3. Hubungan Positif Tingkat Keterlaksanaan Pembelajaran Kontekstual
dengan Minat Belajar Berdasarkan analisis data dapat dinyatakan bahwa terdapat
hubungan positif tingkat keterlaksanaan pembelajaran kontekstual dengan minat belajar Spearman rho = 0,622; Sig 1-tiled = 0,000
= 0,01. Tingkat keterlaksanaan pembelajaran kontekstual menunjukan
bahwa nilai rata-rata mean = 117,2516; nilai tengah median = 116; dan nilai modus = 116. Hal tersebut menunjukan bahwa sebagian besar
responden memiliki
persepsi tentang
tingkat keterlaksanaan
pembelajaran kontekstual dengan kategori cukup. Sementara pada minat belajar menunjukan nilai rata-rata mean = 69,1688; nilai tengah
median = 70; dan nilai modus = 68. Hal tersebut menunjukan bahwa sebagian besar responden memiliki minat belajar dengan katogori cukup.
Namun demikian, nilai koefisien korelasi tingkat keterlaksanaan pembelajaran kontekstual dengan minat belajar menunjukan derajat
hubungan kedua variabel adalah positif dengan kategori kuat. Hasil penelitian ini sejalan dengan pendapat Johnson Kunandar,
2007:296, yang menjelaskan bahwa salah satu
karakteristik pembelajaran kontekstual adalah melakukan hubungan yang bermakna.
Siswa dapat mengatur diri sendiri sebagai orang yang belajar secara aktif dalam mengembangkan minatnya.
Hal ini tidak jauh berbeda dengan pernyataan Kunandar 2007:305, yaitu terdapat tujuh prinsip yang mendasari pembelajaran
kontekstual di kelas, salah satunya ialah prinsip kontruktivisme. Konstruktivisme merupakan pengetahuan yang dibangun oleh manusia
sedikit demi sedikit, yang hasilnya diperluas melalui konteks yang terbatas. Dalam konstuktivisme, siswa menjadi pusat kegiatan. Siswa
membangun pemahamannya sendiri secara aktif, kreatif, dan produktif berdasarkan pengetahuan terdahulu. Dalam proses pembelajaran guru
dapat menggunakan berbagai metode pembelajaran, sehingga siswa tidak merasa jenuh ataupun bosan selama mengikuti pembelajaran. Selain itu
dalam proses pembelajaran guru dapat menciptakan interaksi yang baik antara guru dengan siswa. Guru tidak hanya ceramah terus-menerus,
namun dapat melibatkan siswa untuk berperan aktif dalam pembelajaran tersebut, misalnya dengan diskusi, permainan, dan presentasi. Hal
tersebut dapat membuat proses pembelajaran menyenangkan sehingga dapat menumbuhkan minat belajar siswa.
Hal ini juga sejalan dengan pendapat Kunandar 2008:298 salah satu ciri pembelajaran kontekstual yaitu menyenangkan dan tidak
membosankan. Maka dengan ciri pembelajaran yang demikian, dapat membuat siswa nyaman untuk mengikuti pembelajaran dan dapat
menumbuhkan minat belajar. Dari pernyataan tersebut maka dapat disimpulkan bahwa pendapat ketiga ahli di atas sejalan dengan hasil
penelitian yang menyatakan bahwa ada hubungan positif antara tingkat keterlaksanaan pembelajaran kontekstual dengan minat belajar. Semakin
tinggi pembelajaran kontekstualnya, maka semakin tinggi pula minat belajar siswa.
111
BAB VI KESIMPULAN, KETERBATASAN, DAN SARAN
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil analisis data dan pembahasan pada bab sebelumnya mengenai hubungan tingkat keterlaksanaan pembelajaran kontekstual pada
materi akuntansi berdasarkan kurikulum 2006 dengan keterampilan berkomunikasi, integritas pribadi, dan minat belajar siswa maka dapat ditarik
kesimpulan: 1.
Ada hubungan positif antara tingkat keterlaksanaan pembelajaran kontekstual pada materi akuntansi berdasarkan kurikulum 2006 dan
keterampilan berkomunikasi siswa. Hasil penelitian ini dibuktikan dengan adanya nilai koefisien korelasi Spearman’s rho = 0,574 dan
nilai probabilitas nilai Sig. 1-tiled = 0,000 = 0,01.
2. Ada hubungan positif antara tingkat keterlaksanaan pembelajaran
kontekstual pada materi akuntansi berdasarkan kurikulum 2006 dan integritas pribadi siswa. Hasil penelitian ini dibuktikan dengan adanya
nilai koefisien k orelasi Spearman’s rho = 0,149 dan nilai probabilitas
nilai Sig. 1-tiled = 0,005 = 0,01.
3. Ada hubungan positif antara tingkat keterlaksanaan pembelajaran
kontekstual pada materi akuntansi berdasarkan kurikulum 2006 dan minat belajar siswa. Hasil penelitian ini dibuktikan dengan adanya nilai
koefisien korelasi Spearman ’s rho = 0,622 dan nilai probabilitas nilai
Sig. 1-tiled = 0,000
= 0,01.
B. Keterbatasan
Dalam melaksanakan penelitian ini, peneliti menyadari masih ada kekurangan dan keterbatasan, adapun keterbatasan peneliti dalam
melaksanakan penelitian ini adalah peneliti tidak dapat mempengaruhi kesungguhan responden dalam menjawab pernyataan dalam kuesioner
penelitian, namun di dalam surat pengantar kuesioner penelitian, peneliti sudah menjelaskan agar responden mengisi kuesioner dengan sungguh-
sungguh dan sesuai dengan keadaan sebenarnya.
