Daya Beli Masyarakat di Kabupaten Bogor

bertambahnya Rumah Tangga Miskin RTM jumlah penerima Raskin dari tahun ke tahun di Kabupaten Bogor. Seperti terlihat pada Gambar 5. Gambar. 5 Jumlah RTM Penerima Raskin di Kabupaten Bogor. Sumber : Bappeda Kabupaten Bogor 2009 Dari Gambar 5 dapat dilihat bahwa dari tahun ke tahun jumlah RTM penerima Raskin di Kabupaten Bogor cenderung meningkat. Pada tahun 2003 jumlah penerima Raskin di Kabupaten Bogor mencapai 92.965 RTM, pada tahun 2004 dan 2005 mengalami penurunan menjadi 90.302 RTM. Kemudian pada tahun 2006 mengalami peningkatan menjadi 136.459 RTM, tahun 2007 mencapai 151.113 RTM dan tahun 2008 meningkat menjadi 256.881 RTM. Peningkatan jumlah RTM ini diakibatkan karena program pemberian beras untuk warga miskin Raskin yang dilakukan oleh pemerintah daerah Kabupaten Bogor tidak tepat sasaran.

5.3 Daya Beli Masyarakat di Kabupaten Bogor

Kemiskinan di Kabupaten Bogor dapat dilihat dari seberapa besar kemampuan dari daya beli masyarakat. Semakin besar tingkat daya beli masyarakat, maka tingkat kesejahteraan masyarakat semakin tinggi. Sebaliknya, semakin rendah tingkat daya beli, maka tingkat kesejahteraan masyarakat semakin rendah. Kemampuan daya beli seseorang di pengaruhi oleh seberapa besar pendapatannya yang mampu memenuhi kebutuhannya sehari-hari tingkat pengeluaran. Menurut Badan Pusat Statistik 2004, dinyatakan bahwa jumlah pendapatan seseorang yang berada di bawah Rp. 600.000 maka dinyatakan seseorang tersebut termasuk dalam katagori miskin. Masyarakat Kabupaten Bogor memiliki tingkat daya beli yang dari tahun ke tahun meningkat. Tetapi kemampuan daya beli masyarakatnya masih berada di bawah standar BPS. Seperti terlihat pada Gambar 6. Gambar. 6 Kemampuan Daya Beli Masyarakat Kabupaten Bogor. Sumber : Bappeda Kabupaten Bogor 2009 Dari Gambar 6 dapat dilihat bahwa pada tahun 2004 kemampuan daya beli masyarakat Kabupaten Bogor sebesar Rp. 552.450, naik menjadi Rp.553.630 pada tahun 2005, kemudian pada tahun 2006 mengalami kenaikan menjadi Rp. 558.870 dan pada tahun 2007 naik menjadi Rp. 559.300 kemudian mengalami kenaikan kembali pada tahun 2008 menjadi 560.000. Kenaikan daya beli masyarakat Kabupaten Bogor ini disebabkan karena meningkatnya pertumbuhan ekonomi secara keseluruhan di Kabupaten Bogor. Namun demikian, tetap terjadi perbedaan antara daya beli masyarakat perdesaan dengan masyarakat perkotaan. Seperti yang terjadi di Kecamatan Pamijahan dan Kecamatan Leuwiliang Zona II Wilayah Pembangunan Pertanian dan Perdesaan Kabupaten Bogor. Kemiskinan yang terjadi diperdesaan lebih terlihat jika dibandingkan dengan kemiskinan yang terjadi pada masyarakat perkotaan. Hal ini tampak pada rata-rata daya beli masyarakat di masing-masing wilayah Kabupaten Bogor. Seperti terlihat pada Tabel 31. Tabel. 31 Besarnya Rata-rata Daya Beli Masyarakat dalam Rp. Rata-rata daya beli masyarakat Rp Zona Perdesaan Perkotaan 1 497.795 605.669 2 475.026 576.209 3 597.842 775.143 4 583.781 693.34 5 555.325 565.75 6 615.535 630.542 7 1.526.026 3.182.057 8 494.393 553.377 Kabupaten Bogor 595.889 1.199.870 Sumber : SUSEDA,2008 diolah Dari Tabel 31 dapat dilihat bahwa kemampuan daya beli masyarakat perdesaan di Kecamatan Pamijahan dan Leuwiliang sebesar Rp. 475.026 terendah dari seluruh zona sementara di perkotaan sebesar Rp. 576.290, hal ini menunjukkan bahwa tingkat kemiskinan di perdesaan yang terdapat di Kecamatan Pamijahan dan Leuwiliang lebih tinggi jika dibandingkan dengan tingkat kemiskinan yang terjadi di perkotaan. Berdasarkan pada data diatas, secara umum disemua zona pengembangan pertanian dan perdesaan di Kabupaten Bogor terlihat bahwa daya beli masyarakat perdesaan lebih kecil jika dibandingkan dengan kemampuan daya beli masyarakat di perkotaan. Hal ini menunjukkan bahwa masyarakat di Kecamatan Pamijahan dan Leuwiliang yang berada di perkotaan lebih sejahtera jika dibandingkan dengan masyarakat di perdesaan.

5.4 Ikhtisar