Rekomendasi Pembiayaan Tesimoni Situasi Sebelum Inisiaif

54 5. Meningkatnya alokasi anggaran pemenuhan pencapaian SPM dalam Datar Pelaksanaan Anggaran DPA Dinas Kesehatan Tahun 2014 sebesar Rp. 3.877.482.460,- terjadi peningkatan 35 dibandingkan dengan tahun 2012.

D. Pembelajaran

Beberapa pembelajaran dari proses perencanaan dan penganggaran yang terjadi di Bener Meriah adalah: 1. Keterlibatan muli pihak dalam perubahan suatu kebijakan menjadi factor kunci penerapan standar pelayanan minimal; 2. Keterbukaan Dinas Kesehatan sejak proses penyusunan perencanaan sampai penganggaran penyusunan Dokumen Pelaksanaan AnggaranDPA imbul karena baiknya proses komunikasi dan koordinasi yang dibangun secara intensif dengan pihak terkait; 3. Hasil analisis gap dan cosing SPM yang lebih evidence based menjadi alat advokasi utama terhadap kebutuhan anggaran SPM di Bener Meriah. Hasil ini memudahkan Dinas Kesehatan dalam advokasi pihak terkait dengan penganggaran di daerah. 4. Pengawalan dan advokasi yang dilakukan oleh berbagai pihak sejak dari proses perencanaan sampai penganggaran menjadikan alokasi SPM idak hilang dalam proses negosiasi dengan pengambil kebijakan anggaran pada ingkat kabupaten. 5. Banyak kebijakan pusat belum terinformasikan dengan tepat di daerah. Penyampaian informasi yang tepat dan terus menerus kepada berbagai pihak merupakan factor lain dalam meningkatkan pemahaman Dinas Kesehatan dan pihak terkait dalam memahami adanya regulasikebijakan yang bersifat mandatory untuk dilaksanakan.

E. Rekomendasi

1. Maksimalkan peran dan fungsi Bagian Organisasi dan Tata Laksana di Sekretariat Daerah untuk menyusun mekanisme monitoring dan melaksanakan evaluasi secara berkala dalam pelaksanaan dan penerapan SPM. 2. Diperlukan mekanisme penghargaan dan sangsi dalam pelaksanaan dan penerapan SPM. 3. Dibutuhkan komitmen dan indakan nyata dari pimpinan daerah eksekuif dan legislaive dalam memasikan pelaksanaan pembangunan Kesehatan yang berorientasi pada standar pelayanan publik. 55 4. Pasikan informasi kebijakanregulasi terkait, sebagai mandatory diketahui, dipahami dan dapat dilaksanakan oleh pemerintah daerah sesuai dengan pembagian urusan pemerintahan antara pemerintah, pemerintah daerah provinsi, pemerintah daerah kabupatenKota.

F. Pembiayaan

Dalam mengimplementasikan inisiaif ini idak diperlukan alokasi anggaran yang begitu besar, namun hanya dibutuhkan alokasi anggaran untuk keperluan meeing package dan honor Tim Konsultasi Penyusunan Standar Pelayanan Minimal selama 3 bulan. Untuk meeing package bersumber dari program lembaga donor sebesar 1 juta rupiah dengan rincian 10 orang x Rp. 25.000 x 4 hari, sementara untuk honor Tim Konsultasi Penyusunan Standar Pelayanan Minimal dan ruang pertemuan bersumber dari pemerintah daerah melalui Dinas Kesehatan yang disesuaikan dengan peraturan daerah terkait dengan perjalanan dinas dan honorarium.

G. Tesimoni

H. Binakir, SKM Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Bener Meriah

“Dengan adanya SPM ini, akan membuat layanan kesehatan lebih efekif dan eisien. Harapannya adalah masyarakat yang dilayani lebih puas.” Risnawai Kepala Puskesmas Simpang Tiga Bukit, Bener Meriah, Aceh “Untuk program Kinerja yang dilakukan di puskesmas simpang iga itu banyak, terutama membantu dalam hal pembentukan pelayanan yaitu tentang SOP standar pelayanan operasional, kemudian SPM. Itu banyak sekali manfaat yang diberikan kepada kita. Dengan adanya Kinerja, masukan, arahan dari mereka itu, sehingga kita bisa memaksimalkan membuat SOP alur, SPM seperi apa sehingga bisa kita laksanakan sesuai dengan yang diharapkan oleh dinas itu sendiri.” Kontak Detail Dinas Kesehatan Kabupaten Bener Meriah Jl. Serule Kayu Komplek Perkantoran SETDAKAB Bener Meriah, Telpon : 0643- 7426250; Fax : 0643 – 7426037 Email : dinkes_benermeriahyahoo.com; Contact Person : Iswahyudi, Kabid YANKES; HP : 0813 6266 9690 56

4.2.2 Integrasi Standar Pelayanan Minimal dalam Anggaran, Kabupaten Jember, Jawa Timur

Tingkat pencapaian standar pelayanan minimal SPM kesehatan Kabupaten Jember hingga Tahun 2012 masih di bawah target nasional. Salah satu tantangan terbesar yang dihadapi dinas kesehatan dalam pemenuhan SPM adalah keterbatasan anggaran. Meskipun dinas kesehatan telah mengumpulkan data capaian SPM secara teratur, hasil evaluasi ini idak dimasukkan dalam rencana program dan anggaran mereka. Sejak Tahun 2013, Dinas Kesehatan kabupaten Jember bermitra dengan Kinerja USAID untuk menganalisa capaian SPM mereka dan menghitung anggaran yang diperlukan. Seluruh proses ini dilakukan dengan melibatkan parisipasi masyarakat sebagai pengguna layanan kesehatan. Menggunakan hasil evaluasi SPM, masyarakat dan dinas kesehatan melakukan advokasi anggaran kepada pemerintah kabupaten. Melalui kemitraan yang kuat antara dinas dan masyarakat, pemerintah Kabupaten mengganggarkan 14 milyar rupiah untuk pemenuhan SPM kerjasama di APBD Tahun 2014. 57

A. Situasi Sebelum Inisiaif

Hingga Tahun 2012, Dinas Kesehatan Kabupaten Jember belum mencapai target standar pelayanan minimal SPM, terutama untuk indikator yang berkaitan dengan pelayanan kesehatan ibu dan anak. Berdasarkan data dinas kesehatan Tahun 2012, rata-rata ingkat capaian SPM kesehatan di kabupaten ini sekitar 10 - 20 dibawah target nasional. Salah satu tantangan terbesar dalam pemenuhan target SPM ini adalah kurangnya anggaran untuk mendukung pelaksanaan pedoman ini. Meskipun Pemerintah Kabupaten Jember telah menghitung capaian SPM mereka sejak Tahun 2008 seperi yang dimandatkan oleh Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 741MENKESPERVII2008 tentang Standar Pelayanan Minimal Bidang Kesehatan di KabupatenKota mereka belum mengintegrasikan hasil evaluasi dalam perencanaan program dan anggaran. Hal ini menyebabkan anggaran kesehatan idak direncanakan berdasarkan target indicator SPM.

B. Strategi Implementasi