memilih  untuk  diam.  Hal  tersebut  sangat  disayangkan,  karena  akan mengganggu  proses  pembelajaran.  Untuk  mengatasi  hal  tersebut,  maka
keterampilan  berkomunikasi  dapat  ditingkatkan  melalui  pembelajaran kontekstual sesuai dengan prinsip masyarakat belajar.
Kejujuran  merupakan  salah  satu  akhlak  mulia  yang  menjadi  dasar pembentukan  kepribadian  peserta  didik.  Berdasarkan  hasil  penelitian  dari
Erlisia  2015,  menunjukan  bahwa  sekarang  ini  tingkat  kejujuran  peserta didik  di  Indonesia  tergolong  rendah,  ditandai  dengan  adanya  kecurangan-
kecurangan  ketika  peserta  didik  melaksanakan  ujian,  seperti  meminta jawaban  ke  teman,  menyontek  teman,  mengharapkan  bantuan  teman,
memanfaatkan  kesempatan  yang  ada,  membuka  contekan  yang  sudah disiapkan,  serta  beralasan  ke  kamar  mandi.  Tujuan  dari  perilaku  tidak  jujur
yaitu  supaya  dapat  mengerjakan  ujian,  mendapat  nilai  yang  lebih  baik,  dan membahagiakan orang tua jika mendapatkan nilai bagus. Perbuatan menyotek
mencerminkan perbuatan anak yang tidak jujur kepada diri, teman, orang tua, dan gurunya.  Hal  tersebut  sangat  disayangkan, jika  peserta didik  tidak dapat
berkata jujur, maka integritas pribadi peserta didik tersebut tergolong rendah. Untuk  mengatasi  hal  tersebut,  maka  kejujuran  peserta  didik  dapat
ditingkatkan melalui pembelajaran kontekstual sesuai dengan prinsip inquiry. Minat  belajar  sangat  dibutuhkan  dalam  proses  pembelajaran.  Sekarang
ini, seringkali minat belajar peserta didik tidak menentu sehingga konsentrasi belajar  merekapun  tidak  terfokus.  Seringkali  peserta  didik  tidak  antusias
dalam  mengikuti  proses  pembelajaran.  Hal  tersebut  membuktikan  bahwa PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
minat belajar peserta didik rendah. Untuk mengatasi hal tersebut, maka minat belajar  peserta  didik  dapat  ditingkatkan  melalui  pembelajaran  kontekstual
sesuai dengan prinsip konstuktivisme. Berdasarkan  uraian  dan  fenomena  di  atas,  maka  penulis  mempunyai
keinginan  untuk  mengadakan  penelitian  mengenai  “Hubungan  tingkat keterlaksanaan  pembelajaran  kontekstual  pada  materi  akuntansi  berdasarkan
kurikulum  2006  dengan  keterampilan  berkomunikasi,  integritas  pribadi,  dan minat belajar siswa
”.
B. Batasan Masalah
Untuk  lebih  mengarahkan  penelitian  yang  dilakukan,  maka  peneliti membatasi  ruang  lingkup  masalah,  yaitu:  Hubungan  tingkat  keterlaksanaan
pembelajaran kontekstual pada materi akuntansi berdasarkan kurikulum 2006 dengan  keterampilan  berkomunikasi,  integritas  pribadi,  dan  minat  belajar
siswa di SMA se Kabupaten Bantul yang menerapkan kurikulum 2006.
C. Rumusan Masalah
Berdasarkan  latar  belakang  masalah  dan  batasan  masalah  yang  telah dikemukakan  di  atas,  maka  dapat  dirumuskan  masalah  penelitian  sebagai
berikut: 1.
Apakah  ada  hubungan  positif  antara  tingkat  keterlaksanaan pembelajaran kontekstual pada materi akuntansi berdasarkan kurikulum
2006 dan keterampilan berkomunikasi? PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
2. Apakah ada hubungan positif antara tingkat keterlaksanaan pembelajarn
kontekstual  pada  materi  akuntansi  berdasarkan  kurikulum  2006  dan integritas pribadi?
