3.2 Lokasi dan Waktu Kajian
Kajian ini dilaksanakan di Kabupaten Bogor bagian barat tepatnya di wilayah zona II pengembangan pertanian dan perdesaan dengan mengambil dua
kecamatan sebagai daerah sampel, yaitu Kecamatan Pamijahan dan Kecamatan Leuwiliang. Kedua kecamatan ini diambil sebagai daerah sampel dengan
pertimbangan : Pertama, kedua Kecamatan ini terletak pada Zona yang sama yaitu wilayah zona II di Kabupaten Bogor dengan basis pertanian sebagai mata
pencaharian utama. Kedua, Kecamatan Pamijahan memiliki jumlah penduduk miskin terbesar di Kabupaten Bogor dengan jumlah penduduk miskin sebesar
64.651 jiwa dan memiliki jumlah rumah tangga miskin sebanyak 13.382 KK. Ketiga, Kecamatan Leuwiliang memiliki tingkat kemiskinan yang tinggi, yaitu
sebesar 53,76 dari seluruh total rumah tangga miskin di Kabupaten Bogor. keempat, ciri-ciri rumah tangga miskin pada dua kecamatan tersebut hampir
homogen. Kelima, pada dua kecamatan ini sebagian besar penduduknya bermata pencaharian utama pada sektor pertanian. Waktu pelaksanaan kajian ini selama 3
bulan yaitu dari bulan Januari-Maret 2010.
3.3 Data dan Metode Analisis
Sumber data yang digunakan dalam penelitian ini adalah berupa data sekunder dan data primer. Data sekunder berupa jumlah penduduk miskin, luas
lahan, pendidikan, jumlah tanggungan, usaha sampingan dan kepemilikan pakaian diperoleh dari data SUSDA 2006, BAPPEDA Kabupaten Bogor, PSP3 IPB, BPS
Kabupaten Bogor, Kantor BP3K wilayah Kecamatan Pamijahan dan Leuwiliang. Sementara data primer yang berupa komoditas unggulan, evaluasi program
penanggulangan kemiskinan dan perumusan strategi penanggulangan kemiskinan di Kabupaten Bogor diperoleh dari hasil survey, wawancara, focus group
discussion FGD dengan para petani, penyuluh pertanian dan kepala BP3K
masing-masing kecamatan. Lebih legkapnya untuk jenis dan sumber data serta metode analisis dapat dilihat pada Tabel 2.
Tabel. 2
Data dan Metoda Analisis
Data Tujuan Kajian
Jenis Sumber
Metode analisis
1. Mengidentifikasi karakteristik
dan kemampuan Daya Beli masyarakat miskin di
Kabupaten Bogor
Sekunder : Jumlah
penduduk miskin tiap kecamatan, Kondisi
dan keadaan tempat tinggal, Kepemilikan
aset dan Tingkat pendidikan.
SUSDA 2006, BAPPEDA
PSP3 IPB Deskriptif
Kuantitatif
2. Menganalisis hubungan antara
tingkat kemiskinan dengan beberapa karakteristik RTM
di Kabupaten Bogor
Sekunder : Tingkat
kemiskinan, Pengeluaran rumah
tangga, Status kepemilikan lahan,
Jumlah tanggungan, Tingkat pendidikan,
Usaha sampingan. BAPPEDA, PSP3
IPB, Bogor Dalam Angka 2007
Korelasi
3. Menganalisis komoditas
pertanian unggulan di Kabupaten Bogor untuk
penanggulangan kemiskinan
Sekunder : Jenis
Komoditas Pertanian Unggulan di
Kabupaten Bogor Dinas Pertanian
dan Kehutanan Kabupaten Bogor,
BAPPEDA dan PSP3 IPB
LQ
4. Mengevaluasi Kebijakan
Pemerintah mengenai Program penanggulangan
Kemiskinan
Sekunder : Program
Pemerintah dalam Penanggulangan
Kemiskinan BAPPEDA, BP3K
Wilayah Pamijahan dan Leuwiliang
FGD, Deskriptif
Kuatitatif 5.
