Karakteristik Kemiskinan di Kabupaten Bogor

5.2 Karakteristik Kemiskinan di Kabupaten Bogor

Karakteristik kemiskinan di Kabupaten Bogor dapat dicirikan dengan masih banyaknya jumlah penduduk miskin dan beberapa karakteristik masyarakat miskin yang ada di Kabupaten Bogor. Berdasarkan data dari Bappeda Kabupaten Bogor, pada tahun 2008 jumlah penduduk miskin di Kabupaten Bogor mencapai 1.149.508 jiwa. Jumlah penduduk miskin ini mengalami kenaikan dari tahun 2006 yang hanya 1.026.789 jiwa dan tahun 2007 mencapai 1.017.879 jiwa. Sebesar 43,7 penduduk Kabupaten Bogor tinggal di perdesaan dan 56,3 tinggal di perkotaan. Desa-desa di Kabupaten Bogor yang berstatus perkotaan sebesar 46,7 dihuni oleh 524.561 K, sedangkan sisanya 378.190 KK tinggal di perkotaan. Tingkat kesejahteraan di Kabupaten Bogor masih tergolong rendah, hal ini dapat dilihat dari jumlah keluarga miskin yang ada di perdesaan maupun di perkotaan. Keluarga miskin yang ada di perdesaan sebesar 38,7, sedangkan dikawasan perkotaan jumlah keluarga miskin mencapai 28,8. Jumlah keluarga miskin di Kabupaten Bogor lebih banyak tinggal di perdesaan yang erat kaitannya dengan sektor pertanian. Karakteristik rumah tangga miskin di Kabupaten Bogor, terutama di Kecamatan Pamijahan dan Kecamatan Leuwiliang dapat dilihat dari jumlah penduduk miskin, kondisi dan keadaan tempat tinggal perumahan, kepemilikan WC, kemampuan membeli pakaian dan banyaknya tamatan SD untuk kepala keluarga. Seperti terlihat pada Tabel 22-28. Tabel. 24 Karakteristik Kemiskinan berdasarkan Jumlah Penduduk Kecamatan Jumlah Penduduk Jiwa Jumlah Penduduk Miskin Jiwa Penduduk Miskin Pamijahan 134.865 64.651 47,94 Leuwiliang 111.705 54.719 48,99 Dari Tabel 24 terlihat bahwa penduduk miskin di Kecamatan Pamijahan dan Leuwiliang masih cukup besar dan secara persentase melebihi jumlah penduduk miskin yang terdapat di Kabupaten Bogor yang mencapai 24,15 . Hal ini terjadi karena jauhnya lokasi dua kecamatan tersebut terhadap pusat kota sehingga akses terhadap sarana dan prasarana masih terbatas. Tabel. 25 Karakteristik Kemiskinan berdasarkan Kondisi Tempat Tinggal Jenis Lantai Jenis dinding Kecamatan Luas lantai m2 Tanah Bambu Kayu Semen Bambu Kayu Tembo k Pamijahan 25,18 34,30 9,32 7,70 48,79 60,92 8,54 30,54 Leuwiliang 22,53 29,89 11,96 7,07 51,09 60,33 13,59 26,09 Dari Tabel 25 terlihat bahwa kondisi tempat tingggal masyarakat di Kecamatan Pamijahan dan Kecamatan Leuwiliang tidak jauh berbeda dari segi luas lantai, jenis lantai dan jenis dinding. Walaupun jenis lantainya dominan terbuat dari semen, tetapi jenis dindingnya masih dominan terbuat dari bambu. Hal ini terjadi karena keterbatasan secara ekonomi dan wilayahnya berupa pegunungan, sehingga menyebabkan masyarakat membuat dinding rumahnya dari bambu karena selain harganya lebih murah juga mudah didapat. Tabel. 