3. Apakah  ada  hubungan  positif  antara  tingkat  keterlaksanaan
pembelajaran kontekstual pada materi akuntansi berdasarkan kurikulum 2006 dan minat belajar siswa?
D. Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka tujuan yang hendak dicapai dalam penelitian ini adalah untuk:
1. Mengetahui apakah ada hubungan positif antara tingkat keterlaksanaan
pembelajaran kontekstual pada materi akuntansi berdasarkan kurikulum 2006 dan keterampilan berkomunikasi.
2. Mengetahui apakah ada hubungan positif antara tingkat keterlaksanaan
pembelajaran kontekstual pada materi akuntansi berdasarkan kurikulum 2006 dan integritas pribadi.
3. Mengetahui apakah ada hubungan positif antara tingkat keterlaksanaan
pembelajaran kontekstual pada materi akuntansi berdasarkan kurikulum 2006 dan minat belajar siswa.
E. Manfaat Penelitian
Manfaat yang diharapkan dari penelitian ini adalah: 1.
Bagi Sekolah
Penelitian  ini  diharapkan  dapat  memberikan  sumbangan pemikiran  dan  sumber  informasi  mengenai  hubungan  tingkat
keterlaksanaan  pembelajaran  kontekstual  pada  materi  akuntansi berdasarkan  kurikulum  2006  dengan  keterampilan  berkomunikasi,
integritas pribadi, dan minat belajar siswa. 2.
Bagi Guru
Hasil  penelitian  ini  dapat  digunakan  sebagai  informasi  untuk
menambah wawasan dan bahan evaluasi kinerja guru.
3. Bagi Universitas Sanata Dharma
Sebagai  referensi  bagi  pembaca  untuk  penulisan  tugas  akhir  dan menambah koleksi di perpustakaan serta menambah pengetahuan untuk
penelitian lebih lanjut.
4. Bagi Peneliti Selanjutnya
Digunakan  sebagai  penambah  wawasan  dan  pengetahuan  di bidang pendidikan serta sebagai acuan penelitian yang relevan.
10
BAB II LANDASAN TEORI
A. Kurikulum 2006
1. Pengertian Kurikulum
Menurut  PP  Nomor  19  Tahun  2005  tentang  Standar  Nasional Pendidikan,  kurikulum  merupakan  seperangkat  rencana  dan  pengaturan
mengenai,  tujuan,  isi,  dan  bahan  pelajaran  serta  cara  yang  digunakan sebagai  pedoman  penyelenggaraan  kegiatan  pembelajaran  untuk
mencapai  tujuan  pendidikan  tertentu.  Menurut  Hasan  Kunandar, 2007:124  mengartikan  kurikulum  sebagai  suatu  dokumen  atau  rencana
tertulis  mengenai  kualitas  pendidikan  yang  harus  dimiliki  oleh  peserta didik melalui suatu pengalaman belajar. Pengertian tersebut mengandung
arti bahwa kurikulum harus tertuang dalam satu atau beberapa dokumen yang  berisikan  pernyataan  mengenai  kulitas  yang  harus  dimiliki  oleh
seorang peserta didik yang mengikuti kurikulum tersebut.
2. Pengertian Kurikulum 2006
Menurut  Kunandar  2007:113  Kurikulum  2006  merupakan  revisi dan pengembangan dari Kurikulum Berbasis Kompetensi KBK, karena
KBK  dianggap  masih  sarat  dengan  beban  belajar  dan  pemerintah  pusat dipandang terlalu intervensi dalam membuat kurikulum. Oleh karena itu
dalam  kurikulum  2006  beban  belajar  siswa  sedikit  berkurang  dan sekolah,
guru, komite
sekolah diberikan
kewenangan untuk
mengembangkan  kurikulum  seperti  membuat  indikator,  silabus,  dan komponen kurikulum lainnya.
