Arahan Berdasarkan Kelembagaan HASIL DAN PEMBAHASAN

113 kapabilitas secara teknis maupun non teknis mengenai pengelolaan dan pemanfaatan hutan, misalnya mengetahui tentang tata batas wilayah, kemiringan lahan, masalah konservasi tanah, reboisasi lahan kritis, taksasi kayu dan lain sebagainya, sehingga di dalam menerbitkan SKAU tersebut tidak dilakukan dengan sembarangan. Di dalam pelaksanaan Permenhut Nomor P.512006, ada beberapa hal yang harus dipertimbangkan, yaitu : a. Masa Jabatan SeorangKepala DesaLurah Kepala DesaLurah adalah seorang pejabat yang dipilih oleh masyarakat setempat, tidak semua Kepala DesaLurah mempunyai pendidikan yang tinggi dan mempunyai pengetahuan secara teknis maupun non teknis di dalam pengelolaan dan pemanfaatan hutan, oleh karenanya untuk mengantisipasi hal tersebut Dinas Provinsi yang menangani kehutanan mempunyai kewajiban dalam memberikan bimbingan pembelajaran dan pengawasan terhadap Kepala DesaLurah. Bimbingan terhadap Kepala Desa ini membutuhkan biaya yang tidak sedikit, namun masa tugas Kepala Desa yang terbatas mengharuskan adanya bimbingan setiap adanya pergantian Kepala Desa. b. Pengalaman teknis maupun non teknis mengenai pengelolaan dan pemanfaatan hutan Pengalaman teknis dan non teknis mengenai pengelolaan dan pemanfaatan hutan mutlak harus dimiliki oleh seorang Kepala DesaLurah agar kelestarian hutan dapat terjaga. Sebelum menerbitkan SKAU, Kepala Desa melakukan pengukuran atas kayu yang akan diangkut, dan Kepala Desa bertanggung jawab atas kebenaran penggunaan SKAU c. Kepedulian terhadap lingkungan Seorang Kepala Desalurah atau pejabat yang setara setingkat Kepala Desa yangdiberikan wewenang dalam menerbitkan SKAU harus mempunyai kepedulian terhadap lingkungan sekitarnya, dalam arti bahwa wewenang dan tanggung jawab yang dimilikinya tidak disalahgunakan dan menerbitkan SKAU dengan semena-mena tanpa memperdulikan lingkungan sekitarnya. d. Dokumen angkutan yang digunakan Blanko SKAU dilakukan oleh masing-masing Dinas Propinsi, melalui percetakan umum. Sehingga legalitaskeabsahan dokumen tersebut diragukan secara hukum, dan dapat menimbulkan peluang atau dapat dimanfaatkan oleh institusi di luar Dinas Kehutanan e. Biaya pengurusan dokumen Dalam pengusursan dokumen SKAU tidak ada Peraturan yang jelas mengenai biaya. Untuk itu perlu diatur dalam ketentuan yang jelas agar tidak terjadi pungutan liar. Untuk pengangkutan kayu jati membutuhkan dokumen SKSKB-KR yang diterbitkan oleh petugas Dinas Kehutanan setempat. Sebelum ditebang, pemohon wajib mengurus ijin tebang sebagai bukti kebenaran asal usul kayu. Penerbitan SKSB-KR memiliki proses yang lebih panjang dari SKAU. Penerbitan SKSKB-KR oleh petugas Dinas Kehutanan,membuat waktu pelayanan hanya pada jam kerja. Disamping itu dokumen juga memiliki jangka waktu, sehingga apabila pengangkutan melewati masa berlaku, maka pemilik kayu wajib mengajukan permohonan dokumen baru. Hal ini dapat menyebabkan biaya tinggi dalam pengurusan dokumen. Gambar 41 Mekanisme Penerbitan SKSKB-KR Kayu Rakyat Penatausahaan kayu rakyat menggunakan SKSKB-KR yang juga dirasa memberatkan adalah untuk penebangan harus memiliki ijin tebang yang juga membutuhkan waktu dan biaya tersendiri. Ijin tebang adalah sebagai bukti legalitas kayu berasal dari tanah milik bukan dari hutan Perhutani, namun Pemohon Kades Lurah Tim Komisi Kayu Rakyat Dinas Kehutanan Hutan Rakyat Kelompok Jenis III SURAT IJIN TEBANG KAYU RAKYAT - Permohonan - Denah lokasi - Keterangan Asal usul - BAP Tim Kegiatan penebangan Tempat Pengumpulan TPn - Laporan hasil penebangan - Permohonan pengangkutan Pemohon Dinas Kehutanan Penerbitan SKSKB-KR Pengukuran dan penetapan jenis Membuat Daftar Hasil Hutan DHH Cek kebenaran dan kesesuaian lokasi 1 2 3 4 115 pemeriksaan asal usul juga dilakukan saat pemilik mengajukan permohonan dokumen angkut sehingga perlu biaya ganda. Kemudahan penatausahaan hasil hutan diharapkan menjadi pendorong semangat pembangunan kehutanan berbasis masyarakat. Namun dalam prakteknya sistem ini masih dianggap memberatkan masyarakatpetani hutan rakyat. Tidak seragamnya aturan yang dibuat pada masing-masing daerah termasuk biaya yang dikeluarkan oleh petani bisa menyurutkan semangat untuk menanam kayu rakyat.

5.13 Kebijakan Pengembangan Hutan Rakyat

Pemerintah telah mempromosikan dan mendorong pembangunan kehutanan berbasis masyarakat antara lain dengan menggalakkan penanaman komoditas kehutanan berupa kayu pada lahan-lahan rakyatlahan milik. Namun hingga saat ini belum ada perencanaan pengelolaan hutan, sehingga tidak ada petani hutan rakyat yang berani memberikan jaminan terhadap kontinuitas pasokan kayu bagi industri. Dalam hal ini peranan lembaga pemerintah khususnya Pemerintah Daerah perlu lebih proaktif dalam memberikan dukungan dalam pengembangan Hutan Rakyat mulai dari tahap perencanaan, pembibitan, penanaman, pemeliharaan, penebangan, pengolahan dan pemasaran hasilnya. Selain itu pemanfaatan sumberdaya hutan ini harus dilaksanakan berdasarkan rasionalitas dan optimalitas yang dilaksanakan secara bertanggung jawab guna menjamin kelestarian dan keseimbangan ekosistem, serta pembangunan berkelanjutan secara berkeadilan. Upaya-upaya untuk memenuhi kebutuhan bahan baku kayu yang semakin besar harus diiringi dengan pengendalian dan sekaligus pelestarian kawasan-kawasan hutan rakyat. Seiring dengan tuntutan adanya upaya memberantas illegal logging, Uni Eropa telah memberikan respon melalui Forest Law Enforcement Governance and Trade – Voluntary Partnership Agreement FLEGTVPA. Yaitu suatu respon yang menjual produknya ke pasar Eropa, untuk membuat Kesepakatan bersama yang intinya hanya akan menjual dan menerima kayu-kayu yang benar-benar legal. Hal ini merupakan peluang untuk pemasaran hasil hutan rakyat dengan adanya sertifikasi pengelolaan hutan lestari ecolabeling. Sertifikasi hutan rakyat adalah sebuah pengakuan yang ditunjukkan dari adanya label produk yang menunjukkan bahwa produk tersebut diproduksi