Merumuskan strategi dan program penanggulangan
kemiskinan melalui pengembangan komoditas
pertanian unggulan di Kabupaten Bogor
Primer
Survey Analisis SWOT
Analisis QSPM
3.3.1 Teknik Sampling
Untuk mendapatkan gambaran mengenai strategi penanggulangan kemiskinan melalui pengembangan pertanian di Kabupaten Bogor di Kecamatan
Pamijahan dan Leuwiliang yang konkrit, valid dan obyektif, dilakukan wawancara terhadap responden yang ada di Kecamatan Pamijahan dan
Leuwiliang. Teknik sampling yang digunakan adalah teknik purposive sampling, artinya responden diambil secara sengaja berdasarkan keahlian atau
keterkaitannya baik secara langsung maupun tidak langsung terhadap penanggulangan kemiskinan di Kabupaten Bogor. Jumlah responden sebanyak 10
orang, terdiri dari enam orang warga masyarakat petani di Kecamatan Pamijahan dan Leuwiliang, dua orang aparatur pemerintah penyuluh pertanian di Kecamatan
Pamijahan dan Leuwiliang, dan dua orang kepala BP3K Kecamatan Pamijahan dan Leuwiliang.
Pemilihan responden yang terdiri dari enam orang ketua kelompok perwakilan dari tiga kelompok tani yang terdapat pada dua kecamatan yaitu
dikarenakan penguasaan mereka terhadap persoalan para petani, penguasaan wilayah pertanian, dan pengetahuan akan kondisi kemiskinan yang terjadi di
tingkat rumah tangga miskin yang ada di dua kecamatan. Dua orang responden yang berasal dari penyuluh pertanian PNS ini diambil karena mereka memiliki
wawasan pertanian yang luas, menguasai permasalahan petani, mengetahui kondisi wilayah, dan sudah lama berinteraksi dengan warga terutama petani
sehingga mengetahui kondisi kemiskinan yang terjadi. Dua orang kepala BP3K pada dua kecamatan dijadikan sebagai sampel karena mereka memiliki pengaruh
terhadap masyarakat petani, dekat dengan akses kebijakan dan memahami permasalahan kemiskinan petani di wilayah tugasnya. Pemilihan 10 orang sampel
ini sudah cukup representative untuk memenuhi kebutuhan dalam penelitian ini.
3.3.2 Metode Pengolahan dan Analisis Data 3.3.2.1 Analisis Deskriptif Kuantitatif
Analisis Deskriptif Kuatitatif ini digunakan untuk mengidentifikasi karakteristik dan kemampuan daya beli masyarakat miskin di Kabupaten Bogor.
Menganalisis kondisi dan keadaan tempat tinggal, kepemilikan aset, jumlah tanggungan keluarga, usaha sampingan RTM, dan tingkat pendidikan rumah
tangga miskin di Kabupaten Bogor, menganalisis hubungan tingkat kemiskinan dengan beberpa karakteristik RTM yang mempengaruhi kemiskinan di Kabupaten
Bogor, mengidentifikasi komoditas pertanian unggulan di Kabupaten Bogor untuk penanggulangan kemiskinan dan mengevaluasi kebijakan pemerintah mengenai
program penanggulangan kemiskinan Analisis deskriptif kuantitatif merupakan teknik analisis yang dilakukan
dalam bentuk tabel-tabel data atau angka yang kemudian dianalisis dan diinterpretasikan dalam bentuk uraian. Tabel-tabel tersebut meliputi seperti yang
tercantum dalam tujuan kajian 1-4 pada tabel data dan analisis.
