sesuai dengan potensi, tahap perkembangan, dan kondisi peserta didik dengan tetap memperhatikan keterpaduan pengembangan
pribadi peserta didik yang berdimensi ke-Tuhanan, keindividuan, kesosialisasian, dan moral.
d. Kurikulum dilaksanakan dalam suasana hubungan peserta didik
dan pendidik yang saling menerima dan menghargai, akrab, terbuka, dan hangat, dengan prinsip tut wuri handayani, ing madia
mangun karsa, ing ngarsa sung tulada. e.
Kurikulum dilaksanakan dengan menggunakan pendekatan multistrategi dan multimedia, sumber belajar dan teknologi yang
memadahi, dan memanfaatkan lingkungan sekitar sebagai sumber belajar.
f. Kurikulum dilaksanakan dengan mendayagunakan kondisi alam,
sosial, dan budaya serta kekayaan daerah untuk keberhasilan pendidikan muatan seluruh bahan kajian secara optimal.
g. Kurikulum yang mencakup seluruh komponen kompetensi mata
pelajaran, muatan lokal, dan pengembangan diri diselenggarakan dalam keseimbangan, keterkaitan, dan kesinambungan yang cocok
dan memadahi antar kelas dan jenis serta jenjang pendidikan.
5. Acuan Operasional Penyusunan Kurikulum 2006
Menurut Mulyasa 2007:168 acuan operasional penyusunan
kurikulum 2006 sedikitnya mencakup 12 dua belas poin, yakni:
a. Peningkatan iman dan takwa serta akhlak mulia. Keimanan dan
ketakwaan serta akhlak mulia menjadi dasar pembentukan kepribadian peserta didik.
b. Peningkatan potensi, kecerdasan, dan minat sesuai dengan tingkat
perkembangan dan kemampuan peserta didik. Kurikulum disusun agar memungkinkan pengembangan keragaman potensi, minat,
kecerdasan intelektual, emosional, spiritual dan kinestetik peserta didik secara optimal sesuai dengan tingkat perkembangannya.
c. Keragaman potensi dan karakteristik daerah dan lingkungan.
Daerah memiliki keragaman potensi, kebutuhan, tantangan, dan keragaman karakteristik lingkungan, oleh karena itu kurikulum
harus memuat keragaman tersebut untuk menghasilkan lulusan yang dapat memberikan kontribusi bagi pengembangan daerah.
d. Tuntutan pembangunan daerah dan nasional. Pengembangan
kurikulum harus
memperhatikan keseimbangan
tuntutan pembangunan daerah dan nasional.
e. Tuntutan dunia kerja. Kurikulum harus memuat kecakapan hidup
untuk membekali peserta didik memasuki dunia kerja. f.
Perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi, dan seni. Kurikulum harus dikembangkan secara berkala dan berkesinambungan sejalan
dengan perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi, dan seni. g.
Agama. Kurikulum harus dikembangkan untuk meningkatkan toleransi dan kerukunan umat beragama.
h. Dinamika perkembangan global. Kurikulum harus dikembangkan
agar peserta didik mampu bersaing secara global. i.
Persatuan nasional dan nilai-nilai kebangsaan. Kurikulum harus mendorong wawasan dan sikap kebangsaan dan persatuan nasional
untuk memperkuat keutuhan bangsa dalam NKRI. j.
Kondisi sosial budaya setempat. Kurikulum harus dikembangkan dengan memperhatikan karakteristik sosial budaya setempat dan
menunjang kelestarian keragaman budaya. k.
Kesetaraan jender. Kurikulum harus diarahkan kepada pendidikan yang berkeadilan dan mendorong tumbuh kembangnya kesetaraan
jender. l.
Karakteristik satuan pendidikan. Kurikulum harus dikembangkan sesuai dengan visi, misi, tujuan, kondisi, dan ciri khas satuan
pendidikan.
B. Keterlaksanaan Pembelajaran Kontekstual
1. Pengertian Keterlaksanaan Pembelajaran Kontekstual
Sebelum mempelajari pengertian keterlaksanaan pembelajaran kontekstual, terlebih dahulu hendaknya mengetahui apa itu pengertian
keterlaksanaan dan pembelajaran kontekstual. Keterlaksanaan berasal dari kata laksana, yang menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia
2007:627 berarti sifat, laku, atau perbuatan. Imbuhan keter-an menyatakan sesuatu hal atau peristiwa yang telah terjadi. Dengan
demikian, keterlaksanaan berarti suatu hal atau peristiwa yang sudah terjadi. Sedangkan pembelajaran kontekstual menurut Kokom 2011:7
pembelajaran kontekstual adalah pendekatan pembelajaran yang mengaitkan materi yang dipelajari dengan kehidupan nyata siswa sehari-
hari, baik dalam lingkungan keluarga, sekolah, masyarakat maupun warga negara, dengan tujuan untuk menemukan makna materi tersebut
bagi kehidupannya. Sementara itu menurut Hu ll’s dan Sounders Kokom,
2011:6 di dalam pembelajaran kontekstual, siswa menemukan hubungan penuh makna antara ide-ide abstrak dengan penerapan praktis di dalam
konteks dunia nyata. Selanjutnya, Johnson Kokom, 2011:6 mendefinisikan bahwa pembelajaran kontekstual memungkinkan siswa
menghubungkan isi materi dengan konteks kehidupan sehari-hari untuk menemukan makna.
Berdasarkan beberapa definisi di atas, maka dapat disimpulkan bahwa keterlaksanaan pembelajaran kontekstual adalah suatu pendekatan
pembelajaran yang telah dilaksanaan oleh sekolah yang dapat membantu
guru mengaitkan materi dengan situasi kehidupan nyata siswa. 2.
Karakteristik Pembelajaran Kontekstual
Menurut Johnson Kunandar, 2007:296 ada delapan komponen
utama dalam sistem pembelajaran kontekstual, yaitu:
a. Making meaningful connections membuat hubungan yang
bermakna. Siswa dapat mengatur diri sendiri sebagai orang yang belajar secara aktif dalam mengembangkan minatnya secara