Rekomendasi Pembiayaan Tesimoni Evaluasi kemitraan bidan-dukun dengan melibatkan lintas sector.

68 pelaksanaan inisiaif kemitraan. Tanpa adanya parisipasi akif masyarakat, kesadaran dan komitmen untuk menanggulangi masalah idak mungkin terwujud. 2. Kepercayaan antara mitra-mitra pembangunan merupakan prasyarat untuk keberhasilan. Pengakuan dukun sebagai sumber daya masyarakat yang pening dan pelaku utama perubahan terhadap hasil-hasil kesehatan ibu dan anak menjadi faktor pening bagi keberhasilan inisiaif. Bidan idak lagi menjadi ancaman terhadap mata pencaharian dukun terutama dengan terbitnya peraturan desa yang lebih akuntabilitas menjamin penghasilan dukun. 3. Insenif yang tepat dibutuhkan untuk membuat perubahan perilaku. Peraturan yang jelas, yang menjelaskan dan melindungi peranan seiap pihak merupakan pendorong yang besar bagi keberhasilan program ini. 4. Komunikasi yang terus-menerus dibutuhkan untuk menjaga hubungan kerjasama. Kunjungan ke masyarakat seiap bulan oleh staf puskesmas dan nomor hotline 24 jamhari membantu menjaga jalur komunikasi tetap terbuka, yang menjadi kunci dalam mengideniikasi dan menyelesaikan kendala yang imbul. 5. Perubahan tradisi budaya yang telah dipelihara selama berpuluh-puluh tahun, barangkali bahkan selama berabad-abad, idak mudah dan membutuhkan strategi dan pendekatan yang sesuai dengan adat isiadat di masyarakat.

E. Rekomendasi

Untuk memasikan agar kemitraan bidan-dukun di Puskesmas Singkil dan Kabupaten Aceh Singkil secara keseluruhan berjalan secara berkelanjutan, maka langkah-langkah berikut ini adalah pening sekali: 1. Dukungan secara hukum atau legal sangat pening. Di Aceh Singkil, sudah ada berperapa surat keputusan kepala desa kampung . 2. Pembuatan MOU di antara bidan dan dukun harus tranparan dan melibatkan pemangku kepeningan. 3. Dukungan anggaran yang memadai adalah kunci sukses juga. Untuk memasikan bahwa inisiaif ini terus lanjut, Dinas Kesehatan Aceh Singkil sudah mengalokasikan Rp 938.6 juta untuk replikasi inisiaif ini, ditambah dengan Rp 6 juta untuk evaluasi inisiaif yang sudah dilaksanakan. 4. Parisipasi para pihak pening untuk membangun percaya diantara pemerintah dan masyarakat serta kesepahaman bersama antar sektor. 69 Para lokakarya mini diadakan untuk mempertemukan bidan, dukun, kepala desa, tokoh agama, petugas kesehatan desa, tokoh masyarakat dan aktor yang lain.

F. Pembiayaan

Untuk melaksanakan kemitraan dukun-bidan di Aceh Singkil, berbagai pemangku kepeningan menyediakan dana guna mendukung inisiaif ini: • Dinas Kesehatan Kabupaten Aceh Singkil Tahun 2012 sebesar Rp 56.250.000 untuk kegiatan kemitraan bidan-dukun. • Dinas Kesehatan Kabupaten Aceh Singkil Tahun 2013 sebesar Rp 37.577.000, termasuk dana untuk replikasi inisiaif ini di puskesmas-puskesmas lain. • Puskesmas Singkil dengan dana Bantuan Operasional Kesehatan BOK Tahun 2013 sebesar Rp 25.000.000 • IMPACT-Yayasan Daun dari hibah internasional sebesar Rp 40.000.000. • Daun dari kontribusi sumber sendiri sebesar Rp 141.346.584 • Anggaran Jaminan Persalinan sebesar Rp 50.000 untuk seiap persalinan yang dibantu bersama . • Anggaran desa Teluk Rumbia dan Rantau Gedang sebesar Rp 50.000 per bulan per dukun.

G. Tesimoni

Rahma Efrida Pohon Bidan Desa Rantau Gedang, Aceh Singkil “Setelah adanya kemitraan ini, saya merasa lebih terbantu karena seiap ada pasien persalinan saya ditelpon lebih cepat dan idak ada kata terlambat. Dan saya terbantu dengan hubungan dengan masyarakat. Harapan saya ke depannya dengan keadaan- nya kemitraan ini saya harapkan persalinan di desa Rantau Gedang ini adalah di- tolong oleh tenaga kesehatan atau bidan. Dan kepada aparat desa atau toko-toko masyarakat agar dapat mendukung saya sepenuhnya dalam melakukan kerjasama ini dengan dukung kampung.” Kontak Detail Bapak Eddy Widodo Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Aceh Singkil Dinas Kesehatan Kabupaten Aceh Singkil Jl. Bahari No. 55, Aceh Singkil Email: edywidodo1967gmail.com 70 4.2.3 Parisipasi Masyarakat dalam Perencanaan Standar Pelayanan Minimal Kesehatan di Kabupaten Jayapura, Papua. IPM atau Indeks Pembangunan Manusia di Papua menduduki urutan ke- 33 dari 33 propinsi yang ada di Indonesia. Status IPM yang rendah tersebut, salah satunya di sebabkan karena buruknyarendahnya kualitas pelayanan publik, termasuk dalam pelayanan kesehatan, padahal anggaran besar telah dialokasikan oleh pemerintah. Peningkatan kualitas pelayanan publik agar memenuhi Standar Pelayanan Minimum termasuk di dalamnya bidang kesehatan merupakan jalan terbaik untuk meningkatkan IPM dari tahun ke tahun, dan parisipasi akif masyarakat menjadi salah satu strategi kunci untuk pencapaiannya.

A. Situasi Sebelum Inisiaif