3.3.2.2 Analisis Korelasi
Analisis Korelasi digunakan untuk menguji adanya hubungan antara tingkat kemiskinan persentase jumlah keluarga miskin di Kabupaten Bogor
dengan beberapa karakteristik rumah tangga miskin di Kabupaten Bogor. Korelasi yang digunakan untuk menguji kedua variabel tersebut adalah korelasi Spearman
yang diolah dengan menggunakan Microsoft Excel. Koefisien korelasi r berkisar antara -1 sampai dengan +1. Tanda minus - menyatakan hubungan negatif antar
kedua variabel. Tanda positif + menyatakan ada hubungan positif antar variabel. Tinggi rendahnya koefisien korelasi mencerminkan tinggi rendahnya hubungan
antar kedua variabel. Uji hubungan antara tingkat kemiskinan dengan beberapa karakteristik RTM tersebut dilakukan pada tingkat signifikansi 5 persen. Hipotesis
yang akan diuji dalam analisis korelasi ini adalah : H0 : r = 0, artinya tidak ada hubungan antara tingkat kemiskinan dengan
beberapa karakteristik RTM di Kabupaten Bogor H1 : r = 1, artinya ada hubungan antara tingkat kemiskinan dengan beberapa
karakteristik RTM di Kabupaten Bogor
3.3.2.3 Analisis Location Quotient LQ
Analisis Location Quotient
LQ merupakan metode analisis yang umum digunakan dalam ekonomi geografi terutama di tingkat kecamatan. Analisis ini
digunakan untuk menunjukkan lokasi pemusatan atau basis aktivitas dan mengetahui kapasitas ekspor perekonomian wilayah serta tingkat kecukupan
barang atau jasa dari produksi lokal suatu wilayah. Nilai LQ merupakan indeks untuk membandingkan pangsa sub wilayah dalam aktivitas tertentu dengan pangsa
total aktivitas tersebut dalam total aktivitas wilayah atau dapat dikatakan bahwa LQ didefinisikan sebagai rasio persentase dari total aktivitas pada sub wilayah ke i
terhadap persentase aktivitas total terhadap wilayah yang diamati Budiharsono, 2001. Asumsi yang digunakan dalam analisis LQ adalah : 1 kondisi geografis
relatif seragam; 2 pola aktivitas bersifat seragam; 3 setiap aktivitas menghasilkan produk yang seragam.
Dalam teknik ini kegiatan ekonomi suatu daerah di bagi menjadi 2 golongan, yaitu :
a. Kegiatan industri yang melayani pasar di daerah itu sendiri maupun diluar
daerah yang bersangkutan. Industri seperti ini dinamakan industry basic. Nilai LQ lebih besar dari satu LQ 1
b. Kegiatan ekonomi atau industri yang melayani pasar di daerah tersebut,
jenis ini dinamakan industry non basic atau industri lokal. Nilai LQ kurang dari satu LQ 1
Analisis LQ dalam kajian ini digunakan untuk mencari komoditas unggulan pertanian di Kabupaten Bogor. Adapun rumus LQ adalah :
Koefisien LQ = eiet
Dimana : ei = Jumlah produksi komoditas i di kecamatan tertentu
et = Jumlah produksi total komoditas di kecamatan tertentu Ei = Jumlah produksi komoditas i di Kabupaten Bogor
Et = Jumlah produksi total komoditas di Kabupaten Bogor Interpretasi hasil analisis LQ adalah sebagai berikut :
1. Apabila nilai LQ 1, komoditas tersebut merupakan komoditas unggulan.
2. Apabila nilai LQ 1, komoditas tersebut bukan merupakan komoditas
unggulan.
3.3.2.4 Matriks IFE dan EFE
Untuk merumuskan strategi dan program penanggulangan kemiskinan di Kabupaten Bogor, maka digunakan analisis Strength, Weakness, Opportunity,
Threat SWOT, yang diawali dengan membuat analisis Internal Factor
Evaluation IFE dan External Factor Evaluation EFE
Matriks IFE digunakan untuk meringkas dan mengevaluasi kekuatan dan kelemahan utama, sedangkan matriks EFE digunakan untuk pengambilan
keputusan dalam meringkas dan mengevaluasi semua informasi lingkungan eksternal meliputi peluang dan ancaman David, 2002.
David 2002 menyebutkan langkah - langkah yang diperlukan untuk menyusun matriks EFE dan IFE, yaitu :
EiEt
1. Daftarkan semua faktor-faktor eksternal dan internal yang diidentifikasi,
termasuk peluang, ancaman, kelemahan dan kekuatan. 2.
