76
3. Peran media dan forum- muli-pihak yang dikembangkan di lapangan, mampu menjadi agen pendorong perubahan didaerah dengan menyebar
luaskan informasi tentang SPM dan apa kaitan SPM dalam pemenuhan hak masyarakat. Selain itu, kemitraan yang terbangun antara media, forum
muli pihak dan unit pelayananPuskesmas atau Dinas Kesehatan telah memberikan kesempatan yang lebih besar untuk pencapaian SPM dengan
melibatkan berbagai sumber daya yang ada di pemerintah daerah dan juga di masyarakat.
4. Peningnya data riil dalam perencanaan kegiatan yang dibuat juga disadari
oleh para pembuat kebijakan. Kemudian dilakukan analisa penyebab kesenjangannya sebgai dasar membuat skala prioritas. Data menjadi
sangat pening dalam menentukan capaian dan target SPM.
5. Pendampingan SPM bagi dinas kesehatan dan puskesmas menjadi nilai
tersendiri bagi pemerintah daerah. Melalui pendampingan SPM bidang kesehatan, pemerintah daerah Kab Jayapura dan membuat pemerintah
mereplikasikan SPM kepada SKPD lainnya yang memiliki peran sebagai penyelenggara pelayanan publik.
E. Rekomendasi
1. Peran masyarakat dalam pengembangan, perencanaan penerapan dan penghitungan pembiayaan kebutuhan SPM di daerah harus menjadi
bagian pening dari kegiatan pendampingan SPM di berbagai sektor pelayanan public. Bahkan dalam kondisi Papua, dengan segala tantangan
pembangunan yang ada, hal ini tetap dapat dilaksanakan.
2. Pendampingan SPM yang akif melibatkan masyarakat masih harus
terus dilakukan untuk memasikan komitmen yang telah dicapai bisa diimplementasikan di lapangan. Dalam hal ini, masyarakat memiliki peran
untuk mengawasi pelayanan publik, sebagaimana diamanatkan dalam Undang-undang 25 Tahun 2009 tentang Pelayanan Publik. Untuk menjamin
masyarakat sipil dapat menjalankan peran pengawasan yang berkelanjutan tersebut ada dua hal pening yang perlu dilakukan. Kedua hal tersebut
antara lain pengembangan kapasitas kelompok-kelompok masyarakat sipil LSM, forum muli-pihak, dll serta alur informasi yang transparan antara
masyarakat dan pemerintah daerah, dinas kesehatan atau puskesmas yang akan menjadi precursor yang pening untuk pelibatan akif masyrakat di
masa mendatang.
77
3. Pengawalan tetap masih diperlukan karena kadangkala pemerintah daerah belum memahami harmonisasi dan sinkronisasi teknis penganggaran antara
Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 13 Tahun 2006 tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah sebagai acuan proses penganggaran dan
SPM sektoral yang diterbitkan oleh Kementrian teknis. Aturan ini pada beberapa kasus dapat membuat pemerintah daerah kurang memilik
keberanian dalam membuat kegiatan inovasi yang dapat meningkatkan capaian SPM dan IPM, seperi yang dialami Kab.Jayapura.
F. Pembiayaan
Hasil penghitungan pembiayaan pemenuhan SPM telah disusun untuk empat tahun yakni Tahun 2014 sd 2017. Anggaran yang dibutuhkan untuk capaian
SPM di Tahun 2014 adalah sebesar Rp 6,271,382,000, anggaran 2015 sebesar Rp 10,290,521,550, anggaran SPM Tahun 2016 sebesar Rp 11,876,847,545, dan
anggaran SPM Tahun 2017 sebesar Rp 14,232,772,161. Perbedaan anggaran seiap tahunnya merujuk pada perubahan harga seiap tahun yang diperkirakan.
Pemerintah daerah telah berkomitmen untuk mengalokasikan APBDnya untuk kebutuhan tersebut.
G. Tesimoni