9 anggota masyarakat tidak mampu menguasai sarana ekonomi dan berbagai
fasilitas lain yang tersedia, sehingga mereka tetap miskin. Sajogyo 1987, mengungkapkan kemiskinan merupakan suatu tingkat
kehidupan yang berada dibawah standar kebutuhan hidup minimum yang ditetapkan berdasarkan atas kebutuhan pokok pangan yang membuat orang cukup
bekerja dan hidup sehat didasarkan pada kebutuhan beras dan kebutuhan gizi. Sajogyo dalam menentukan garis kemiskinan menggunakan ekuivalen konsumsi
beras per kapita. Konsumsi beras untuk perkotaan dan perdesaan masing-masing ditentukan sebesar 360 kg dan 240 kg per kapita per tahun.
Beberapa konsep dasar mengenai kemiskinan diatas merupakan konsep yang berkembang di masyarakat, masih banyak konsep lain mengenai kemiskinan
yang dapat kita pelajari sebagai definisi kemiskinan, tetapi pada intinya hampir semua sumber sepakat bahwa kemiskinan pada dasarnya adalah ketidakmampuan
seseorang untuk memenuhi kebutuhan dasarnya dalam kehidupan sehari-hari.
2.2 Indikator Kemiskinan
Banyak indikator tentang kemiskinan yang di tuliskan oleh para ahli dan institusi yang bergerak dibidangnya. Hendrakusumaatmaja 2002,
mengungkapkan bahwa kemiskinan dicirikan oleh tiga hal, yaitu pertama rendahnya penguasaan asset dimana skala usaha tidak efisien dan mengakibatkan
produktivitas menjadi rendah; kedua rendahnya kemampuan masyarakat untuk meningkatkan kepemilikan atau penguasaan akan asset; ketiga rendahnya
kemampuan dalam mengelola asset. Menurut BKKBN indikator kemiskinan disebut sebagai keluarga pra sejahtera yang dikeluarkan secara nasional adalah
seluruh anggota keluarga yang mampu untuk makan dua kali sehari atau lebih, seluruh anggota keluarga memiliki pakaian yang berbeda untuk di rumah, bekerja,
sekolah dan bepergian, bagian terluas dari lantai rumah bukan dari tanah dan apabila anak atau anggota keluarga lainnya sakit dapat di bawa ke sarana petugas
kesehatan, kemudian pasangan usia subur PUS ingin berkeluarga berencana KB dibawa ke sarana atau petugas kesehatan dan diberi obat dengan cara KB
Modern.
10 Menurut Sumardjo 2004, ciri masyarakat miskin yang diambil dari
berbagai sumber rujukan Patnership GRI, Cresescent dan IPB, 2003 adalah : 1 Secara politik tidak memiliki akses ke proses pengambilan keputusan yang
menyangkut hidup mereka; 2 Secara sosial tersingkir dari institusi utama masyarakat yang ada; 3 Secara ekonomi rendahnya SDM termasuk kesehatan,
pendidikan, keterampilan yang berdampak pada penghasilan; 4 Secara budaya dan tata nilai, terperangkap dalam budaya rendahnya kualitas SDM, seperti
rendahnya etos kerja, berfikir pendek dan fatalisme; 5 Secara lingkungan hidup rendahnya pemilikan asset fisik termasuk asset lingkungan seperti air bersih dan
penerangan. Menurut Salim 1980, ada lima yang termasuk ciri-ciri orang miskin,
yaitu: 1
Umumnya tidak memiliki faktor produksi sendiri seperti tanah, modal atau keterampilan.
2 Tidak memiliki kemungkinan untuk memperoleh asset produksi dengan
kekuatan sendiri 3
Tingkat pendidikan yang rendah, tidak tamat sekolah dasar 4
Sebagian besar tinggal diperdesaan,umumnya menjadi buruh tani atau pekerja kasar diluar pertanian
5 Kebanyakan yang hidup dikota dan masih berusia muda yang tidak
mempunyai keterampilan atau pendidikan. Badan Pusat Statistik 2004, telah menetapkan empat belas kriteria
keluarga miskin seperti yang telah disosialisasikan oleh Departemen Komunikasi dan Informasi, bahwa rumah tangga yang tergolong kedalam rumah tangga miskin
yaitu : 1.
Luas lantai bangunan tempat tinggal kurang dari 8 m2 per orang. 2.
Jenis lantai bangunan tempat tinggal terbuat dari tanah bambu kayu murahan.
3. Jenis dinding tempat tinggal terbuat dari bambu kayu rumbia berkualitas
rendah tembok tanpa diplester. 4.
Tidak memiliki fasilitas buang air besar bersama-sama dengan rumah tangga lain.
11 5.
Sumber penerangan rumah tangga tidak menggunakan listrik. 6.
Sumber air minum berasal dari sumur mata air tidak terlindung sungai air hujan.
7. Bahan bakar untuk memasak sehari-hari adalah kayu bakar arang minyak
tanah 8.
Hanya mengkonsumsi daging susu ayam satu kali dalam seminggu. 9.
Hanya membeli satu stel pakaian baru dalam setahun. 10.
Hanya sanggup makan satu atau dua kali dalam sehari. 11.
Tidak sanggup membayar biaya pengobatan di puskesmas atau poliklinik 12.
Sumber penghasilan kepala rumah tangga petani dengan luas lahan 0,5 Ha, buruh tani, nelayan, buruh bangunan, buruh perkebunan, atau pekerjaan
lainnya dengan pendapatan dibawah Rp. 600.000 per bulan 13.
Pendidikan tertinggi kepala rumah tangga : tidak sekolah tidak tamat SD hanya SD.
14. Tidak memiliki tabungan barang yang mudah dijual dengan nilai Rp.
500.000 seperti sepeda motor kredit non kredit, emas, ternak, kapal motor atau barang modal lainnya.
Kemiskinan adalah suatu situasi atau kondisi yang dialami oleh seseorang atau kelompok orang yang tidak mampu menyelenggarakan hidupnya sampai
suatu taraf yang dianggap manusiawi Bappenas, 2004. Dimensi utama kemiskinan adalah politik, sosial budaya, dan psikologi, ekonomi dan akses
terhadap asset. Dimensi tersebut saling terkait dan saling mengunci atau membatasi. Kemiskinan adalah kelaparan, tidak memiliki tempat tinggal, bila
sakit tidak memiliki biaya untuk berobat. Orang miskin pada umumnya tidak dapat membaca karena tidak mampu bersekolah, tidak memiliki pekerjaan, takut
menghadapi masa depan, kehilangan anak karena sakit akibat kekurangan air bersih, kemiskinan adalah ketidak berdayaan, terpinggirkan dan tidak memiliki
rasa bebas.
12
2.3 Pembangunan Ekonomi dalam Penanggulangan Kemiskinan