19 butuhkan dengan harga yang wajar. Ketiga, letak lahan pertanian yang dikelola
petani tersebar diberbagai tempat dengan luasan masing-masing yang sempit dan pengelolaannya belum mengarah pada usaha yang intensif. Keempat, lemah dan
rendahnya teknologi, produktivitas, tenaga kerja, SDM dan modal menyebabkan rendahnya volume dan kualitas produksi serta mengakibatkan naiknya biaya
produksi. Kelima, kelembagaan sosial dan ekonomi ditingkat petani belum mampu mendukung kegiatan usaha tani, distribusi dan pemasaran serta informasi
dan ahli teknologi. Keenam, harga jual hasil produksi berfluktuasi sebagai akibat dari supply yang fluktuatif, mutu yang rendah, serta lemahnya sistem distribusi,
pemasaran dan posisi tawar petani. Solusi dari enam permasalahan yang dapat menjadikan kemiskinan petani ialah melalui pembanguan ekonomi petani
perdesaan sebagai satu kesatuan antara pembangunan sektor pertanian dan industri kecil.
Kurniawati 2002, menjelaskan bahwa program yang perlu dikembangkan di perdesaan untuk membangun dan mengembangkan sektor pertanian dan
industri kecil adalah dengan mengembangkan komoditas unggulan, peningkatan nilai tambah produk pertanian, pengembangan sistem pemasaran yang tidak
terdistorsi, penyediaan sarana transportasi dan distribusi produk, pengembangan kemitraan dan restrukturisasi sistem dan kelembagaan pertanian dan agroindustri.
2.8 Penelitian sebelumnya mengenai Strategi Penanggulangan Kemiskinan
Penelitian mengenai strategi penanggulangan kemiskinan di berbagai kabupaten di wilayah Indonesia sudah banyak dilakukan, hal ini terlihat dari
beberapa penelitian kemiskinan yang sudah dilakukan oleh Hidayad 2009, Nugroho 2009 dan Firdaus 2006.
Hidayad 2009, melakukan penelitian dengan judul strategi penanggulangan kemiskinan di tingkat petani melalui pengembangan komoditas
perkebunan di Kabupaten Muna, Nugroho 2009 melakukan penelitian dengan judul strategi penanggulangan kemiskinan di Kabupaten Lampung Barat studi
kasus di Kecamatan Balik Bukit Kabupaten Lampung Barat, dan Firdaus 2006 melakukan penelitian dengan judul strategi penanggulangan kemiskinan melalui
pengembangan komoditas pertanian potensial di Kabupaten Kuantan Singingi.
20 Hidayad 2009, dalam penelitiannya membahas kemiskinan dilihat dari
sisi produktivitas lahan perkebunan yang dimiliki oleh petani di Kabupaten Muna kemudian diarahkan strategi penanggulangannya pada pengembangan komoditas
perkebunan yang dianggap unggulan. Komoditas unggulan perkebunan yang di bahas dalam penelitian tersebut yaitu komoditas Jambu mete. Hasil penelitian dari
Hidayad 2009 hanya membahas secara umum tentang kemiskinan di Kabupaten Muna dilihat dari sisi produktivitas lahan perkebunan yang dimiliki oleh petani
dengan melihat komoditas unggulan dan karakteristik masyarakat secara umum pada wilayah satu kabupaten. Bedanya dengan penelitiaan penulis adalah
pembahasan mengenai kemiskinan tidak hanya pada karakteristik rumah tangga miskin dan komoditas unggulan yang ada, tetapi pada penelitian ini dilihat juga
hubungan antara karakteristik RTM dengan beberapa faktor yang mempengaruhi tingkat kemiskinan, faktor yang dilihat tidak hanya dari sisi produktivitas lahan
tetapi juga dari sisi pendapatan, pendidikan, jumlah tanggungan keluarga dan usaha sampingan masyarakat. Hidayad 2009 memilih wilayah kabupaten sebagai
unit penelitian, pada penelitian ini unit penelitian hanya terbatas pada zona pengembangan pertanian dan strategi yang digunakan lebih akurat dengan
menggunakan analisis SWOT dan QSPM jika dibandingkan dengan strategi yang digunakan pada penelitian yang dilakukan oleh Hidayad 2009 yang hanya
menggunakan metode analisis deskriptif pada perancangan program penanggulangan kemiskinan.
