Kondisi Mata Pencaharian Kemiskinan di Kabupaten Bogor

Tabel. 11 Laju Pertumbuhan Ekonomi Kabupaten Bogor Sektor 2004 2005 2006 2007 1. Pertanian 0,15 2,95 1,21 4,63 2. Pertambangan 7,50 10,11 8,73 4,56 3. Industri 5,96 5,91 5,93 5,34 4. LGA 5,92 7,23 7,82 8,02 5. Bangunan 6,68 5,12 4,97 6,55 6. Perdagangan 6,65 8,13 8,03 8,38 7. Angkutan 7,34 7,30 8,02 9,32 8. Keuangan 6,08 6,39 6,78 7,63 9. Jasa-jasa 6,19 4,25 4,87 5,45 PDRB Kabupaten Bogor 5,58 5,85 5,95 6,04 Sumber : BPS Kabupaten Bogor 2007 Laju pertumbuhan ekonomi Kabupaten Bogor secara umum dari tahun ke tahun mengalami peningkatan. Pada tahun 2007 terlihat bahwa laju pertumbuhan ekonomi yang sangat tinggi terjadi pada sektor jasa angkutan 9,32, perdagangan 8,38 dan LGA 8,02. Hal ini terjadi karena wilayah Kabupaten Bogor berdekatan dengan wilayah Ibu kota Jakarta, sehingga sebagian besar masyarakat Kabupaten Bogor bergerak pada sektor jasa dan perdagangan. Sementara pada sektor pertanian laju pertumbuhan ekonomi pada tahun 2007 sebesar 4,63, namun demikian laju pertumbuhan ekonomi pada sektor pertanian dari tahun ke tahun mengalami peningkatan.

4.4 Kondisi Mata Pencaharian

Kabupaten Bogor merupakan suatu wilayah yang masih dikatakan sebagai wilayah agraris. Dilihat dari sumberdaya alam yang masih luas dengan lahan pertanian maka sudah seharusnya masyarakat memiliki mata pencaharian pada sektor pertanian. Berdsarkan pada hasil sensus daerag Kabupaten Bogor tahun 2006, dapat dilihat dari jumlah tenaga kerja yang bekerja di masing-masing sektor di Kabupaten Bogor diketahui bahwa penduduk Kabupaten Bogor sebagian besar bekerja pada sektor pertanian, industri, perdagangan dan jasa-jasa, dengan persentase berturut-turut adalah 20.21, 19.79, 22.12, dan 19.87. Secara kontribusi terhadap PDRB Kabupaten Bogor memang tidak besar yang didapat dari sektor pertanian, namun tingkat penyerapan tenaga kerja dan jumlah masyarakat yang bekerja pada sektor pertanian masih cukup banyak. Dari 1.614.464 jiwa jumlah tenaga kerja di Kabupaten Bogor, sebanyak 326.260 jiwa bekerja pada sektor pertanian. Hal ini menunjukan bahwa mata pencaharian sebagian besar masyarakat di Kabupaten Bogor masih menggantungkan diri pada sektor pertanian sebagai sumber mata pencaharian utama setelah perdagangan.

4.5 Kemiskinan di Kabupaten Bogor

Penduduk di Kabupaten Bogor cenderung mengalami peningkatan dari tahun ke tahun berjalan seiring dengan perkembangan ekonomi daerah. Perkembangan jumlah penduduk miskin atau keluarga miskin memang mengalami penurunan tetapi penurunan angka kemiskinan di Kabupaten Bogor tidak signifikan. Pada tahun 2006 jumlah penduduk miskin di Kabupaten Bogor mencapai 1.026.789 jiwa susda, 2006. Berdasarkan data dari BPS Kabupaten Bogor 2008, jumlah penduduk miskin di Kabupaten Bogor pada tahun 2007 sebanyak 1.017.879 jiwa atau sekitar 24,02 dari total jumlah penduduk Kabupaten Bogor yaitu 4.215.585 jiwa. Terjadi penurunan penduduk yang tidak signifikan di Kabupaten Bogor dari tahun 2006 ke tahun 2007. Adapun untuk jumlah keluarga miskin KKkepala keluarga di Kabupaten Bogor pada tahun 2007 berdasarkan dari data tersebut adalah 274.636 KK atau 26,36 dari jumlah kepala keluarga. Besarnya jumlah penduduk miskin yang terjadi di Kabupaten Bogor ini, sangat ironis apabila dibandingkan dengan potensi sumberdaya alam dan sumberdaya manusia yang dimiliki. Sumberdaya alam yang dihasilkan oleh Kabupaten Bogor seperti potensi pertanian, peternakan, perikanan dan kehutanan masih cukup besar. Namun demikian tidak dapat dipungkiri bahwa memang kemiskinan masih terjadi. Kemiskinan yang terjadi di Kabupaten Bogor, banyak terjadi pada wilayah pedalaman, perdesaan, dan wilayah perbatasan dengan kabupaten lain seperti kabupaten Sukabumi. Kemiskinan juga lebih banyak terjadi pada wilayah pembangunan bogor barat yang identik dengan perdesaan dan identik dengan masyarakat petani. Oleh karenanya benar jika kemiskinan yang terjadi di Kabupaten Bogor itu identik dengan perdesaan dan kalangan petani.

4.6 Pendidikan dan Kesehatan