Ikhtisar KARAKTERISTIK DAN KEMAMPUAN DAYA BELI MASYARAKAT MISKIN DI KABUPATEN BOGOR

Tabel. 31 Besarnya Rata-rata Daya Beli Masyarakat dalam Rp. Rata-rata daya beli masyarakat Rp Zona Perdesaan Perkotaan 1 497.795 605.669 2 475.026 576.209 3 597.842 775.143 4 583.781 693.34 5 555.325 565.75 6 615.535 630.542 7 1.526.026 3.182.057 8 494.393 553.377 Kabupaten Bogor 595.889 1.199.870 Sumber : SUSEDA,2008 diolah Dari Tabel 31 dapat dilihat bahwa kemampuan daya beli masyarakat perdesaan di Kecamatan Pamijahan dan Leuwiliang sebesar Rp. 475.026 terendah dari seluruh zona sementara di perkotaan sebesar Rp. 576.290, hal ini menunjukkan bahwa tingkat kemiskinan di perdesaan yang terdapat di Kecamatan Pamijahan dan Leuwiliang lebih tinggi jika dibandingkan dengan tingkat kemiskinan yang terjadi di perkotaan. Berdasarkan pada data diatas, secara umum disemua zona pengembangan pertanian dan perdesaan di Kabupaten Bogor terlihat bahwa daya beli masyarakat perdesaan lebih kecil jika dibandingkan dengan kemampuan daya beli masyarakat di perkotaan. Hal ini menunjukkan bahwa masyarakat di Kecamatan Pamijahan dan Leuwiliang yang berada di perkotaan lebih sejahtera jika dibandingkan dengan masyarakat di perdesaan.

5.4 Ikhtisar

Berdasarkan data dari Bappeda Kabupaten Bogor tahun 2008, jumlah penduduk miskin di Kabupaten Bogor mencapai 1.149.508 jiwa. Jumlah penduduk ini merupakan jumlah yang besar dan mengalami peningkatan dari tahun sebelumnya. Kemiskinan di Kabupaten Bogor khususnya di Kecamatan Pamijahan dan Leuwiliang dapat dilihat dari beberapa karakteristik yaitu jumlah penduduk miskin, kondisi keadaan tempat tinggal, kemampuan memiliki pakaian pertahun, kepemilikan WC dan tingkat pendidikan kepala keluarga. Berdasarkan jumlah penduduk, karakteristik kemiskinan di Kecamatan Pamijahan dan leuwiliang masih tergolong tinggi. Jumlah penduduk miskin di Kecamatan Pamijahan masih 47,94 dari 134.865 penduduk, dan di Kecamatan Leuwiliang sebesar 48,99 dari 111.705 penduduk. Berdasarkan kondisi tempat tinggal, karakteristik kemiskinan terlihat pada masih dominannya jenis dinding rumah yang berasal dari bambu. Di Kecamatan Pamijahan dan Leuwiliang, lebih dari 60 dinding rumah penduduk masih terbuat dari bambu. Berdasarkan kepemilikan WC, terlihat karakteristik kemiskinan masyarakat di Kecamatan Pamijahan dan Leuwiliang yaitu lebih dari 57 masyarakat masih membuang kotoran di sungai dan kurang dari 1 masyarakat yang memiliki WC sendiri. Berdasarkan kemampuan membeli pakaian per tahun, karakteristik kemiskinan di Kecamatan Pamijahan dan Leuwiliang terlihat pada masih banyaknya masyarakat yang tidak mampu membeli pakaian per tahun. Berdasarkan tingkat pendidikan kepala keluarga, karakteristik kemiskinan terlihat pada masih banyaknya kepala keluarga yang tidak tamat SD mencapai 50 di Kecamatan Leuwiliang dan 60 di Kecamatan pamijahan. Sementara karakteristik kemiskinan lain dapat dilihat dari semakin meningkatnya jumlah RTM penerima Raskin di Kabupaten Bogor. Kemampuan daya beli masyarakat di Kabupaten Bogor masih tergolong rendah. Kemampuan daya beli ini salah satunya diperngaruhi oleh rendahnya pendapatan masyarakat di Kabupaten Bogor. Pendapatan masyarakat di Kabupaten Bogor khususnya di Kecamatan Pamijahan dan Leuwiliang masih berada pada kisaran Rp. 475.026 untuk di perdesaan dan Rp. 576.209 untuk di perkotaan. Besarnya pendapatan tersebut masih berada di bawah standar BPS yaitu Rp. 600.000 per bulan. Berdasarkan kemampuan daya beli antara masyarakat perdesaan dengan perkotaan di Kabupaten Bogor terlihat bahwa secara umum tingkat daya beli masyarakat perkotaan lebih tinggi dari tingkat daya beli masyarakat perdesaan. Hal ini menunjukkan bahwa kemiskinan banyak terjadi pada masyarakat perdesaan.

VI. HUBUNGAN TINGKAT KEMISKINAN DENGAN KARAKTERISTIK RUMAH TANGGA MISKIN