Berikan pembobotan untuk setiap faktor yang menunjukan kepentingan relatif semua faktor. Pembobotan berkisar antara 0,0 tidak penting sampai 1,0
sangat penting. Setiap variabel menggunakan skala 0,1,2. Untuk menentukan bobot yang digunakan adalah :
a. A varibel barissebelah kiri kurang penting daripada variabel
kolombagian atas, maka pada kotak pertemuan antra A kiri dan B atas nilai = 0
b. A variabel barissebelah kiri sama penting dengan C pada variabel
bagian atas, maka pada kotak pertemuan antara A kiri dan C atas nilainya = 1
c. A variabel barissebelah kiri lebih penting daripada D pada variabel
bagian atas, maka pada kotak pertemuan antara A kiri dan C atas nilainya = 2.
3. Tentukan rating setiap faktor, yaitu peringkat 1 sampai 4 pada setiap faktor
sukses kritis untuk menunjukkan seberapa efektif pengaruh faktor-faktor tersebut. Untuk EFE yaitu : 4 = peluang utama, 3 = peluang, 2 = ancaman, 1 =
ancaman utama. Sedangkan untuk IFE, rating 4 = kekuatan utama, 3 = kekuatan, 2 = kelemahan kecil dan 1 = kelemahan utama.
4. Setiap rating dikalikan dengan masing-masing bobot untuk setiap variabelnya.
Selanjutnya dilakukan penjumlahan dari pembobotan untuk mendapatkan skor pembobotan
5. Jumlah skor pembobotan berkisar antara 1,0 – 4,0 dengan rata-rata 2,5. Jika
jumlah skor pembobotan IFE dibawah 2,5, maka kondisi internalnya lemah. Untuk jumlah skor bobot faktor eksternal berkisar 1,0 – 4,0 dengan rata-rata
2,5. Jika jumlah skor pembobotan EFE 1,0 menunjukkan ketidakmampuan memanfaatkan peluang dan mengatasi ancaman yang ada. Jumlah skor 4
menunjukkan kemampuan merespon peluang maupun ancaman yang dihadapi dengan sangat baik.
Tabel. 3
Matriks IFE
Faktor Internal Bobot
Rating Skor
Kekuatan
1. 2.
Kelemahan
1. 2.
Tabel. 4 Matriks EFE
Faktor Eksternal Bobot
Rating Skor
Peluang
1. 2.
Ancaman
1. 2.
3.3.2.5 Analisis Matriks Internal – Eksternal Menurut David 2002 setelah melakukan analisis faktor internal dan
eksternal, selanjutnya adalah analisis matriks internal – eksternal IE. Matriks IE didasarkan pada dua dimensi kunci, yaitu total nilai IFE yang diberi bobot pada
sumbu x dan total nilai EFE yang diberi bobot pada sumbu y, sebagaimana disajikan pada Gambar.
Pada sumbu x matriks IE, total nilai IFE yang diberi bobot dari 1,0 sampai 1,99 menunjukkan posisi internal yang lemah, nilai 2,0 sampai 2,99 dianggap
sedang, dan nilai 3,0 sampai 4,0 kuat. Demikian pula pada sumbu y, total nilai EFE yang diberi bobot dari 1,0 sampai 1,99 menunjukkan posisi eksternal yang
rendah, nilai 2,0 samai 2,99 dianggap sedang, dan nilai 3,0 sampai 4,0 tinggi. Matriks IE dibagi menjadi tiga bagian utama yang mempunyai dampak strategis
yang berbeda. Pertama, divisi yang masuk dalam sel I, II atau IV disebut tumbuh dan bina. Strategi yang dapat diterapkan adalah strategi intensif atau integratif
integrasi ke belakang, integrasi ke depan, dan integrasi horizontal. Kedua, divisi yang masuk dalam sel III, V, VII terbaik dapat dikelola dengan strategi
pertahankan dan pelihara. Ketiga, divisi yang masuk dalam sel VI, VIII, IX
disebut panen atau divestasi. Organisasi yang sukses bila diposisikan dalam atau sekitar sel I matriks IE. Seperti terlihat pada Gambar. 2
Gambar. 2 Analisis Internal- Eksternal
Sumber : David, 2002
.
