Faktor Eksternal Analisis Faktor Internal dan Eksternal .1 Faktor Internal

tidak dapat terjual ke kota-kota besar sehingga pendapatan petani tidak akan meningkat. Perlunya sarana seperti jalan, alat teknologi, pasar dan sebagainya, akan menentukan dan mempengaruhi daya jual hasil tani mereka. Seperti yang di ketahui bersama bahwa sifat dari hasil pertanian adalah cepat rusak, cepat busuk dan jika tidak di tangani dengan cepat maka tidak akan terjual. Oleh karenanya perlu adanya peningkatan sarana dan prasarana untuk menunjang peningkatan produktivitas pertanian di perdesaan. Di Kecamatan Pamijahan dan Kecamatan Leuwiliang sarana pertanian yang ada berupa traktor, alat penggiling padi, tempat penampungan pupuk masih terbatas. Masih ada petani di pedalaman yang menggunakan kerbau untuk membajak, menggunakan “halu” alat tumbuk padi untuk menumbuk padi setelah panen. Kondisi transportasi untuk membawa hasil panen ke pasar dan keluar kota untuk dijual masih belum memadai banyak jalan yang bolong, sempit, jauh dari pusat kota, sehingga sarana dan prasarana merupakan kelemahan yang terdapat di kalangan petani dalam upaya penanggulangan kemiskinan.

9.1.2 Faktor Eksternal

Berdasarkan hasil wawancara dan FGD dengan responden di dua kecamatan, maka terdapat beberapa faktor eksternal yang berpengaruh terhadap penanggulangan kemiskinan di tingkat masyarakat petani di Kecamatan Pamijahan dan Leuwiliang Kabupaten Bogor. Berdasarkan hasil dari kuisioner dan wawancara kepada stakeholder faktor eksternal terdiri dari faktor Peluang Opportunity dan faktor Ancaman Treathment. Faktor peluang terdiri dari 1 Adanya komitmen pemerintah mengenai penanggulangan kemiskinan; 2 Besarnya potensi sumberdaya alam pertanian; 3 Adanya program pemerintah dalam penenggulangan kemiskinan; dan 4 Otonomi daerah, sedangkan yang termasuk dalam faktor ancaman terdiri dari 1 Adanya krisis ekonomi; 2 Adanya alih fungsi lahan; 3 Rendahnya kepercayaan masyarakat petani kepada perbankan; dan 4 Adanya kesalahan persepsi masyarakat petani dalam mengartikan bantuan pemerintah. Peluang: 1. Komitmen pemerintah mengenai penanggulangan kemiskinan Kemajuan suatu daerah terlihat dari seberapa besar komitmen pemerintah dalam melaksanakan apa yang telah dijanjikan pada saat kampanye pemilihan kepala daerah. Janji itu merupakan sesuatu yang harus dilaksanakan dan merupakan bentuk komitmen yang harus dijalankan. Tingkat kemajuan suatu daerah salah satunya ditandai dengan adanya peningkatan kesejahteraan masyarakat miskin yang ada didaerah tersebut. Di Kabupaten Bogor yang menjadi salah satu komitmen kepala daerah adalah mengenai persoalan pemberantasan kemiskinan. Hal yang dijadikan komitmen yaitu melalui peningkatan kualitas pendidikan dan kesehatan, peningkatan kemampuan daya beli masyarakat, pemenuhan pelayanan dasar, terutama infrastruktur wilayah untuk percepatan pembangunan pada setiap wilayah, pemberian subsidi modal usaha, dan lain-lain. Adanya komitmen tersebut diatas merupakan peluang untuk penanggulangan kemiskinan di masyarakat.

