8.4 Prinsip-prinsip Penanggulangan Kemiskinan
Berdasarkan pada hasil kajian Bappeda Kabupaten Bogor 2007, dinyatakan bahwa upaya melakukan penggulangan kemiskinan harus menganut
pada prinsip-prinsip dasar sebagai berikut : 1.
Keberpihakan. Prioritas kebijakan untuk pemenuhan kebutuhan dasar masyarakat miskin pro poor yang belum menerima pelayanan umum secara
memadai berdasarkan kebutuhan masyarakat miskin sebagai penerima manfaat dan bukan asas pemerataan. Dengan demikian diharapkan masyarakat
miskin akan menerima manfaat yang optimal.
2. Partisipatif. Keterlibatan aktif semua pihak terutama masyarakat miskin di
desa-desa mulai dalam proses perencanaan, pelaksanaan, monitoring dan evaluasi dalam upaya penanggulangan kemiskinan dan pencapaian tujuan
pembangunan 3.
Berwawasan Gender. Semua kebijakan publik harus memiliki kepedulian dan kepekaan terhadap gender yang merugikan pembangunan karena adanya
ketidakseimbangan perhatian pembangunan terhadap perempuan dibanding laki-laki. Semua penduduk miskin baik laki-laki maupun perempuan harus
memiliki atau diberikan kesempatan yang sama non diskriminatif, dan semua hambatan terhadap semua peluang ekonomi dan politik harus
dihapuskan, sehingga semua penduduk miskin dapat berpartisipasi dan mendapat manfaat dan peluang yang sama, tanpa membedakan suku, agama,
ras dan antar golongan, agar penanggulangan kemiskinan tidak bias pada kepentingan golongan tertentu.
4. Keberlanjutan. Keberlanjutan berarti semua sumberdaya harus dapat
diperbaharui, harus ada kelanjutan dari satu kegiatan untuk kegiatan berikutnya, dari satu tahap ke tahap berikutnya sehingga tidak terputus.
Demikian pula akses terhadap peluang atau kesempatan yang harus tersedia bukan hanya untuk generasi sekarang tetapi juga untuk generasi yang akan
dating. Untuk itu harus pula memperhatikan aspek pemeliharaan, pemanfaatan, dan pengembangan hasil-hasil pembangunan serta berwawasan
lingkungan.
5. Pemberdayaan. Pemberdayaan diperlukan untuk meningkatkan produktivitas
dan harus dilakukan secara terus menerus atau keberlanjutan. Pemberdayaan disini berarti juga bahwa pembangunan harus dilakukan oleh semua orang
bukan semata-mata dilakukan untuk semua orang. semua orang harus berpartisipasi penuh dalam pengambilan keputusan dan proses yang
mempengaruhi kehidupan mereka.
6. Produktivitas. Manusia harus mampu meningkatkan produktivitasnya dan
berpartisipasi penuh dalam mencari penghasilan dan lapangan kerja atau menciptakan lapangan kerja. Untuk meningkatkan produktivitas diperlukan
teknologi Infrastruktur dan skill sumberdaya manusiannya. Guna meningkatkan skill selain melalui pendidikan, lathan dan kursus-kursus, juga
dipengaruhi oleh kondisi kesehatan manusiannya. Kesemuannya harus ditunjang dengan modal, oleh karena itu peningkatan produktivitas merupakan
bagian dari pembangunan manusia. 7.
Kebersamaan. Upaya penanggulangan kemiskinan diakui sebagai masalah fundamental dan multidimensi serta menjadi tanggungjawab bersama sehingga
memerlukan keterlibatan aktif semua pihak, baik itu pemerintah, swasta maupun masyarakat, untuk itu harus dijalin kemitraan global dalam upaya
penanggulangan kemiskinan dan pencapaian tujuan pembangunan itu sendiri.
8. Keterbukaan. Keterbukaan perlu menjadi komitmen bersama semua pihak
dalam upaya penanggulangan kemiskinan dan pencapaian tujuan pembangunan yaitu mmelalui pelayanan penyediaan informasi bagi semua
pihak termasuk masyarakat miskin. 9.
Akuntabilitas. Perlu adanya proses dan mekanisme pertanggungjawaban atas segala kemajuan, hambatan, capaian, hasil dan manfaat, baik itu dari sudut
pandang pemerintah maupun hasil real yang dialami masyarakat. 10.
Sinergitas. Adanya sinergi, keterpaduan, dan keterkaitan seluruh kebijakan dan antar pelaku dalam penanggulangan kemiskinan dan pencapaian tujuan
pembangunan.
IX. PERUMUSAN STRATEGI DAN PERANCANGAN PROGRAM PENANGGULANGAN KEMISKINAN DI KABUPATEN BOGOR
Perumusan alternatif strategi penanggulangan kemiskinan di Kabupaten Bogor dapat dilakukan melalui tiga tahap, yaitu 1 Tahap masukan, yaitu dengan
melakukan identifikasi faktor internal dan eksternal; 2 Tahap penggabungan; 3 Tahap pengambilan keputusan. Metode yang digunakan dalam merumuskan
strategi adalah dengan menggunakan analisis SWOT strength, weakness, opportunity, threat
dan analisis QSPM quantitative strategic planning matrix.
9.1 Analisis Faktor Internal dan Eksternal 9.1.1 Faktor Internal
Faktor internal yang berpengaruh terhadap penanggulangan kemiskinan di Kabupaten Bogor terdiri dari Kekuatan Strengths dan Kelemahan Weaknesses.
Faktor yang termasuk dalam kekuatan yaitu 1 Lahan pertanian yang masih luas; 2 Adanya kelompok tani sampai ketingkat desa; 3 Terdapatnya komoditas
unggulan; dan 4 Adanya program pemberdayaan ekonomi petani, sementara faktor yang termasuk dalam kelemahan yaitu 1 Terbatasnya modal; 2
Rendahnya kualitas SDM petani; 3 Terbatasnya aparatur pemerintah; dan 4 Minimnya sarana dan prasarana pertanian. Hal-hal tersebut merupakan faktor
yang disepakati dalam FGD dengan responden di dua kecamatan.
Kekuatan : 1
Luas lahan pertanian yang di miliki petani
Kabupaten Bogor dijadikan sebagai wilayah agraris memang tidak berlebihan. Hal ini disebabkan Kabupaten Bogor masih memiliki luas lahan
pertanian yang masih berpotensi untuk dikembangkan. Pada tahun 2006, potensi luas lahan pertanian Kabupaten Bogor mencapai 149.748 Ha, meningkat pada
tahun 2007 menjadi 180.898 Ha. Peningkatan luas potensi lahan pertanian ini terjadi karena ada program pembukaan lahan pertanian yang dilakukan oleh
pemerintah dan program reboisasi, kemudian pada tahun 2008 luas lahan pertanian mengalami penurunan menjadi 175.320 Ha. Penurunan luas lahan ini
terjadi karena adanya alih fungsi lahan menjadi pemukiman dan daerah