Nugroho 2009, dalam penelitiannya membahas kemiskinan dari sisi faktor-faktor yang mempengaruhi seseorang menjadi miskin. Adapun faktor-
faktor tersebut adalah pendapatan, lamanya tingkat pendidikan, jumlah anggota keluarga, luas lahan yang dikelola, ada atau tidaknya pekerjaan tambahan, serta
beberapa program penanggulangan kemiskinan yang sudah dijalankan oleh pemerintah yang terdiri dari Bantuan Tunai Langsung BLT, Beras untuk Rakyat
Miskin Raskin, Program Nasional Pemberdayaan masyarakat PNPM, dan Program Gerakan Pembangunan Beguai Jejama Sai Betik BJSB. Hasil penelitian
Nugroho 2009 hanya membahas secara umum mengenai kemiskinan yang terjadi pada masyarakat Kecamatan Balik Bukit Kabupaten Lampung Barat
dengan melihat faktor-faktor yang mempengaruhi kemiskinan dan jenis-jenis
21 program yang sudah dijalankan oleh pemerintah. Hasil penelitian ini menjelaskan
bahwa luas lahan dan pekerjaan tambahan adalah faktor yang mempunyai pengaruh secara signifikan terhadap kemungkinan seseorang untuk menjadi
miskin. Pemerintah daerah diharapkan dapat menyusun strategi penanggulangan kemiskinan yang di fokuskan pada pengembangan dan optimalisasi luas lahan
yang ada dan menciptakan banyak lapangan pekerjaan untuk masyarakat Kecamatan Balik Bukit Kabupaten Lampung Barat. Perbedaan antara penelitian
yang dilakukan oleh Nugroho 2009 dengan penelitian ini terletak pada strategi penanggulangan kemiskinan yang dilakukan. Pada penelitian Nugroho 2009,
strategi penanggulangan kemiskinan masih terlihat global hanya terdapat pada pengembangan hutan dan sumberdaya alam sebagai basis untuk penanggulangan
kemiskinan di Kecamatan Balik Bakit Kabupaten Lampung Barat, sementara pada penelitian yang dilakukan penulis strategi penanggulangan kemiskinan lebih
spesifik yaitu melalui pengembangan pertanian berbasis komoditas unggulan dan tidak hanya mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi kemiskinan tetapi juga
menganalisis karakteristik rumah tangga miskin yang ada di wilayah penelitian. Firdaus 2006, dalam penelitiannya membahas mengenai fenomena
kemiskinan yang terjadi di masyarakat Kabupaten Kuantan Singingi. Fenomena kemiskinan yang terjadi disebabkan oleh sulitnya petani untuk mengembangkan
usaha karena rendahnya pendapatan rata-rata petani. Kondisi ini disebabkan oleh komunitas petani miskin tidak mampu menguasai sarana ekonomi dan berbagai
fasilitas yang tersedia, tatanan kelembagaan yang tidak berfungsi, sehingga menyebabkan mereka tetap miskin. Penelitian Firdaus 2006 juga membahas
permasalahan kemiskinan yang terjadi di Kabupaten Kuantan Singingi dengan menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi kemiskinan dan menganalisis
program-program penanggulangan kemiskinan yang sudah berjalan. Strategi penanggulangan kemiskinan yang dilakukan oleh Firdaus ini berbasis pada
potensi pertanian dengan subsektor perkebunan sebagai komoditas yang perlu dikembangkan untuk penanggulangan kemiskinan di Kabupaten Kuantan
Singingi. Komoditas lokal yang dikembangkan dalam penelitian ini adalah pohon kelapa sawit, karet dan kelapa hibrida. Hasil penelitian Firdaus 2006
merekomendasikan strategi penanggulangan kemiskinan di Kabupaten Kuantan
22 Singingi harus berbasis pada sub sektor perkebunan. Perbedaannya dengan
penelitian penulis yaitu terletak pada wilayah sasaran, penelitian Firdaus 2006 sasaran penelitian dilakukan untuk sebuah wilayah kabupaten sementara
penelitian yang penulis lakukan merupakan studi kasus dari dua kecamatan yang ada pada satu wilayah kabupaten sehingga dapat lebih fokus, kemudian perbedaan
juga terletak pada basis komoditas yang akan dikembangkan, dalam penelitian Firdaus 2006 menekankan pada pengembangan sub sektor perkebunan yaitu
komoditas kelapa sawit, karet dan kelapa hibrida untuk penanggulangan kemiskinan di Kabupaten Kuantan Singingi, sementara pada penelitian penulis
penanggulangan kemiskinan terletak pada pengembangan komoditas unggulan pertanian yaitu komoditas ubi jalar, padi sawah, jeruk siam dan manggis.
Perbedaan penelitian ini dengan beberapa penelitian sebelumnya jelas terlihat baik dari segi metode yang digunakan, unit analisis, faktor yang dianalisis,
dan komoditas yang dijadikan sebagai basis pengembangan ekonomi yang harus dilakukan pada daerah penelitian. Penelitian sebelumnya menggunakan metode
analisis deskriptif sementara penelitian penulis menggunakan SWOT dan QSPM sehingga dapat lebih akurat, unit analisis pada penelitian sebelumnya wilayah
kabupaten, sementara pada penelitian penulis wilayah kecamatan, faktor yang dianalisis pada penelitian sebelumnya tidak ada faktor pakaian dan jumlah
tanggungan, dan komoditasnya berbeda sesuai dengan potensi daerah yang diteliti.
III. METODOLOGI KAJIAN 3.1 Kerangka Pemikiran