Saran KESIMPULAN DAN SARAN 10.1

3. Di Kecamatan Pamijahan dan Leuwiliang terdapat komoditas unggulan berupa ubi jalar, padi sawah, jeruk siam dan manggis yang perlu dikembangkan dan dijadikan sektor basis perekonomian masyarakat. 4. Program penanggulangan kemiskinan yang dilakukan oleh pemerintah Kabupaten Bogor tidak optimal. Program yang dijalankan masih terdapat beberapa kekurangan dari berbagai segi. Dari segi sifatnya, masih terlihat karitatif, artinya program yang dijalankan oleh pemerintah masih mengedepankan kemurahan hati ketimbang mengedepankan peningkatan produktivitas masyarakat miskin; Dari segi pendekatannya, program masih terfokus pada aspek ekonomi ketimbang aspek multidimensi, padahal permasalahan kemiskinan perlu dilihat dari berbagai aspek; Dari segi sasarannya, program yang dijalankan tidak tepat sasaran, hal ini disebabkan oleh kurangnya data yang lengkap jumlah masyarakat miskin yang terdapat di Kabupaten Bogor, oleh karenanya program harus disesuaikan dengan kondisi masyarakat dan wilayah dimana terdapat kemiskinan.

10.2 Saran

Berdasarkan hasil kajian, maka dapat disarankan bahwa penanggulangan kemiskinan di Kabupaten Bogor harus terus dilakukan oleh pemerintah dengan: 1. Meningkatan daya beli masyarakat miskin di Kabupaten Bogor dengan membuat program pengembangan ekonomi dengan mengembangkan ubi jalar, padi sawah, jeruk siam dan manggis sebagai komoditas unggulan dalam menanggulangi kemiskinan. 2. Peningkatan kualitas pendidikan masyarakat miskin melalui program penyuluhan dan pelatihan yang dilakukan oleh pemerintah Kabupaten Bogor dalam rangka menciptakan sumberdaya manusia yang berkualitas sehingga dapat bebas dari belenggu kemiskinan. 3. Kualitas infrastruktur jalan, alat pertanian dan sarana pasar yang dapat menunjang pertumbuhan ekonomi masyarakat di Kabupaten Bogor perlu di tingkatkan. 4. Di perlukan adanya peningkatan kerjasama antara pemerintah dengan masyarakat dan pihak swasta dalam menciptakan lembaga keuangan mikro sebagai sumber modal bagi petani di Kabupaten Bogor. 5. Penanggulangan kemiskinan di Kabupaten Bogor selama ini dilakukan oleh masing-masing SKPD, semua SKPD memiliki program yang terlihat sama dan tumpang tindih. Oleh karenanya pemerintah perlu membuat tim khusus penanggulangan kemiskinan dan terpusat pada gabungan antara Bappeda, BPMKS dan BPMPD. DAFTAR PUSTAKA Adiwijoyo, S. 2005. Reformasi Bidang Pertanian, Pakar, Jakarta. [BAPPEDA] Kabupaten Bogor. 2006. Data Sensus Daerah Kabupaten Bogor Tahun 2006 [BAPPEDA] Kabupaten Bogor. 2007. Strategi Penanggulangan Kemiskinan Daerah Tahun 2008-2012 [BAPPEDA] Kabupaten Bogor. 2008. Hasil Sensus Ekonomi Daerah Kabupaten Bogor Tahun 2007. [BAPPEDA] Kabupaten Bogor dan PSP3 IPB. 2009. Kebijakan Revitalisasi Pertanian dan Pembangunan Perdesaan di Kabupaten Bogor. [BAPPENAS] 2004. Laporan Perkembangan Pencapaian Pembangunan Milenium Indonesia 2004, Jakarta, BAPPENAS. [BAPPENAS] 2007. Hasil Sensus Sosial Ekonomi Nasional tahun 2007. [BP3K] Wilayah Cibungbulang. 2009. Rencana Kerja Tahunan Penyuluh tahun 2010 [BP3K] Wilayah Leuwiliang. 2009. Rencana Kerja Tahunan Penyuluh tahun 2010 [BPS] 2004. Kriteria Keluarga Miskin di Indonesia [BPS] Propinsi Jawa Barat. 