C. Saran
Berdasarkan kesimpulan di atas, maka penulis mengajukan beberapa saran sebagai berikut:
1. Hasil penelitian menunjukan bahwa ada hubungan positif tingkat
keterlaksanaan pembelajaran
kontekstual dengan
keterampilan berkomunikasi. Penulis menyarankan agar keterlaksanaan pembelajaran
kontekstual semakin ditingkatkan sehingga mendapatkan hasil yang optimal. Upaya peningkatan keterlaksanaan pembelajaran kontekstual
dapat dilakukan oleh guru dengan menerapkan diskusi dan presentasi. Guru dapat menunjuk siswa yang tidak aktif untuk mempresentasikan.
Sehingga siswa dapat secara aktif terlibat dalam proses pembelajaran. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Dengan demikian siswa dapat terus mempertahankan keterampilan berkomunikasinya.
2. Hasil penelitian menunjukan bahwa ada hubungan positif tingkat
keterlaksanaan pembelajaran kontekstual dengan integritas pribadi. Namun demikian, hubungan kedua variabel tersebut menunjukan derajat
hubungan sangat lemah. Hal tersebut dipengaruhi oleh berbagai faktor, salah satunya lingkungan sekolah. Penulis menyarankan adanya
perbaikan dari faktor lingkungan sekolah. Upaya tersebut dapat dilakukan dengan mendirikan kantin kejujuran. Kantin kejujuran dapat
melatih siswa untuk berbuat jujur. Selain faktor lingkungan, guru juga memiliki peran penting dalam membentuk integritas pribadi siswa.
Ketika ujian berlangsung, guru dapat menanamkan kejujuran siswa dengan mengawasi siswa supaya siswa mengerjakan sendiri sesuai
kemampunnya dan tidak menyontek jawaban temannya. Dengan begitu siswa akan terlatih untuk berbuat jujur.
3. Hasil penelitian menunjukan bahwa ada hubungan positif tingkat
keterlaksanaan pembelajaran kontekstual dengan minat belajar siswa. Penulis menyarankan agar keterlaksanaan pembelajaran kontekstual
semakin ditingkatkan sehingga mendapatkan hasil yang optimal. Upaya peningkatan keterlaksanaan pembelajaran kontekstual dapat dilakukan
dengan membekali guru berbagai metode pembelajaran yang dapat diterapkan ketika pembelajaran berlangsung. Sebagai contoh guru dapat
dibekali metode pembelajaran kooperatif tipe Make A Match. Metode PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Make A Match dapat digunakan ketika guru menyampaikan materi jurnal umum. Dengan menggunkan metode tersebut pembelajaran akan lebih
menyenangkan karena terdapat unsur permainannya. Guru juga harus mengasah kreativitasnya dalam menciptakan media pembelajaran,
misalnya monopoli atau kartu remi. Dengan media pembelajaran yang baru dan menarik, maka akan menggugah minat belajar siswa.
4. Bagi peneliti selanjutnya dapat melakukan penelitian ulang dengan
sampel yang lebih representatif supaya dapat mengungkapkan keadaan yang sesungguhnya.
115
DAFTAR PUSTAKA
Anggoro, Toha. 2011. Metode Penelitian. Jakarta: Universitas Terbuka.
Bahri, Syaiful. 2011. Psikologi Belajar. Jakarta: Rineka Cipta.
Gulo. 2002. Metodologi Penelitian. Jakarta: PT Grasindo.
Hurlock. 1978. Child Development. Jakarta: Erlangga
Kesuma Dharma, Cepi Triatna, dan Johar Permana. 2011. Pendidikan Karakter. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.
Khairani, Makmun. 2015. Psikologi Komunikasi dalam Pembelajaran. Yogyakarta: Aswaja Pressido.
Kunandar. 2007. Guru Profesional Implementasi Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan TSP dan Sukses dalam sertifikasi Guru. Jakarta: PT Raja
Grafindo Persada.
Komalasari, Kokom. 2011. Pembelajaran Konteksual Konsep dan Aplikasi. Bandung: PT Aditama.
Lickona, Thomas. 2013. Pendidikan Karakter. Bandung: Nusa Media.
Mamang Etta dan Sopiah. 2010. Metodologi Penelitian. Yogyakarta: CV Andi Offset
Margono. 2010. Metodologi Penelitian Pendidikan. Jakarta: Rineka Cipta. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Mulyasa. 2007. Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.
Murti, S., dan Salamah, W. 2006. Metodologi Penelitian Bisnis. Yogyakarta: CV Andi Offset.
Masidjo. 1995. Penilaian Pencapaian Hasil Belajar Siswa Di Sekolah. Yogyakarta: Kanisius
Muslich, Masnur. 2007. KTSP Pembelajaran Berbasis Kompetensi dan Kontekstual. Jakarta: Bumi Aksara.
Narbuko Cholid dan Abu Achmad. 2007. Metodologi Penelitian. Jakarta: Bumi Aksara.
Noor, Juliansyah. 2011. Metodologi Penelitian. Jakarta: Kencana Prenada Media Group.
Noor, Juliansyah. 2014. Analisis Data Penelitian Ekonomi Manajemen. Jakarta: PT Grasindo.
Fathurrohman, Pupuh.,
Suryana, AA.
dan Fatriany,
Fenny. 2013.
Pengembangan Pendidikan Karakter. Bandung: PT. Refika Aditama.
Pusat Bahasa Departemen Pendidikan Nasional. 2007. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka.
Rusman. 2013. Model-model Pembelajaran Mengembangkan Profesionalisme Guru. Jakarta: PT Grasindo.
Sangaji dan Sophian. 2010. Metodologi Penelitian-Pendekatan Praktis dalam Penelitian. Yogyakarta: CV Andi Offset.