Dampak dan Perubahan Pembelajaran

53

C. Dampak dan Perubahan

1. Perubahan pola pikir para stakeholder dalam perencanaan dan penganggaran. Sehingga perencanaan yang dilakukan sudah lebih parisipaif yang merujuk SPM sesuai dengan kebutuhan pelayanan dasar bagi masyarakat dan gap yang terjadi di masyarakat dan puskesmas. 2. Peningkatan pemahaman seluruh stakeholder Kesehatan Dinas, Puskesmas, Bidan Desa telah memahami indicator dan target pecapaian Standar Pelayanan Minimal. Penigkatan pemahaman ini menjadi modal dasar masyarakat MSF, media, dan lintas sector dalam menilai akuntabilitas dari perencanaan dan penganggaran daerah. 3. Mendapat dukungan yang besar dari BAPPEDA dan Dewan Perwakilan Rakyat Kabupaten melalui Komisi D dan Badan Anggaran. Dengan demikian, Dinas Kesehatan dengan mudah dapat memberi argumentasi dari peningnya perencanaan dan penganggaran SPM tersebut. 4. Sebagai dasar akuntabilitas dan tranparansi, Dinas Kesehatan memiliki dokumen perencanaan pembiayaan standar pelayanan minimal yang memproyeksikan kebutuhan anggaran pembiayaan SPM selama 5 tahun dan digunakan sebagai rekomendasi penyusunan rencana kerja anggarannya dalam seiap tahun anggaran. Dokumen ini dapat diakses oleh siapapun. 54 5. Meningkatnya alokasi anggaran pemenuhan pencapaian SPM dalam Datar Pelaksanaan Anggaran DPA Dinas Kesehatan Tahun 2014 sebesar Rp. 3.877.482.460,- terjadi peningkatan 35 dibandingkan dengan tahun 2012.

D. Pembelajaran

Beberapa pembelajaran dari proses perencanaan dan penganggaran yang terjadi di Bener Meriah adalah: 1. Keterlibatan muli pihak dalam perubahan suatu kebijakan menjadi factor kunci penerapan standar pelayanan minimal; 2. Keterbukaan Dinas Kesehatan sejak proses penyusunan perencanaan sampai penganggaran penyusunan Dokumen Pelaksanaan AnggaranDPA imbul karena baiknya proses komunikasi dan koordinasi yang dibangun secara intensif dengan pihak terkait; 3. Hasil analisis gap dan cosing SPM yang lebih evidence based menjadi alat advokasi utama terhadap kebutuhan anggaran SPM di Bener Meriah. Hasil ini memudahkan Dinas Kesehatan dalam advokasi pihak terkait dengan penganggaran di daerah. 4. Pengawalan dan advokasi yang dilakukan oleh berbagai pihak sejak dari proses perencanaan sampai penganggaran menjadikan alokasi SPM idak hilang dalam proses negosiasi dengan pengambil kebijakan anggaran pada ingkat kabupaten. 5. Banyak kebijakan pusat belum terinformasikan dengan tepat di daerah. Penyampaian informasi yang tepat dan terus menerus kepada berbagai pihak merupakan factor lain dalam meningkatkan pemahaman Dinas Kesehatan dan pihak terkait dalam memahami adanya regulasikebijakan yang bersifat mandatory untuk dilaksanakan.

E. Rekomendasi