2007. Survey Sosial Ekonomi Daerah Kabupaten Bogor. 2007 [BPS] Kabupaten Bogor. 2007. Kabupaten Bogor Dalam Angka 2007 Darwis, V. 2004. Faktor Penyebab Kemiskinan, Sumber Pendapatan dan Pengeluaran Keluarga Miskin Lahan Pesisir di Kabupaten Lamongan. Icaserd Working Papper No 58. Pusat Penelitian dan Pengembangan Sosial Ekonomi Pertanian. David, R.F. 2002. Manajemen Strategis : Konsep. Alih Bahasa Alexander Sindoro. PT. Prenhalindo. Jakarta. Dinas Pertanian dan Kehutanan Kabupaten Bogor. 2008. Monografi Pertanian dan Kehutanan 2008. 127 Dinas Peternakan dan Perikanan Kabupaten Bogor. 2009. Kabupaten Bogor Dalam Angka 2009. Hendrakusumaatmaja, S. 2002. Pembangunan Ekonomi Lokal dan Regional, IPB, Bogor. Ismawan, B. 2002. Pengalaman LSM Dalam Menanggulangi Kemiskinan. Sarasehan Nasinal “Micro Finance dan Upaya Penanggulangan Kemiskinan”. 27 Agustus 2002. IPB Bogor. Kantor Kesejahteraan Rakyat Kecamatan Leuwiliang. 2009. Data Penerima Raskin di Kecamatan Leuwiliang tahun 2009 Kantor Kesejahteraan Rakyat Kecamatan Pamijahan. 2009. Data Penerima Raskin di Kecamatan Pamijahan tahun 2009 Kasryno, F., dan A. Suryana. 1987. Transformasi struktural Ekonomi Pedesaan Menuju Pengembangan Sentral industri Pertanian. Dalam F. Kasryno ed. Perubahan Ekonomi Pedesaan Menuju Struktur Ekonomi Berimbang Center For Agro Economic Research . RNAM, ESCAP UNIDO. Bangkok. Kurniawati, 2002. Strategi Pembangunan SDM Agroindustri. http:www.pikiranrakyat.comcetak07020501.htm Nurkse, R. 1953. Pembangunan Daerah dan Pemberdayaan Masyarakat, http:www.kimpraswil.go.id.publikp2kpdesmemahami99.htm Ritonga, H. 2003. Kemiskinan dan Kesenjangan Ekonomi Antar Wilayah. Makalah disampaikan pada Konsultasi Regional Produk Domistik Bruto se Propinsi Riau, di Kepri Juli 2003. Rostow, W.W. 1980. The Stages of Economics Growth. University of Texas Press, Austin. Rusli, S. 2004. Pembangunan Kebutuhan Dasar Manusia, hand out kuliah MPD Institut Pertanian Bogor, Bogor. Saharia, 2003. Pemberdayaan Masyarakat di Perdesaan Sebagai salah satu upaya pemanfaatan potensi sumberdaya manusia secara optimal” Makalah Individu. Pengantar Falsafah Sains PPS702. Program PascasarjanaS3. Institut Pertanian Bogor. http:rudyet.tripod.comsem1023sandra.htm Salim, E. 1980. Perencanaan Pembangunan Ekonomi dan Pemerataan Pendapatan, Yayasan Idayu, Jakarta. 128 Sandra, 2002. “Memberdayakan Industri Kecil Berbasis Agroindustri di Perdesaan”. Makalah Individu. Pengantar Falsafah Sains PPS702. Program PascasarjanaS3. Institut Pertanian Bogor. Sayogyo, 1987. Ekologi Pedesaan, Sebuah Bunga Rampai, Penerbit Rajawali Pers, Jakarta. Sen, A. 1999. Development as Freedom. Winner of the nobel prize for economics. Oxford University Pers. Suharto, E. 2003. Paradigma Baru studi Kemiskinan, http:immugm.org.public.html.article.php?story=20030911194808123 Sumardjo, 2004. Pembangunan Kebutuhan Dasar Manusia, hand out kuliah MPD Institut Pertanian Bogor, Bogor. Sumodiningrat, G. 1999. Pemberdayaan Masyarakat dan Jaring Pengaman Sosial. Penerbit PT. Gramedia Pustaka Utama. Jakarta. Todaro, M.P. 2000. Economics Development in the Third World. Seventh Edition. Pearson Education