2. Besarnya potensi sumberdaya alam pertanian

Besarnya potensi sumberdaya alam pertanian akan dapat meningkatkan kualitas hidup masyarakat jika dimanfaatkan dan dikembangkan dengan profesional. Kabupaten Bogor memiliki sumberdaya alam pertanian yang masih luas dan jika dioptimalkan akan menjadi sebuah peluang besar untuk penanggulangan kemiskinan. Berdasarkan data dari Dinas pertanian dan kehutanan Kabupaten Bogor tahun 2006, terdapat beberapa luasan potensi sumberdaya alam pertanian yaitu potensi luas lahan pertanian sebesar 149.748 Ha, potensi luas lahan perkebunan sebesar 29.857 Ha, potensi luas lahan kehutanan sebesar 108.033 Ha dan potensi luasan lahan pertanian lainnya sebesar 29.462 Ha. Sementara di Kecamatan Pamijahan terdapat luas panen dari semua potensi sebesar 16.521 Ha dan di Kecamatan Leuwiliang sebesar 18.543 Ha. Dilihat dari data tersebut, maka peluang untuk melakukan penanggulangan kemiskinan melalui sektor pertanian sangat mungkin untuk dilakukan. Dalam kajian ini, potensi sumberdaya alam menjadi peluang untuk memberantas kemiskinan di Kabupaten Bogor.

3. Adanya program penanggulangan kemiskinan

Penanggulangan kemiskinan di perdesaan perlu terus dilakukan oleh pemerintah Kabupaten Bogor, khususnya di Kecamatan Pamijahan dan Leuwiliang diperlukan suatu program yang tepat dalam rangka meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Beberapa program untuk penanggulangan kemiskinan di dua kecamatan ini yang pernah dan sedang berjalan yaitu program Raskin, GMM, LUEP, KUBE, bahkan ada program langsung dari departemen pertanian yang disebut SMD sarjana membangun desa dan LM3 yang salah satunya bertujuan untuk peningkatan kualitas SDM dan ekonomi petani dimasing-masing desa, hanya saja perlu evaluasi dan peningkatan dari kualitas program tersebut karena ini merupakan peluang bagi masyarakat petani untuk keluar dari lingkaran kemiskinan Beberapa program kemiskinan yang sudah berjalan di Kabupaten Bogor belum memenuhi sasaran dan target yang diharapkan. Menurut Bappeda Kabupaten Bogor 2007, terdapat beberapa kelemahan terhadap program penanggulangan kemiskinan diantaranya : 1 Kebijakan program penanggulangan kemiskinan masih bersifat sentralistik dan top down dan tidak dikaji berdasarkan kebutuhan lokasi tertentu; 2 Koordinasi antar dinas sektoral masih rendah dalam merencanakan, melaksanakan, memelihara program pembangunan; 3 Monitoring dan evaluasi program di lapangan masih kurang, sehingga sering kali terjadi tumpang tindih program; dan 4 Saluran penanganan dan pengaturan masalah masih belum berjalan sebagaimana mestinya.

4. Otonomi Daerah

Terjadinya otonomi daerah di Kabupaten Bogor merupakan sebuah peluang bagi pemerintah daerah untuk memanfaatkan, mengelola dan mengembangkan potensi sumberdaya alam dan sumberdaya manusia yang dimiliki. Hal ini menjadi sebuah peluang bagi daerah untuk melakukan pembangunan sesuai dengan kebutuhan masyarakat. Pembangunan yang dilaksanakan pada era otonomi daerah ini diharapkan dapat menanggulangi kemiskinan yang terjadi di masyarakat. Otonomi daerah, akan memberikan keleluasaan bagi pemerintah daerah dalam menentukan nasibnya sendiri, artinya pemerintah daerah bisa mengukur target-target pembangunan termasuk pembangunan pertanian, penciptaan lapangan kerja, untuk mencapai kesejahteraan. Oleh karenanya diharapkan dengan adanya otonomi daerah di Kabupaten Bogor merupakan peluang untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat miskin yang selama ini belum optimal dengan program yang dilakukan oleh pemerintah daerah Kabupaten Bogor. Ancaman :

1. Adanya krisis ekonomi

Indonesia merupakan negara berkembang yang rentan dengan krisis ekonomi. Terjadinya krisis ekonomi di Indonesia pada tahun 1997 membuat masyarakat miskin menjadi bertambah. Krisis ekonomi menyebabkan kondisi perekonomian Indonesia carut-marut, tidak terkendali, terjadi inflasi yang menyebabkan harga-harga kebutuhan pokok meningkat dan daya beli masyarakat menurun. Krisis ini berdampak pada semua sektor kehidupan masyarakat yang implikasinya sampai kepada masyarakat yang tinggal di perdesaan termasuk masyarakat petani. Adanya krisis ekonomi di Indonesia dipastikan kondisi para petani kesulitan untuk bercocok tanam, karena tidak mampu membeli pupuk, tidak terbelinya bibit sehingga lahan dan sawah mereka menjadi lahan kosong yang terlihat tanpa tuan dan tidak termanfaatkan. Krisis ekonomi menjadi ancaman yang suatu saat dapat menimpa bangsa ini, termasuk di Kabupaten Bogor.