3.3.2.6 Matriks SWOT
Analisis Strenght Weakness Opportunity Threat SWOT yang dilakukan dalam penelitian ini menggunakan unit analisis berupa wilayah untuk basis
penelitian, yaitu berupa dua kecamatan yang terdapat di Kabupaten Bogor bagian barat. Dua kecamatan itu adalah Kecamatan Pamijahan dan Kecamatan
Leuwiliang. Sebelum melakukan analisis SWOT, maka perlu dilakukan analisis terhadap faktor-faktor yang sudah ditentukan yang disebut dengan analisis faktor
internal dan analisis faktor eksternal. Hasil analisis faktor internal dan eksternal dilanjutkan kepada analisis
Strenght Weakness Opportunity Threat SWOT. Analisis SWOT merupakan alat
untuk memaksimalkan peranan faktor yang bersifat positif, meminimalisasi kelemahan yang ada serta menekan dampak ancaman yang timbul.
Analisis SWOT memiliki matriks dengan empat kuadran yang merupakan perpaduan strategi antara faktor internal kekuatan dan kelemahan dan faktor
eksternal peluang dan ancaman sebagaimana disajikan pada Tabel 5. I II
III
IV V VI
2.0 VII VIII IX
TOTAL SKOR FAKTOR STRATEGI IFE-EFE
KUAT RATA-RATA
LEMAH
4,0 3,0
2,0 1,0
3,0
1,0
1,0
TINGGI
MENENGAH
RENDAH
Tabel. 5
Matriks SWOT Faktor Internal
Faktor Eksternal
STRENGTHS S WEAKNESSES W
OPPORTUNITIES O STRATEGI S-O
Menggunakan kekuatan untuk memanfaatkan
peluang
STRATEGI W-O
Meminimalkan kelemahan untuk
memanfaatkan peluang
THREATS T STRATEGI S-T
Menggunakan kekuatan untuk mengatasi
ancaman
STRATEGI W-T
Meminimalkan kelemahan dan
menghindari ancaman
Dari Tabel 5 matrik SWOT dapat dilihat bahwa terdapat dua faktor internal yang terdiri dari Strength dan Weaknesses dan dua faktor eksternal yaitu
Opportunities dan Threats. Kedua faktor yang terdapat dalam analisis SWOT
tersebut akan menghasilkan empat strategi, yaitu: 1
Strategi S-O, yaitu strategi dengan menggunakan kekuatan untuk memanfaatkan peluang;
2 Strategi S-T, yaitu strategi dengan menggunakan kekuatan untuk
mengatasi ancaman; 3
Strategi W-O, yaitu strategi dengan meminimalkan kelemahan untuk memanfaatkan peluang;
4 Strategi W-T, yaitu strategi dengan meminimalkan kelemahan dan
menghindari ancaman. Berdasarkan matrik SWOT diatas, hubungan antara analisis SWOT
dengan tujuan kajian ditunjukkan pada Gambar. 3. Analisis SWOT yang dilakukan dalam kajian ini adalah untuk menjawab tujuan kelima dari kajian yaitu
untuk merumuskan strategi penanggulangan kemiskinan melalui pengembangan komoditas pertanian di Kabupaten Bogor.
Gambar. 3
Hubungan Analisis SWOT dengan Tujuan 5
3.4 Metode Perumusan Strategi dan Perancangan Program
Dalam melakukan perumusan strategi dan perancangan program digunakan Quantitative Strategic Planning Matrix QSPM. QSPM merupakan
alat yang memungkinkan untuk mengevaluasi strategi alternatif secara objektif berdasarkan pada faktor-faktor kunci internal dan eksternal.