Limited, New York. Wahab, M. S. 2004. Upaya Mengangkat Kehidupan Pekebun Kelapa: Kakao Alternatif Diversifiksi Perkebunan Rakyat. www.riaupos.com Watts, H. W.1968. The Measurement of poverty an exploratory exercise. University of Winconsin; Institute for Research of Poverty. Discussion pappers; 12-18. Lampiran 1 . Matrik QSPM 129 Alternatif Strategi 1 2 3 4 5 6 7 8 9 Faktor Kunci Bobot AS TAS AS TAS AS TAS AS TAS AS TAS AS TAS AS TAS AS TAS AS TAS Kekuatan S1 0.136 4 0.543 3 0.407 4 0.543 4 0.543 4 0.543 3 0.407 4 0.543 4 0.543 4 0.543 S2 0.141 4 0.564 4 0.564 4 0.564 3 0.423 4 0.564 4 0.564 4 0.564 4 0.564 4 0.564 S3 0.150 3 0.450 4 0.600 4 0.600 4 0.600 3 0.450 4 0.600 4 0.600 4 0.600 4 0.600 S4 0.125 4 0.500 4 0.500 4 0.500 3 0.375 4 0.500 3 0.375 4 0.500 4 0.500 4 0.500 Kelemahan W1 0.118 4 0.471 4 0.471 4 0.471 4 0.471 3 0.354 3 0.354 4 0.471 4 0.471 3 0.354 W2 0.091 4 0.364 3 0.273 4 0.364 3 0.273 4 0.364 3 0.273 4 0.364 4 0.364 4 0.364 W3 0.125 4 0.500 3 0.375 3 0.375 3 0.375 4 0.500 4 0.500 4 0.500 4 0.500 4 0.500 W4 0.114 3 0.343 4 0.457 3 0.343 3 0.343 4 0.457 4 0.457 4 0.457 3 0.343 4 0.457 Peluang O1 0.130 4 0.521 4 0.521 4 0.521 4 0.521 4 0.521 4 0.521 4 0.521 4 0.521 4 0.521 O2 0.109 4 0.436 4 0.436 4 0.436 4 0.436 4 0.436 4 0.436 4 0.436 4 0.436 4 0.436 O3 0.113 4 0.450 4 0.450 4 0.450 4 0.450 4 0.450 3 0.338 4 0.450 4 0.450 4 0.450 O4 0.123 4 0.493 4 0.493 4 0.493 3 0.370 4 0.493 4 0.493 4 0.493 4 0.493 4 0.493 Ancaman T1 0.107 3 0.321 3 0.321 3 0.321 3 0.321 3 0.321 3 0.321 4 0.429 4 0.429 3 0.321 T2 0.146 3 0.439 4 0.586 4 0.586 3 0.439 3 0.439 4 0.586 3 0.439 3 0.439 4 0.586 T3 0.129 3 0.386 4 0.514 4 0.514 4 0.514 4 0.514 3 0.386 3 0.386 4 0.514 4 0.514 T4 0.143 3 0.429 3 0.429 4 0.571 3 0.429 4 0.571 3 0.429 3 0.429 4 0.571 3 0.429 Jumlah TAS 7.211 7.398 7.654 6.884 7.47 7.039 7.582 7.739 7.632 130 130 Lampiran 2. Matrik Rating Faktor Internal Responden Faktor Internal 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 Jumlah Rating a. Lahan pertanian yang masih luas 1 2 4 1 4 4 4 4 3 3 30 4 b. Adanya Kelompok tani sampai ke desa 2 3 4 3 4 4 3 4 4 3 34 4 c. Terdapatnya Komoditas Unggulan 3 3 4 3 4 4 3 3 4 4 35 4 d. Adanya program pemberdayaan ekonomi 4 3 3 3 4 4 3 4 4 3 35 4 e. Terbatasnya modal 1 3 2 1 3 3 4 2 2 2 23 2 f. Rendahnya kualitas SDM petani 2 3 1 2 4 1 2 4 1 2 22 2 g. Terbatasnya aparatur pemerintah penyuluh 1 4 4 1 4 1 2 3 1 2 23 2 h. Minimnya sarana dan prasarana 3 3 4 2 4 2 2 4 1 2 27 3 131 Lampiran 3. Matrik Rating Faktor Eksternal Responden Faktor Eksternal 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 Jumlah Rating a. Adanya komitmen pemerintah daerah dalam menanggulangi kemiskinan 3 4 4 4 4 4 4 3 4 3 37 4 b. Besarnya potensi sumberdaya alam pertanian 3 3 4 2 3 4 3 3 4 3 32 3 c. Adanya program pemerintah dalam pengentasan kemiskinan 3 3 4 4 3 4 3 2 3 4 33 3 d. Otonomi daerah 4 3 3 3 4 4 3 3 4 4 35 4 e. Adanya Krisis ekonomi 2 3 4 2 4 1 2 3 1 2 24 2 f. Adanya Alih fungsi lahan 3 3 3 1 4 2 2 4 1 1 24 3 g. Rendahnya kepercayaan kepada perbankan 1 3 3 1 4 2 2 3 2 2 23 2 h. Adanya Kesalahan Persepsi dalam mengartikan bantuan pemerintah 1 3 2 1 4 2 2 4 1 2 22 2 132 