan Register No.2.640/Pid.B/2006/PN.Medan, Register No.2.641/Pid.B/2006/PN.Medan dan Register No.2.642/Pid.B/2006/PN.Medan)

4 83 81

Penerapan Hukum Terhadap Tindak Pidana Korupsi Secara Berlanjut (Studi Kasus No. 1636/Pid.B/2006/PN-MDN dan No. 354/PID/2006/PT-MDN)

5 123 163

ANALISIS YURIDIS TENTANG PUTUSAN SELA TERHADAP EKSEPSI PENASIHAT HUKUM DALAM PERKARA PIDANA (Putusan No:1283/Pid.B/2006/PN.Jr)

0 6 16