atau politik, orang yang mengalami kemiskinan ekonomi pada hakikatnya karena mengalami kemiskinan struktural dan politis.
8.3 Evaluasi Program Penanggulangan Kemiskinan
Mencermati beberapa kekeliruan yang terjadi pada program penanggulangan kemiskinan yang dilakukan oleh pemerintah, maka ada beberapa
langkah evaluasi untuk memperbaiki kekeliruan dan yang harus dilakukan diantaranya :
1. Program penanggulangan kemiskinan yang dilakukan oleh pemerintah
seringkali salah sasaran, hal ini disebabkan oleh ketersediaan data masyarakat miskin yang tidak ter up date, maka diperlukan suatu strategi pendataan yang
baik agar dapat diketahui data jumlah penduduk miskin yang tepat sehingga program penanggulangan kemiskinan dapat tepat sasaran.
2. Untuk meningkatkan produktivitas, strategi yang harus dipilih adalah
peningkatan kemampuan dasar masyarakat miskin untuk meningkatkan pendapatan melalui langkah perbaikan pendidikan dan kesehatan, peningkatan
keterampilan usaha, teknologi, perluasan jaringan kerja, serta informasi pasar. 3.
Melibatkan masyarakat miskin dalam keseluruhan proses penanggulangan kemiskinan mulai dari proses perencanaan, pelaksanaan, pengawasan, dan
evaluasi, bahkan pada proses pengambilan keputusan. 4.
Strategi pemberdayaan. Kelompok masyarakat miskin harus dipelopori oleh para pakar dan aktivis LSM, menegaskan bahwa masyarakat miskin adalah
kelompok yang mampu membangun dirinya sendiri jika pemerintah mau member kebebasan bagi kelompok itu untuk mengatur dirinya.
5. Kemiskinan memang bersifat multidimensional, maka program pengentasan
kemiskinan sebaiknya tidak hanya terpaku pada aspek ekonomi tetapi juga memperhatikan dimensi lain. Memang kebutuhan pokok tetap menjadi
prioritas, namun juga harus mengejar target untuk mengatasi kemiskinan nonekonomik. Strategi pengentasan kemiskinan tepatnya diarahkan untuk
mengikis nilai-nilai budaya negatif seperti apatis, apolitis, fatalistik, ketidakberdayaan, dan sebagainya. Jika budaya ini tidak dihilangkan maka
kemiskinan ekonomi akan sulit untuk ditanggulangi. Selain itu, langkah
pengentasan kemiskinan yang efektif harus pula mengatasi hambatan- hambatan yang sifatnya struktural dan politis.
Menurut Kartasasmita 2003 menyatakan bahwa untuk melakukan pemberdayaan kepada masyarakat setidaknya dapat dilakukan melalui tiga cara,
yaitu 1 menciptakan suasana atau iklim yang memungkinkan dapat mengembangkan potensi masyarakat, dengan titik tolak bahwa setiap manusia
memiliki potensi yang dapat dikembangkan, 2 memperkuat potensi yang diiliki oleh m,asyarakat tersebut dan 3 memberdayakan juga mengandung arti
melindungi. Untuk arahan ke masa depan dibutuhkan upaya yang lebih efektif dalam menanggulangi kemiskinan di masyarakat.
Dari beberapa program penanggulangan kemiskinan yang sudah dijalankan oleh pemerintah Kabupaten Bogor khususnya di Kecamatan Pamijahan
dan Leuwiliang, berdasarkan pada hasil wawancara dengan responden, maka evaluasi program penanggulangan kemiskinan minimal dilakukan dari tiga segi,
yaitu :
1. Sifat program
Dari segi sifatnya program penanggulangan kemiskinan di Kabupaten Bogor masih bersifat karitatif. Artinya program
penanggulangan kemiskinan yang dijalankan oleh pemerintah masih mengedepankan kemurahan hati ketimbang mengedepankan peningkatan
produktivitas masyarakat miskin. Sifat karitatif ini jika terus-menerus dilakukan oleh pemerintah maka akan menimbulkan sifat ketergantungan
masyarakat miskin kepada pemberian saja, sehingga mereka merasa berada dalam zona nyaman dan akan menimbulkan kemalasan. Persoalan
kemiskinan yang terjadi di masyarakat Kabupaten Bogor khususnya di Kecamatan Pamijahan dan Leuwiliang tidak akan selesai jika pemerintah
masih menggunakan pendekatan ini. Program penanggulangan kemiskinan yang terkesan bersifat karitatif ialah program bantuan langsung tunai
BLT dan program bantuan beras untuk masyarakat miskin Raskin.
2. Pendekatan program
Dari segi pendekatannya, program penanggulangan kemiskinan di Kabupaten Bogor masih terfokus pada aspek ekonomi. Program yang
dijalankan oleh pemerintah masih belum mampu untuk menyelesaikan persoalan kemiskinan yang menimpa masyarakat dari segi kurangnya
kualitas sumberdaya manusia SDM dan besarnya potensi sumberdaya alam, sehingga program yang dijalankan tidak berhasil untuk mengurangi
masyarakat miskin. Program penanggulangan kemiskinan yang mengedepankan pendekatan dari aspek ekonomi seperti LUEP, PKP,
GMM, dan KUBE. Program-program tersebut terbukti tidak dapat menanggulangi kemiskinan yang terjadi di Kabupaten Bogor. Oleh
karenanya, program penanggulangan kemiskinan yang dilakukan oleh pemerintah harus berdasarkan pada aspek multidimensi dan disesuaikan
dengan kondisi masyarakat dan daerah tempat mereka tinggal.
3. Sasaran program
Dari segi sasaran program, program penanggulangan kemiskinan yang dilakukan oleh pemerintah di Kabupaten Bogor belum berhasil.
Program yang menurut sebagian masyarakat miskin itu baik dan bermanfaat terkadang hanya akan menjadi proses pemiskinan kembali bagi
mereka. Program yang salah dari segi sasaran sebagai contoh pemberian beras raskin, PUAP dan BLT. Khusus untuk program PUAP program
pengembangan agribisnis perdesaan, sebenarnya sangat baik untuk menanggulangi kemiskinan dikalangan petani diperdesaan, namun
kenyataan dilapangan petani sulit untuk mengaksesnya dan tidak berani meminjam uang untuk pengembangan usaha taninya dikarenakan kesulitan
untuk membayar hutangnya, juga lembaga keuangan kurang percaya untuk memberikan pinjaman kepada petani karena permasalahan agunan.
Akhirnya yang terjadi adalah program PUAP tidak dinikmati oleh petani di desa, tetapi dinikmati oleh masyarakat yang memiliki warung untuk
dijadikan tambahan modal. Program raskin dan BLT yang dilakukan oleh pemerintah pusat untuk menanggulangi kemiskinan pun demikian, banyak
terjadi kesalahan dalam hal sasaran. Kesalahan sasaran ini disebabkan oleh tidak adanya data yang up date seberapa banyak jumlah masyarakat miskin
yang akan diberikan bantuan, sehingga seluruh masyarakat baik atau tidak miskin mendapatkan bantuan raskin dan BLT tersebut.
8.4 Prinsip-prinsip Penanggulangan Kemiskinan