Lampiran 4. Matrik Rekapitulasi Bobot IFE Responden Faktor Internal 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 Jumlah Bobot a. Lahan pertanian yang masih luas 0.125 0.179 0.125 0.143 0.214 0.250 0.018 0.179 0.018 0.107 1.357 0.136 b. Adanya Kelompok tani sampai ke desa 0.143 0.143 0.161 0.143 0.125 0.214 0.054 0.143 0.179 0.107 1.411 0.141 c. Terdapatnya Komoditas Unggulan 0.143 0.143 0.161 0.161 0.179 0.161 0.143 0.143 0.125 0.143 1.500 0.150 d. Adanya program pemberdayaan ekonomi 0.143 0.107 0.125 0.125 0.054 0.161 0.107 0.107 0.143 0.179 1.250 0.125 e. Terbatasnya modal 0.143 0.089 0.089 0.125 0.179 0.000 0.071 0.250 0.161 0.071 1.179 0.118 f. Rendahnya kualitas SDM petani 0.036 0.089 0.089 0.000 0.054 0.054 0.196 0.089 0.089 0.214 0.911 0.091 g. Terbatasnya aparatur pemerintah penyuluh 0.143 0.125 0.125 0.161 0.089 0.107 0.196 0.000 0.125 0.179 1.250 0.125 h. Minimnya sarana dan prasarana 0.125 0.125 0.125 0.143 0.107 0.054 0.214 0.089 0.161 0.000 1.143 0.114 133 Lampiran 5. Matrik Rekapitulasi Bobot EFE Responden Faktor Eksternal 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 Jumlah Bobot a. Adanya komitmen pemerintah daerah dalam menanggulangi kemiskinan 0.125 0.143 0.143 0.054 0.161 0.161 0.125 0.196 0.125 0.071 1.304 0.130 b. Besarnya potensi sumberdaya alam pertanian 0.054 0.054 0.054 0.071 0.196 0.179 0.143 0.250 0.071 0.018 1.089 0.109 c. Adanya program pemerintah dalam pengentasan kemiskinan 0.089 0.089 0.107 0.161 0.143 0.179 0.054 0.125 0.036 0.143 1.125 0.113 d. Otonomi daerah 0.089 0.089 0.107 0.107 0.071 0.179 0.161 0.161 0.107 0.161 1.232 0.123 e. Adanya Krisis ekonomi 0.125 0.125 0.125 0.089 0.161 0.000 0.036 0.125 0.179 0.107 1.071 0.107 f. Adanya Alih fungsi lahan 0.179 0.179 0.143 0.179 0.000 0.179 0.196 0.036 0.232 0.143 1.464 0.146 g. Rendahnya kepercayaan kepada perbankan 0.196 0.179 0.179 0.196 0.143 0.054 0.089 0.089 0.018 0.143 1.286 0.129 h. Adanya Kesalahan Persepsi dalam mengartikan bantuan pemerintah 0.143 0.143 0.143 0.143 0.125 0.071 0.196 0.018 0.232 0.214 1.429 0.143 134 Lampiran 6. Produksi Padi dan Palawija di Kecamatan Pamijahan. Komoditas Produksi di Kecamatan Pamijahan Produksi di Kabupaten Bogor LQ Padi Sawah 19.598 479.755 1,09 Padi Gogo 8 8.967 0,02 Jagung 45 3.216 0,37 Kacang Tanah 45 2.234 0,54 Ubi Kayu 6.155 179.222 0,92 Ubi Jalar 1.605 54.528 0,79 Talas 338 13.385 0,67 Jumlah Total 27.794 741.307 Sumber : Kabupaten Bogor Dalam Angka 2008 diolah Lampiran 7. Produksi Padi dan Palawija di Kecamatan Leuwiliang Komoditas Produkdi Kecamatan Leuwiliang Produksi Kabupaten Bogor LQ Padi Sawah 19.598 479.755 1,09 Padi Gogo 8 8.967 0,02 Jagung 45 3.216 0,37 Kacang Tanah 45 2.234 0,54 Ubi Kayu 6.155 179.222 0,92 Ubi Jalar 1.605 54.528 0,79 Talas 338 13.385 0,67 Jumlah Total 27.794 741.307 Sumber : Kabupaten Bogor Dalam Angka 2008 diolah 135 Lampiran 8. Produksi Buah-buahan di Kecamatan Pamijahan. Komoditi Produksi di Kecamatan Pamijahan Produksi Kabupaten Bogor LQ Alpukat 870 10.974 2,32 Belimbing 382 19.627 0,57 Dukuh 535 6.785 2,30 Durian 100 54.558 0,05 Jambu Biji 1.760 37.819 1,36 Jambu Air 0 15.962 0,00 Jeruk Siam 400 2.103 5,56 Mangga 0 20.047 0,00 Manggis 26 