60
pelayanan publik juga meningkat. Selain itu, pengalaman berdiskusi dengan pemerintah kabupaten tentang anggaran SPM juga.
2. Peningkatan kerja-kerja advokasi anggaran oleh FMS.
Pelaihan SPM kepada FMS telah meningkatkan pemahaman masyarakat forum tentang konsep SPM dan kegunaannya dalam perencanaan dan
penganggaran pelayanan kesehatan yang berkualitas. Peningkatan kapasitas ini juga telah membuat rasa percaya diri masyarakat meningkat sehingga
mereka mampu melakukan advokasi anggaran SPM kepada pemerintah dan DPRD.
3. Perencanaan dan evaluasi berbasis buki.
Peningkatan kapasitas puskesmas dan dinas kesehatan sudah merubah paradigma perencanaan dan penganggaran dari
historical planning menjadi perencanaan berbasis buki. Puskesmas menggunakan dokumentasi hasil
cosing SPM sebagai data acuan untuk membuat target dan rencana kerja bulanan, triwulan dan tahunan. Dokumen tersebut juga membantu
pemangku kepeningan kabupaten Jember untuk mengukur kinerja dinas dan puskesmas untuk mencapai SPM. Dokumen ini juga memuat waktu dan
anggaran untuk mencapai target pemenuhan SPM.
4. Program kerja yang berkelanjutan.
Integrasi SPM dalam rencana kerja anggaran RKA dokumen pelaksanaan anggaran DPA dinas kesehatan dan APBD pemerintah kabupaten
membantu menjaga keberlanjutan program dinas kesehatan dan puskesmas. Dokumen hasil penghitungan anggaran SPM juga dapat dikaji
ulang seiap tahun untuk disesuaikan dengan harga satuan kegiatan sebelum diintegrasikan dalam penganggaran dinas SKPD.
5. Peningkatan transparansi dan akuntabilitas.
Melalui bantuan teknis Kinerja USAID, dinas kesehatan dan puskesmas mampu meningkatkan transparansi dan akuntabilitasnya. Seluruh
pemangku kepeningan baik staf pemerintah maupun masyarakat awam dapat mendiskusikan program kesehatan secara terbuka.
6. Rasa kepemilikan masyarakat terhadap program kesehatan pemerintah meningkat.
Proses integrasi SPM dalam anggaran pemerintah kabupaten melibatkan masyarakat untuk memasikan bahwa program kesehatan yang dibuat
sudah sesuai dengan kebutuhan masayarakat. Proses parisipaif ini
61
meningkatkan rasa kepemilikan masyarakat terhadap program pemerintah karena mereka merasa mempunyai andil dalam pembuatan program
tersebut.
D. Pembelajaran
Beberapa pembelajaran yang dapat ditarik dari inisiaif SPM kesehatan di Jember adalah:
1. Parisipasi akif dari semua unsur dinas kesehatan, puskesmas dan
masyarakat sangat pening untuk mengukur sejauh mana layanan kesehatan telah memenuhi indikator dalam SPM. Melalui kemitraan pemerintah dan
masyarakat yang kuat, dinas kesehatan mampu mengideniikasi tantangan yang sebenarnya terjadi dalam upaya pemenuhan SPM dan mendapatkan
alternaif solusi untuk masalah tersebut. 2.
Kerjasama dinas teknis dengan im anggaran Bappeda sangat diperlukan untuk memberikan pemahaman kepada mereka tentang masalah yang
menghambat upaya pencapaian SPM. Selain itu, im anggaran Bappeda dapat memberikan masukan dalam rencana anggaran dinas kesehatan dan
membuat prioritas kegiatan.
3. Hasil analisa kesenjangan capaian SPM dan anggaran yang diperlukan perlu didokumentasikan sebagai responsif pemerintah terhadap pelayanan
kesehatan dasar. 4.
Dokumen SPM ini yang memuat indikator-indikator pencapaian SPM merupakan bentuk akuntabilitas Pemerintah Kabupaten Jember terutama
Dinas Kesehatan dan Puskesmas dalam pemenuhan hak pelayanan kesehatan dasar masyarakat. Dokumen cosing SPM yang sudah lebih
tranparans akan memudahkan seluruh pemangku kepeningan melakukan pengawasan dan evaluasi terhadap pencapaian SPM.
5. Dokumen yang sudah tersusun berbasis buki merupakan argumentasi
kuat dalam melakukan advokasi kepada penentu kebijakan anggaran di ingkat kabupaten.
6. Dukungan pemerintah kabupaten untuk mengintegrasikan rencana pencapaian SPM dalam dokumen perencanaan dan keuangan daerah
Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah RPJMD, Rencana Kegiatan Prioritas Daerah RKPD sangat diperlukan untuk menjaga
keberlanjutan upaya dinas kesehatan dan puskesmas mencapai SPM.
62
7. Jurnalis warga dapat menciptakan kebisingan yang lebih mendorong
pemerintah 8. kabupaten untuk peningkatan anggaran dalam mempercepat pemenuhan
SPM.
E. Rekomendasi
Belajar dari pengalaman proses integrasi SPM kesehatan dalam anggaran pemerintah, ada beberapa rekomendasi yang dihasilkan:
1. Perlu ada peraturan bupai yang mendukung penerapan SPM kesehatan
di dinas kesehatan seluruh SKPD dan puskesmas. Peraturan ini akan membantu masyarakat untuk melakukan advokasi pencapaian SPM.