2. Adanya alih fungsi lahan

Terjadinya alih fungsi lahan secara berlebihan dan tidak sesuai peruntukannya akan mengakibatkan terjadinya degradasi lahan. Pengalihan lahan pertanian menjadi industri atau menjadi lahan pemukiman menjadi ancaman yang serius bagi masyarakat petani Kabupaten Bogor. Alih fungsi lahan dapat menimbulkan berbagai kerugian jika dilakukan secara besar-besaran yang dapat berpotensi menyebabkan bencana alam seperti tanah longsor, banjir, erosi, polusi dan lain-lain. Bagi para petani terjadinya alih fungsi lahan akan menyebabkan berkurangnya lahan pertanian yang dapat menyebabkan berkurangnya pendapatan petani. Di Kabupaten Bogor, memang terlihat lahan pertanian masih cukup luas untuk para petani, namun jika terjadi alih fungsi dapat menjadi bencana pangan. Seperti terlihat di Wilayah Bogor Timur, yang hampir semua lahan berubah menjadi pemukiman dan pabrik industri, sehingga untuk kebutuhan pangan perlu mendatangkan dari wilayah lain khususnya didatangkan dari Wilayah Bogor Barat. Alih fungsi lahan menjadi ancaman bagi petani, semakin besar terjadinya alih fungsi lahan, kemiskinan dikalangan petani semakin besar.

3. Rendahnya kepercayaan masyarakat petani kepada perbankkan

Citra pertanian belum mendapatkan posisi yang baik disebagian kalangan masyarakat, khususnya di kalangan perbankkan. Dalam rangka meningkatkan dan mengembangkan usaha pertanian, para petani membutuhkan modal untuk memperbesar skala usaha pertanian. Namun, seringkali kesulitan dalam memenuhi kebutuhan modal. Seperti kasus yang terjadi di Kecamatan Pamijahan dan Leuwiliang, petani disana sulit mendapat pinjaman dari bank, hal ini disebabkan oleh rendahnya kepercayaan perbankkan kepada petani dan tidak adanya agunan dari petani untuk meminjam uang untuk modal bertani kepada pihak bank, sehingga bank sulit memberikan pinjaman. Akhirnya banyak para petani meminjam uang ke bank keliling untuk membeli pupuk dan untuk kebutuhan hidupnya sehari-hari. Hal ini menjadi ancaman bagi petani, karena dapat menyebabkan terjerembabnya mereka ke jurang kemiskinan yang lebih dalam. Rendahnya kepercayaan perbankkan kepada petani menjadi ancaman bagi kemajuan petani di perdesaan.

4. Adanya kesalahan persepsi dari para petani dalam mengartikan bantuan pemerintah

Dalam rangka memudahkan petani untuk bercocok tanam, pemerintah Kabupaten Bogor melalui Dinas Pertanian dan Kehutanan melakukan beberapa program untuk memenuhi kebutuhan petani dalam rangka bercocok tanam. Namun terkadang para petani mensalah artikan bantuan program yang diberikan pemerintah tersebut. Studi kasus seperti yang terjadi di Kecamatan Pamijahan, ada program PUAP yang bertujuan untuk memberikan bantuan kepada para petani berupa dana bantuan subsidi untuk keperluan pupuk petani. Namun pada kenyataannya dana tersebut diperuntukan untuk hal-hal yang lain, seperti pinjaman untuk mengembangkan warung makanan cemilan. Selain itu juga banyak para petani tidak mengembalikan uang itu dengan alasan bahwa dana tersebut dari pemerintah dan sifatnya gratis. Ini sebagai contoh kesalahan persepsi yang terjadi, sehingga akan menjadi ancaman bagi program penanggulangan kemiskinan di Kabupaten Bogor yang dapat menyebabkan tingkat keberhasilan program penanggulangan kemiskinan sulit dilakukan.

9.1.3 Evaluasi Faktor Internal IFE