21.164 0,04 Nangka 6.600 64.317 3,00 Nenas 92 25.796 0,10 Pepaya 11.780 122.376 2,81 Pisang 6.270 216.182 0,85 Rambutan 0 220.082 0,00 Salak 19 2.327 0,24 Sawo 141 6.734 0,61 Sirsak 75 4.905 0,45 Sukun 202 3.297 1,79 Jumlah 29.252 855.055 Sumber : Dinas Pertanian dan Kehutanan Kabupaten Bogor 2008 diolah 136 Lampiran 9. Produksi Buah-buahan di Kecamatan Leuwiliang Komoditi Produksi di Kecamatan Leuwiliang Produksi di Kabupaten Bogor LQ Alpukat 75 10.974 0,63 Belimbing 75 19.627 0,35 Dukuh - 6.785 0,00 Durian 710 54.558 1,20 Jambu Biji 150 37.819 0,37 Jambu Air 268 15.962 1,55 Jeruk Siam - 2.103 0,00 Mangga 250 20.047 1,15 Manggis 1.842 21.164 8,03 Nangka 102 64.317 0,15 Nenas 3 25.796 0,01 Pepaya 260 122.376 0,20 Pisang 5.180 216.182 2,21 Rambutan 310 220.082 0,13 Salak 5 2.327 0,20 Sawo 3 6.734 0,04 Sirsak 19 4.905 0,36 Sukun 17 3.297 0,48 Jumlah 9.269 855.055 Sumber : Dinas Pertanian dan Kehutanan Kabupaten Bogor 2008 diolah 137 Lampiran 10. Analisis Korelasi antara Kemiskinan dengan Karakteristik RTM di Kecamatan Pamijahan Kabupaten Bogor dengan α =5 dan n=15 Desa Jumlah KK Miskin Rata-rata Pendapatan Rp Luas Lahan Ha Rata-rata Tanggungan Jiwa Pendidikan Jiwa Usaha Sampingan Cibunian 879 350.000 299 4,83 2.433 30,5 Purwabakti 834 350.000 165 3,98 2.083 33,4 Ciasmara 725 450.000 325 3,95 1.718 35,3 Ciasihan 749 400.000 324 4,88 2.162 35,5 Gunung Sari 936 400.000 349 5,96 2.155 32,6 Gunung Bunder I 552 450.000 201,6 4,95 2.301 45,4 Gunung Bunder II 680 450.000 118,2 4,79 1.921 48,5 Cibening 936 400.000 256,7 4,96 2.212 35,3 Gunung picung 752 450.000 175 3,99 2.315 34,5 Cibitung Kulon 439 450.000 171 3,96 1.909 35,6 Cibitung Wetan 510 450.000 154 3,99 1.230 34,7 Pamijahan 651 450.000 250 3,98 2.095 30,5 Pasarean 814 350.000 175 3,98 2.044 40,5 Gunung Menyan 446 450.000 123,5 3,97 1.412 37,4 Cimayang 496 400.000 128 3,96 1.529 36,5 Korelasi - 0,629504042 - 0,61220918 0,533914322 0,66395014 -0,278139889 Sumber : KCDA 2009 dan BP3K Kecamatan Pamijahan 2009 diolah 138 Lampiran 11. Analisis Korelasi antara Kemiskinan dengan Karakteristik RTM di Kecamatan Leuwiliang Kabupaten Bogor dengan α = 5 dan n=11 Desa Jumlah KK Miskin Pendapatan Rp Luas Lahan Ha Tanggungan Jiwa Pendidikan Jiwa Usaha Sampingan PURASARI 1339 450.000 140,0 3,95 576 45,5 PURASEDA 1041 450.000 80,0 3,98 557 45,2 KARYASARI 1474 500.000 150,0 3,96 620 42,3 PABANGBON 664 350.000 425,2 5,47 712 65,5 KARACAK 1143 500.000 210,0 3,65 587 70,4 BARENGKOK 918 350.000 170,0 4,55 574 75,5 CIBEBER II 1054 400.000 120,0 3,97 630 55,3 CIBEBER I 897 400.000 87,0 3,54 156 54,5 LEUWIMEKAR 1143 500.000 39,0 3,55 114 60,8 LEUWILIANG 795 500.000 76,0 3,85 805 75,6 KAREHKEL 1088 450.000 189,1 3,56 4.735 75,5 Korelasi - 0,569504547 -0,35584339 0,497153281 0,029 - 0,579 Sumber: KCDA 2009 dan BP3K Kecamatan Pamijahan 2009 diolah ABSTRACT JENAL ABIDIN . Strategies in Alleviating Poverty through Agricultural Development in Bogor Regency Case Study in Pamijahan and Leuwiliang Sub- district. Under direction of RINA OKTAVIANI and FREDIAN TONNY NASDIAN . Bogor Regency, West Java has a big potential in agriculture resources, which has area 2.301 km2, population approximately about 