26 Karakteristik Kemiskinan berdasarkan Kepemilikan WC Kepemilikan WC Kecamatan Sungai WC Umum WC sendiri Pamijahan 57,56 41,66 0,78 Leuwiliang 57,81 41,85 0,54 Dari Tabel 26 terlihat bahwa di Kecamatan Pamijahan dan Leuwiliang kepemilikan masyarakat terhadap WC pribadi masih rendah. sebagian besar masyarakat masih membuang kotorannya di sungai. Hal ini terjadi karena tingkat pendidikan masyarakat masih rendah sehingga kepedulian terhadap kebersihan masih terbatas, kondisi rumah masyarakat yang cukup dekat dengan sungai serta keterbatasan ekonomi yang membuat masyarakat tidak mampu membuat WC pribadi di rumahnya. Tabel. 27 Karakteristik Kemiskinan berdasarkan Kepemilikan Pakaian Setahun Kepemilikan Pakaian Setahun Kecamatan Tidak mampu Satu stel Lebih satu stel Pamijahan 50,27 46,12 3,60 Leuwiliang 71,20 26,63 2,17 Dari Tabel 27 terlihat bahwa sebagian besar masyarakat di Kecamatan Pamijahan dan Leuwiliang tidak mampu membeli pakaian dalam satu tahunnya, hal ini terjadi karena keterbatasan ekonomi dan akses terhadap pasar sulit dijangkau. Masyarakat lebih mengutamakan uang yang dimiliki untuk konsumsi sehari-hari. Hanya sebagian kecil masyarakat yang mampu membeli pakaian lebih dari satu stel per tahun, ini terjadi pada masyarakat yang secara ekonomi lebih baik dan akses terhadap pasar cukup dekat. Tabel. 28 Karakteristik Kemiskinan berdasarkan pada Banyaknya Kepala Keluarga yang Tamat SD Tingkat Pendidikan Kepala Keluarga Kecamatan Tamat SD Tidak Tamat SD Pamijahan 39,94 60,06 Leuwiliang 49,46 50,54 Dari Tabel 28 terlihat bahwa di Kecamatan Pamijahan dan Leuwiliang jumlah kepala keluarga yang tidak tamat SD masih dominan dibandingkan dengan kepala keluarga yang tamat SD. Hal ini terjadi karena kepedulian masyarakat terhadap pendidikan masih kurang dan akses terhadap pendidikan masih terbatas. Selain dari karakteristik diatas yang menunjukkan kemiskinan di Kecamatan Pamijahan dan Leuwiliang, terdapat juga satu karakteristik lain yang mencerminkan kegagalan program pemerintah yaitu masih banyaknya masyarakat di Kecamatan Pamijahan dan Leuwiliang yang masih menerima Raskin. Pada tahun 2009 terdapat 10.399 KK miskin yang mendapat bantuan Raskin. Seperti terlihat pada Tabel 29. Tabel. 29 Jumlah Penerima Raskin di Kecamatan Pamijahan. Sumber : Kesra Kecamatan Pamijahan 2009 Dari Tabel 29 dapat dilihat bahwa jumlah penerima raskin di Kecamatan Pamijahan berjumlah 10.399 KK dengan jumlah alokasi raskin sebanyak 1.622.244 kgtahun. Desa yang banyak menerima raskin adalah desa Gunungsari, Cibening, Cibunian dan Purwabakti masing- masing sebanyak 146.016 kg, 146.016 kg, 137.124 kg dan 130.104 kg. Sementara desa yang sedikit menerima raskin yaitu desa Cibitung kulon, Gunung menyan, Cimayang dan Cibitung wetan yang masing-masing sebanyak 68.484 kg, 69.576 kg, 77.376 kg dan 79.560 kg. Jumlah penerimaan raskin ini berdasarkan jumlah keluarga miskin yang ada di desa tersebut. Semakin besar jumlah alokasi raskin yang diterima oleh masyarakat, maka semakin banyak jumlah keluarga miskin yang ada di desa tersebut. Karakteristik kemiskinan di Kecamatan Leuwiliang sama dengan karakteristik kemiskinan yang terjadi di Kecamatan Pamijahan. Kemiskinan dapat terlihat dari banyaknya jumlah KK yang menerima Raskin di Kecamatan Leuwiliang pada tahun 2009. Secara lengkap dapat dilihat pada Tabel 30. No Desa Jumlah KK Miskin Alokasi blnKg Alokasi 2009 tahun kg 1 Cibunian 879 11.427 137.124 2 Purwabakti 