Sementara  itu  menurut  Mulyasa  2007:8  kurikulum  2006 merupakan  kurikulum  yang  dikembangkan  sesuai  dengan  satuan
pendidikan,  potensi  sekolahdaerah,  karakteristik  sekolahdaerah,  sosial budaya  masyarakat  setempat,  dan  karakteristik  peserta  didik.  Dengan
adanya perkembangan kurikulum diharapkan dapat mewujudkan sekolah yang  efektif,  produktif,  dan  berprestasi.  Kurikulum  2006  merupakan
upaya  untuk  menyempurnakan  kurikulum  agar  lebih  familiar  dengan guru  karena  guru  banyak  dilibatkan,  sehingga  diharapkan  memiliki
tanggung  jawab  yang  memadahi.  Kurikulum  2006  adalah  suatu  ide tentang pengembangan kurikulum yang diletakan pada posisi yang paling
dekat  dengan  pembelajaran,  yakni  sekolah  dan  satuan  pendidikan. Pemberdayaan  sekolah  dan  satuan  pendidikan  dengan  memberikan
otonomi  yang  lebih  besar,  disamping  menunjukan  sikap  tanggap pemerintah  terhadap  tuntutan  masyarakat  juga  merupakan  sarana
penigkatan  kualitas,  efisiensi,  dan  pemerataan  pendidikan.  Kurikulum 2006  merupakan  salah  satu  wujud  reformasi  pendidikan  yang
memberikan  otonomi  kepada  sekolah  dan  satuan  pendidikan  untuk mengembangkan  kurikulum  sesuai  dengan  potensi,  tuntutan,  dan
kebutuhan  masing-masing.  Otonomi  dalam  pengembangan  kurikulum dan  pembelajaran  merupakan  potensi  bagi  sekolah  untuk  meningkatkan
kinerja  guru  dan  staf  sekolah,  menawarkan  partisipasi  langsung PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
kelompok-kelompok  terkait,  dan  meningkatkan  pemahaman  masyarakat terhadap pendidikan, khususnya kurikulum. Pada sistem kurikulum 2006,
sekolah  memiliki “full authority and responsibility” dalam menetapkan
kurikulum dan pembelajaran sesuai dengan visi, misi, dan tujuan satuan pendidikan.  Untuk  mewujudkan  visi,misi,  dan  tujuan  tersebut,  sekolah
dituntut  untuk  mengembangkan  standar  kompetensi  dan  kompetensi dasar  ke  dalam  indikator  kompetensi,  mengembangkan  strategi
menentukan  prioritas,  mengendalikan  pemberdayaan  berbagai  potensi sekolah  dan  lingkungan  sekitar,  serta  mempertanggungjawabkannya
kepada masyarakat dan pemerintah. Dalam  kurikulum  2006,  pengembangan  kurikulum  dilakukan  oleh
guru,  kepala  sekolah,  serta  Komite  Sekolah  dan  Dewan  Pendidikan. Badan ini merupakan lembaga yang ditetapkan berdasarkan musyawarah
dari pejabat daerah setempat, komisi pendidikan pada dewan perwakilan rakyat  daerah  DPRD,  pejabat  pendidikan  daerah,  kepala  sekolah,
tenaga  pendidikan,  perwakilan  orang  tua  peserta  didik,  dan  tokoh masyarakat.  Lembaga  inilah  yang  menetapkan  segala  kebijakan  sekolah
berdasarkan  ketentuan-ketentuan  tentang  pendidikan  yang  berlaku. Selanjutnya  komite  sekolah  perlu  merumuskan  dan  menetapkan  visi,
misi,  dan  tujuan  sekolah  dengan  berbagai  implikasinya  terhadap program-program kegiatan operasional untuk mencapai tujuan sekolah.