Kondisi Mata Pencaharian KEADAAN UMUM WILAYAH 4.1 Kondisi Geografis dan Administratif

1.614.464 jiwa jumlah tenaga kerja di Kabupaten Bogor, sebanyak 326.260 jiwa bekerja pada sektor pertanian. Hal ini menunjukan bahwa mata pencaharian sebagian besar masyarakat di Kabupaten Bogor masih menggantungkan diri pada sektor pertanian sebagai sumber mata pencaharian utama setelah perdagangan.

4.5 Kemiskinan di Kabupaten Bogor

Penduduk di Kabupaten Bogor cenderung mengalami peningkatan dari tahun ke tahun berjalan seiring dengan perkembangan ekonomi daerah. Perkembangan jumlah penduduk miskin atau keluarga miskin memang mengalami penurunan tetapi penurunan angka kemiskinan di Kabupaten Bogor tidak signifikan. Pada tahun 2006 jumlah penduduk miskin di Kabupaten Bogor mencapai 1.026.789 jiwa susda, 2006. Berdasarkan data dari BPS Kabupaten Bogor 2008, jumlah penduduk miskin di Kabupaten Bogor pada tahun 2007 sebanyak 1.017.879 jiwa atau sekitar 24,02 dari total jumlah penduduk Kabupaten Bogor yaitu 4.215.585 jiwa. Terjadi penurunan penduduk yang tidak signifikan di Kabupaten Bogor dari tahun 2006 ke tahun 2007. Adapun untuk jumlah keluarga miskin KKkepala keluarga di Kabupaten Bogor pada tahun 2007 berdasarkan dari data tersebut adalah 274.636 KK atau 26,36 dari jumlah kepala keluarga. Besarnya jumlah penduduk miskin yang terjadi di Kabupaten Bogor ini, sangat ironis apabila dibandingkan dengan potensi sumberdaya alam dan sumberdaya manusia yang dimiliki. Sumberdaya alam yang dihasilkan oleh Kabupaten Bogor seperti potensi pertanian, peternakan, perikanan dan kehutanan masih cukup besar. Namun demikian tidak dapat dipungkiri bahwa memang kemiskinan masih terjadi. Kemiskinan yang terjadi di Kabupaten Bogor, banyak terjadi pada wilayah pedalaman, perdesaan, dan wilayah perbatasan dengan kabupaten lain seperti kabupaten Sukabumi. Kemiskinan juga lebih banyak terjadi pada wilayah pembangunan bogor barat yang identik dengan perdesaan dan identik dengan masyarakat petani. Oleh karenanya benar jika kemiskinan yang terjadi di Kabupaten Bogor itu identik dengan perdesaan dan kalangan petani.

4.6 Pendidikan dan Kesehatan

Salah satu tugas dari pemerintahan termasuk pemerintah daerah adalah ikut serta mencerdaskan kehidupan bangsa, sebagaimana tercantum dalam mukadimah pembukaan UUD 1945. Pendidikan merupakan sarana dalam rangka untuk mencapai kemajuan suatu bangsa, tanpa pendidikan sebuah bangsa akan tertinggal dan terbelakang. Berdasarkan dari data Susda tahun 2006, jumlah SDMI baik negeri maupun swasta berjumlah 2.157 unit, SLTP sebanyak 471 unit dan SMA sebanyak 265 unit. Jumlah penduduk usia 15 tahun keatas yang buta aksara di Kabupaten Bogor adalah 100.194 jiwa. Jumlah siswa putus sekolah drop out pada jenjang SDMI sebanyak 3.959 orang, sementara yang lulus SDMI sebanyak 80.745 orang tetapi tidak melanjutkan ke jenjang SLTPMTS sebanyak 7.458 orang dan putus sekolah di SLTPMTS sebanyak 7.037 orang. Sementara itu, pada jenjang SLTPMTS terdapat 7.798 siswa yang putus sekolah drop out dan terancam DO pada jenjang SMASMKMA terdapat 8.319 siswa putus sekolah drop out dan terancam DO. Pada kedua jenjang tersebut, siswa DO dan terancam DO belum tertangani seluruhnya sehingga mengakibatkan program wajar dikdas sembilan tahun belum terselesaikan dengan baik di Kabupaten Bogor. Angka Partisipasi Murni APM masyarakat terhadap sektor pendidikan belum merata pada setiap kecamatan yang ada di Kabupaten Bogor. APM masyarakat pada tingkat Sekolah Dasar SDMI rata-rata baru mencapai 98,31 sedangkan APM masyarakat pada tingkat SLTPMTS baru mencapai 69,78 dan APM pada tingkat SMASMKMA rata-rata mencapai 29,82. Sehingga belum semua penduduk usia wajib sekolah dapat mengikuti pendidikan formal sebagaimana ketentuan yang berlaku. Hal ini menunjukan bahwa partisipasi masyarakat untuk pendidikan masih rendah. Berbagai kendala terjadi pada masyarakat diantaranya adalah kesadaran yang masih rendah, kendala ekonomi dimana anak usia sekolah harus membantu orang tua di sawah dan penyuluhan yang dilakukan oleh pemerintah masih sangat kurang terhadap masyarakat. Pada tahun 2006, pembangunan sektor kesehatan di Kabupaten Bogor belum cukup menggembirakan. Hal ini terjadi karena berkaitan dari luas wilayah, sarana dan prasarana kesehatan yang belum memadai serta besarnya jumlah penduduk di Kabupaten Bogor. Pembangunan sarana dan prasarana sektor kesehatan belum