Analisis QSPM juga merupakan teknik yang digunakan pada tahap pengambilan keputusan karena menunjukkan strategi alternatif yang paling baik
dipilih. Pada matriks QSP terdapat komponen-komponen utama yang terdiri dari : Key Factors, Strategic Alternatives, Weights, Attractiveness Score, Total
Attractiveness Score dan Sum Total Attractiveness Score, sebagaimana tersaji
dalam Tabel 6.
STRATEGI Kekuatan
Ancaman Peluang
Kelemahan
STRATEGI STARTEGI
STRATEGI
Tujuan 5 : Rumusan Strategi Penanggulangan Faktor Internal
Faktor Eksternal Penyusunan Strategi Penanggulangan Kemiskinan di Kabupaten Bogor
Faktor 3 Faktor 2
Faktor 1
Faktor 4 Faktor 3
Faktor 2 Faktor 1
Faktor 4 Faktor 3
Faktor 2 Faktor 1
Faktor 4 Faktor 3
Faktor 2 Faktor 1
Faktor 4
Tabel. 6
Matriks Analisis QSPM
Strategi Alternatif I
II III
Faktor Kunci Bobot
AS TAS
AS TAS
AS TAS
INTERNAL
Kekuatan ……………..
Kelemahan …………….
EKSTERNAL
Peluang ……………..
Ancaman ……………..
JUMLAH RANKING
Langkah-langkah dalam analisis QSPM adalah sebagai berikut : 1.
Menyusun daftar kekuatan, kelemahan, peluang dan ancaman di kolom sebelah kiri QSPM.
2. Memberi bobot weight pada masing-masing external dan internal key
success factors .
3. Mengidentifikasi strategi alternatif yang pelaksanaannya harus
dipertimbangkan. Mencatat strategi-strategi ini di bagian atas baris QSPM. Mengelompokkan strategi-strategi tersebut ke dalam kesatuan yang
mutually exclusive, jika memungkinkan. 4.
Menetapkan Attractiveness Scores AS, yaitu nilai yang menunjukkan kemenarikan relative untuk masing-masing strategi yang terpilih.
Attractiveness Scores ditetapkan dengan cara meneliti masing-masing
external dan internal key success factors. Batasan nilai Attractiveness Scores
adalah :
1 2
3 4
5. Menghitung Total Attractiveness Scores TAS. Total Attractiveness Scores
TAS didapat dari perkalian bobot weight dengan Attractiveness Scores
pada masing-masing baris. Total Attractiveness Scores menunjukkan relative attractiveness
dari masing-masing alternative strategi Menghitung Sum Total Attractiveness Scores, dengan cara menjumlahkan
semua TAS yang didapat. Nilai TAS dari alternative strategi yang tertinggi yang menunjukkan bahwa alternative strategi itu yang menjadi pilihan utama. Nilai
TAS terkecil menunjukkan bahwa alternative strategi ini menjadi pilihan terakhir.
IV. KEADAAN UMUM WILAYAH 4.1 Kondisi Geografis dan Administratif
4.1.1 Letak dan Batas Wilayah
Kabupaten Bogor merupakan salah satu wilayah di Jawa Barat yang berbatasan langsung dengan DKI Jakarta yang secara geografis terletak antara
6’19° - 6’47° lintang selatan dan 106° 1-107° 103 bujur timur, dengan luas sekitar 2.301,95 km2. Secara administratif batas-batas wilayah Kabupaten Bogor
adalah seperti pada Gambar 4. a
Sebelah utara : Kota Depok
b Sebelah barat
: Kabupaten Lebak c
Sebelah barat daya : Kabupaten Tangerang
d Sebelah timur
: Kabupaten Purwakarta e
Sebelah timur laut : Kabupaten Bekasi
f Sebelah selatan
: Kabupaten Sukabumi g
Sebelah tenggara : Kabupaten Cianjur
Kabupaten Bogor memiliki 40 kecamatan dan 428 desakelurahan. Hampir sebagian besar desa di Kabupaten Bogor sudah terklasifikasi sebagai desa
swakarya yakni 237 desa dan 191 desa merupakan desa swasembada, Kabupaten Bogor tidak memiliki desa swadaya.
Gambar. 4
Peta Lokasi Kabupaten Bogor