4,2 million people and 20,4 per cent of population work as farmers. By possessing its big potential, people in Bogor Regency should not live in poverty. In fact the number of people who live under poverty is about 1,1 million or 24,02 per cent from total number of population. Therefore a researches to study the strategy in alleviating poverty through agricultural development in Bogor Regency is absolutely important. . The main objective of this research is to formulate stategies in alleviating poverty by agricultural development in Bogor Regency. The specific purposes in this researches are : 1 Identifying the characteristic and the buying power of people in Bogor Regencies; 2 Analyzing the correlation between the rate of poverty and the characteristic of household in Bogor Regencies; 3 Analyzing the potential commodities of agriculture in Bogor Regency for alleviating poverty and 4 Evaluating of Government Policy in alleviating poverty at Bogor Regency. The method in this research is Quantitative Descriptive Analysis Method for identifying the characteristic and buying power of people who live under poverty and evaluating government policy to alleviate poverty at Bogor Regency, Correlation Analysis Method for analyzing the correlation between the rate of poverty and the characteristic of household in Bogor Regencies and Location Analysis Method LQ for analyzing potential commodities of agriculture in Bogor Regency. The method to formulate strategies in alleviating poverty by the agricultural development in Bogor Regencies using SWOT Analysis Method and QSPM Analysis Method. There are some programe to alleviate poverty which can be implemented in Bogor Regency. They are : 1 Quality Development of human resources for the farmers; 2 Development of potential commodities; 3 Development of infrastructure of agriculture, 4 Making policy and financial system for the farmers; 5 Socialization of poverty alleviiation program for the farmers intensively; 6 Economic development of farmer; 7 Increasing the quality of farmer groups, 8 Making a policy and system to build an area contributing for farmers and 9 Increasing collaboration between agriculture and entreupreneurship to the farmers. Key words : Strategies, Bogor Regency, Poverty, Policy, Agriculture

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Kabupaten Bogor merupakan bagian dari Propinsi Jawa Barat yang memiliki berbagai potensi yang belum dikembangkan secara optimal. Kabupaten Bogor dalam rangka mengembangkan potensi tersebut, membutuhkan peran dari pemerintah dan masyarakat untuk mengelola dan mengembangkan potensi yang dimiliki. Salah satu potensi yang dimiliki Kabupaten Bogor adalah sumberdaya alam pertanian berupa lahan yang masih luas yang dapat menjadi basis perekonomian daerah sebagai upaya penanggulangan kemiskinan. Potensi sumberdaya alam di Kabupaten Bogor yang berupa luas lahan pertanian dari tahun ke tahun masih terluas jika dibandingkan dengan sektor lainnya walaupun mengalami fluktuasi. Bertambahnya luas lahan pertanian pada tahun 2007 terjadi karena reboisasi dan pembukaan hutan menjadi lahan pertanian, pada tahun 2008 terjadi alih fungsi lahan menjadi pemukiman sehingga menyebabkan luas lahan pertanian berkurang. Potensi ini dapat dilihat pada Tabel 1. Tabel. 