834 10.842 130.104 3 Ciasmara 725 9.425 113.100 4 Ciasihan 749 9.737 116.844 5 Gunung Sari 936 12.168 146.016 6 Gunung Bunder I 552 7.176 86.112 7 Gunung Bunder II 680 8.840 106.080 8 Cibening 936 12.168 146.016 9 Gunung picung 752 9.776 117.312 10 Cibitung Kulon 439 5.707 68.484 11 Cibitung Wetan 510 6.630 79.560 12 Pamijahan 651 8.463 101.556 13 Pasarean 814 10.582 126.984 14 Gunung Menyan 446 5.798 69.576 15 Cimayang 496 6.448 77.376 Jumlah 10.399 135.187 1.622.244 Tabel. 30 Jumlah Penerima Raskin di Kecamatan Leuwiliang Sumber : Kesra Kecamatan Leuwiliang 2009 Tabel 30 menunjukan bahwa jumlah keluarga miskin yang terdapat di Kecamatan Leuwiliang yang menerima raskin sebanyak 11.556 KK lebih banyak jika dibandingkan dengan jumlah KK penerima raskin di Kecamatan Pamijahan. Desa yang jumlah keluarga miskinnya terbanyak adalah desa Karyasari, Purasari, Karacak dan Leuwimekar dengan jumlah alokasi raskin masing-masing sebanyak 265.320 kg, 241.020 kg,205.740 kg dan 205.740 kg. Sementara desa yang paling sedikit menerima raskin yaitu desa Pabangbon, Leuwiliang dan Cibeber I dengan masing-masing alokasi sebanyak 119.520 kg, 143.100 kg dan 161.460 kg. Selama tahun 2009, alokasi raskin untuk Masyarakat di Kecamatan Leuwiliang sebanyak 2. 080.080 kg. Program raskin Dalam pelaksanaannya terdapat beberapa permasalahan yang harus diselesaikan. Program raskin yang berjalan di Kecamatan pamijahan dan leuwiliang, ternyata menghadapi berbagai hambatan dalam mewujudkan tujuan dan sasarannya. Salah satu hambatan yang dihadapi adalah data jumlah keluarga miskin yang valid yang belum memadai. Program ini diperuntukan bagi masyarakat miskin dari berbagai profesi termasuk didalamnya para petani, buruh, peternak, dll. Namun pada pelaksanaannya program tidak mencapai tujuan dan sasarannya dengan tepat, hal ini terlihat dengan semakin No Desa Jumlah KK Alokasi bln kg Alokasi 2009 kg 1 Purasari 1.339 20.085 241.020 2 Puraseda 1.041 15.615 187.380 3 Karyasari 1.474 22.110 265.320 4 Karacak 1.143 17.145 205.740 5 Barengkok 918 13.770 165.240 6 Pabangbon 664 9.960 119.520 7 Leuwimekar 1.143 17.145 205.740 8 Leuwiliang 795 11.925 143.100 9 Karehkel 1.088 16.320 195.840 10 Cibeber I 897 13.455 161.460 11 Cibeber II 1.054 15.810 189.720 Jumlah 11.556 173.340 2.080.080 bertambahnya Rumah Tangga Miskin RTM jumlah penerima Raskin dari tahun ke tahun di Kabupaten Bogor. Seperti terlihat pada Gambar 5. Gambar. 5 Jumlah RTM Penerima Raskin di Kabupaten Bogor. Sumber : Bappeda Kabupaten Bogor 2009 Dari Gambar 5 dapat dilihat bahwa dari tahun ke tahun jumlah RTM penerima Raskin di Kabupaten Bogor cenderung meningkat. Pada tahun 2003 jumlah penerima Raskin di Kabupaten Bogor mencapai 92.965 RTM, pada tahun 2004 dan 2005 mengalami penurunan menjadi 90.302 RTM. Kemudian pada tahun 2006 mengalami peningkatan menjadi 136.459 RTM, tahun 2007 mencapai 151.113 RTM dan tahun 2008 meningkat menjadi 256.881 RTM. Peningkatan jumlah RTM ini diakibatkan karena program pemberian beras untuk warga miskin Raskin yang dilakukan oleh pemerintah daerah Kabupaten Bogor tidak tepat sasaran.

5.3 Daya Beli Masyarakat di Kabupaten Bogor