2. Dinas kesehatan perlu melanjutkan evaluasi periodik capaian SPM mereka
dan mengintegrasikan target yang belum terpenuhi ke dalam rencana kerja periode selanjutnya.
3. Pemerintah kabupaten perlu terus menganggarkan pemenuhan SPM.
F. Pembiayaan Anggaran yang diperlukan untuk melaksanakan seluruh program ini, mulai
dari analisa kesenjangan hingga advokasi anggaran sebesar Rp. 78. 376. 500,- Anggaran ini digunakan untuk membiayai operasional lokakarya dan pertemuan
yang berkaitan dengan SPM.
G. Tesimoni
Muhammad Ichsan, Ketua Forum Peduli Kesehatan Forum Muli-stakeholder
“Dengan terbentuknya Forum Peduli Kesehatan, kami bisa menyampaikan program- program Dinas Kesehatan. Dan keluhan-keluhan masyarakat bisa disampaikan di
Dinas Kesehatan”
Kontak Detail
Dinas Kesehatan Kabupaten Jember Jl. Srikoyo 103 Jember, Tlp. 0331-426624
http:jember.dinkesjatim.go.id
63
4.2.3 Kemitraan Bidan-Dukun dalam Peningkatan Cakupan Persalinan dengan Tenaga Kesehatan, Aceh Singkil, Aceh
Sebuah proyek percontohan peningkatan tata kelola kemitraan antara dukun dan bidan diperkenalkan pada tahun 2012. Proyek ini bertujuan untuk
mengurangi kemaian ibu dengan memanfaatkan tenaga medis yang terlaih dalam membantu persalinan sesuai dengan standar pelayanan kesehatan ibu
dan anak nasional serta mengurangi komplikasi pada kehamilan yang berisiko inggi melalui suatu pendekatan yang sensiif secara budaya.
Program ini juga bertujuan untuk membantu upaya percepatan pencapaian Standar Pelayanan Minimal SPM Kesehatan, khususnya berkaitan dengan
indikator cakupan pertolongan persalinan oleh tenaga kesehatan yang memiliki kompetensi kebidanan.
A. Situasi Sebelum Inisiaif
Sebelum inisiaif ini mulai dilaksanakan, banyak bayi dilahirkan dengan bantuan dukun di Aceh Singkil, khususnya di desa-desa daerah aliran sungai. Laporan
Badan Pusat Staisik menunjukkan bahwa 38,28 persen kelahiran di kabupaten ini ditangani oleh dukun pada Tahun 2010. Sementara target standar pelayanan
minimum cakupan persalinan oleh tenaga kesehatan terlaih sebesar 90. Singkil memiliki 122 dukun akif.
64
Sebenarnya, tenaga bidan terlaih tersedia sampai di desa-desa. Namun, tradisi masyarakat masih memposisikan dukun sebagai sesepuh yang sangat dihormai
karena dipercaya memiliki kemampuan spiritual. Akan tetapi, hampir semua dukun idak mendapatkan pelaihan persalinan yang benar. Akibatnya, dukun
kurang dibekali untuk menangani komplikasi yang mengancam kesehatan ibu dan bayi mereka. Karena sebagian besar persalinan yang ditangani oleh dukun
dilakukan di rumah dan jauh dari sarana kesehatan maka bantuan profesional menjadi sulit diperoleh. Komplikasi kebidanan yang ditangani dan nonatus yang
ditangani merupakan 2 indikator dari SPM Kesehatan. Sebaliknya, bidan yang sudah terlaih secara medis dipandang terlalu muda dan
kurang berpengalaman oleh banyak warga masyarakat untuk menangani proses persalinan secara benar, dan karena mereka idak dapat berbicara dengan logat
lokal maka sulit bagi mereka untuk dapat berhubungan dengan masyarakat yang harus mereka layani.
B. Strategi Implementasi
Strategi keberhasilan pelaksanaan dan penerapan kemitraan bidan-dukun di masyarakat sangat ditentukan dari keterlibatan para pihak di daerah seperi
kepala puskesmas, bidan, kepala desa, ketua masjid lokal, tokoh masyarakat, tokoh agama, relawan kesehatan lokal, dukun itu sendiri. Beberapa strategi
yang telah dilakukan adalah sebagai berikut:
1. Ideniikasi desa dimana masih adanya persalinan di tolong oleh dukun.
a. Tahapan awal ideniikasi dilakukan oleh puskesmas berdasarkan data persalinan diingkat puskesmas.
b. Dilakukan focus group discussion FGD melibatkan lintas sector membahas tentang data persalinan oleh dukun, dan di dilakukan
pemilihan desa. 2.
Membangun persepsi bersama lintas sektor tentang peningnya pelaksanaan kemitraan bidan-dukun.
a. Pelaksanaan FGD dengan melibatkan sector terkait untuk membangun persepsi yang sama tentang kemitraan bidan-dukun sehingga
terbangun komitmen bersama untuk melaksanakan kemitraan bidan dan dukun.
b. Membangun persepsi bersama tentang kemitraan bidan-dukun dilakukan idak hanya melalui pendekatan formal tetapi juga dilakukan
secara informal seperi melakukan pendekatan langsung kepada dukun dan kepala desa.
65
3. Pendampingan penyusunan Surat Keputusan SK Kepala Desa tentang dukun beranak desa.