1 Potensi Sumberdaya Alam di Kabupaten Bogor Ha Potensi 2006 2007 2008 Pertanian 149.748 180.898 175.320 Perkebunan 24.063 22.126 23.577 Kehutanan 108.033 79.380 79.436 Lainnya 28.189 27.629 31.700 Sumber : Dinas Pertanian dan Kehutanan Kabupaten Bogor 2009 Potensi lain disamping luas lahan pertanian, Kabupaten Bogor juga memiliki luas wilayah dan jumlah penduduk yang besar. Luas wilayah yang mencapai 2.301, 95 kilometer persegi yang terdiri dari 40 kecamatan dan 428 desa dengan jumlah penduduk yang besarnya mencapai 4.215.585 jiwa pada tahun 2006 Susda, 2006 tampaknya tidak mampu mencerminkan tingkat kesejahteraan di Kabupaten Bogor. Besarnya luas wilayah dan jumlah penduduk di Kabupaten Bogor malah menjadi permasalahan tersendiri dengan banyaknya masyarakat miskin. Jumlah penduduk miskin di Kabupaten Bogor mencapai 1.026.789 jiwa 24, 15 , artinya setiap 100 orang penduduk terdapat 24 orang 2 miskin. Jika dilihat dari berbagai potensi yang dimiliki seperti diatas, seharusnya kemiskinan di Kabupaten Bogor dapat ditanggulangi dengan baik oleh pemerintah, namun faktanya kemiskinan masih tetap menjadi permasalahan yang belum tuntas diselesaikan. Oleh karenanya, perlu dilakukan sebuah kajian “Bagaimana Strategi Penanggulangan Kemiskinan melalui Pengembangan Pertanian di Kabupaten Bogor?”

1.2 Perumusan Masalah

Pembangunan daerah di Kabupaten Bogor yang telah dilaksanakan oleh pemerintah daerah sejak masa orde baru hingga sekarang, pada dasarnya telah memberikan perhatian yang cukup besar terhadap upaya pengentasan kemiskinan. Salah satu program pemerintah dalam upaya penanggulangan kemiskinan ini adalah program revitalisasi pertanian pada 40 kecamatan. Kecamatan yang dapat dikembangkan untuk pengembangan pertanian diantaranya : untuk pengembangan pertanian padi sawah, palawija dan buah-buahan adalah Kecamatan Pamijahan dan Kecamatan Leuwiliang. Pengembangan wilayah menuju kesejahteraan, pemerintah telah melakukan beberapa langkah strategis sebagai upaya penanggulangan kemiskinan, baik itu yang diluncurkan oleh pemerintah pusat maupun oleh pemerintah daerah Kabupaten Bogor. beberpa program yang telah dilaksanakan antara lain : Raskin, Bantuan Langsung Tunai BLT, Program Usaha Agribisnis Perdesaan PUAP, Gerakan Masyarakat Mandiri GMM, Lembaga Usaha Ekonomi Perdesaan LUEP, Program Ketahanan Pangan PKP dan Kelompok Usaha Bersama Ekonomi KUBE Susda, 2006. Program-program penanggulangan kemiskinan yang dijalankan oleh pemerintah tersebut bertujuan untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat miskin perdesaan melalui peningkatan dan pemerataan pendapatan. Namun program yang dilaksanakan belum banyak berpengaruh terhadap adanya peningkatan pendapatan masyarakat miskin di perdesaan, hal ini di indikasikan lemahnya ekonomi masyarakat menghadapi gejolak perekonomian. Kondisi yang terjadi ini disebabkan oleh kebijakan pemerintah dalam penanggulangan kemiskinan yang belum menyelaraskan program yang ada dengan karakteristik dan kondisi sosial rumah tangga miskin, serta potensi wilayah perdesaan sebagai