banyak digunakan untuk industri plywood, papan blok, fiber block, papan partikel dan pulp.
Berdasarkan beberapa hasil analisa diatas maka ditetapkanlah tanaman yang potensial untuk dikembangkan pada hutan rakyat di Jawa adalah jenis Jati,
sengon dan jabon yang diharapkan akan memberikan manfaat ekonomi, ekologi dan sosial bagi masyarakat.
5.3 Identifikasi kesesuaian Lahan untuk pengembangan hutan rakyat
Pada umumnya ketiga jenis tanaman penghasil kayu potensial yang telah terpilih diatas telah banyak dikembangkan di Provinsi Jawa Timur baik di hutan
produksi yang dikelola oleh Perum Perhutani maupun secara swadaya oleh masyarakat.
Meskipun tanaman kayu tidak memerlukan persyaratan tumbuh yang tinggi, akan tetapi agar memberi manfaat optimal bagi petani, maka perlu
dikaji kesesuaian lahan untuk pengembangan masing-masing jenis. Analisis kesesuaian lahan menggunakan peta Landsystem Jawa dan data
Reppprot sebagaimana gambar 18 yang telah diupdate dengan peta curah hujan, kelerengan dan elevasi tahun 2010
Gambar 18 Landsystem Jawa Timur
69
5.3.1 Kesesuaian Lahan Jati
Dari hasil analisis kesesuaian lahan seperti Tabel 15 dan Gambar 19 terlihat bahwa lahan yang sesuai untuk pengembangan tanaman Jati di Jawa
Timur adalah seluas 3,3 juta Ha atau sekitar 69 dari wilayah Jawa Timur, sedangkan 1,4 juta Ha 29 tidak sesuai.
Tabel 15 Kesesuaian Lahan Untuk Tanaman Jati di Jawa Timur
N o
Kabupaten Sesuai
Ha Tidak
Sesuai Ha
Tidak Ada Data
Ha Jumlah
Ha Kesesuaian
Berdasarkan Luas Wilayah
1 BANGKALAN
47.616 113.832
17 161.464
29 2
BANYUWANGI 157.529
199.235 4.196
360.960 44
3 BLITAR
161.661 10.077
3.522 175.260
92 4
BOJONEGORO 178.922
51.791 411
231.125 77
5 BONDOWOSO
102.164 52.152
154.316 66
6 GRESIK
58.645 65.874
1 124.520
47 7
JEMBER 244.050
88.487 332.537
73 8
JOMBANG 110.787
1.281 1
112.069 99
9 KEDIRI
135.635 16.687
152.322 89
10 KOTA BATU
19.908 19.908
100 11
KOTA BLITAR 3.311
3.311 100
12 KOTA KEDIRI
6.343 338
6.681 95
13 KOTA MADIUN
3.391 3.391
100 14
KOTA MALANG 10.995
10.995 100
15 KOTA MOJOKERTO
29 1.997
2.025 1
16 KOTA PASURUAN
878 2.732
3.611 24
17 KOTA PROBOLINGGO
5.196 68
5.264 99
18 KOTA SURABAYA
1.971 30.880
32.851 6
19 LAMONGAN
91.707 82.480
667 174.855
52 20
LUMAJANG 141.569
38.171 179.740
79 21
MADIUN 107.592
4.201 111.793
96 22
MAGETAN 67.590
8.397 75.988
89 23
MALANG 263.062
79.512 4.582
347.156 76
24 MOJOKERTO
78.368 19.089
97.457 80
25 NGANJUK
123.972 5.013
128.985 96
26 NGAWI
133.393 259
133.652 100
27 PACITAN
68.111 73.694
12 141.818
48 28
PAMEKASAN 118.265
8.543 126.808
93 29
PASURUAN 111.034
39.380 914
151.327 73
30 PONOROGO
91.062 50.198
141.261 64
31 PROBOLINGGO
141.696 30.866
74 172.637
82 32
SAMPANG 54.062
4.816 58.879
92 33
SIDOARJO 69.294
69.294 34
SITUBONDO 71.586
95.033 166.620
43 35
SUMENEP 129.493
10.069 55.726
195.287 66
36 TRENGGALEK
57.727 66.862
132 124.722
46 37
TUBAN 137.728
60.051 197.779
70 38
TULUNGAGUNG 89.318
25.046 538
114.901 78
JUMLAH 3.326.368
1.406.404 70.794
4.803.566 69
Gambar 19. Peta Kesesuiaan Lahan dari Lahan Tersedia untuk Hutan Rakyat Jati di Jawa Timur
71
Pada gambar 19, seluruh wilayah kabupaten dan kota di Jawa Timur memiliki kesesuaian lahan untuk tanaman jati dengan kesesuaian lahan terbesar
adalah pada Kabupaten Malang dan Jember. Sedangkan apabila dibanding
dengan luas wilayah maka yang memiliki persentase tinggi adalah Kota Malang, Batu, Mojokerto, Blitar dan Kabupaten Ngawi dimana lahan yang sesuai untuk
jati meliputi seluruh wilayahnya. Hal ini dikarenakan jati memiliki syarat tumbuh yang relatif mudah.
Secara umum agar dapat tumbuh dengan optimal, tanaman jati membutuhkan iklim dengan curah hujan optimum 1.500-2.000 mmtahun dengan
suhu udara rata-rata 25 C -30
C. Kelembaban optimal yang dibutuhkan jati
sekitar 80 dengan intensitas cahaya cukup tinggi antara 75-1005 Djaenuddin, et al. 1994.
Tanaman jati idealnya ditanam diareal dengan topografi yang relatif datar hutan dataran rendah atau memiliki kemiringan lereng 20
Sumarna, 2011. Jati dapat tumbuh optimal pada ketinggian 0-700 m dpl. Curah hujan secara fisik dan fisiologis berpengaruh terhadap sifat
gugurnya daun dan kualitas produk kayu. Pada daerah dengan musim kemarau panjang, jati akan menggugurkan daunnya dan lingkaran tahun yang terbentuk
tampak artistik. Pada daerah yang sering turun hujan atau curah hujannya tinggi 1.500 mmtahun jati tidak menggugurkan daun dan lingkaran tahun kurang
menarik. Jati tidak terlalu terikat pada suatu jenis tanah tertentu, tetapi jati tumbuh baik
pada tanah yang sarang, mengandung Ca dan P cukup serta pH tanah antara 6- 8. Pada tanah yang berbatu, kekurangan air, sangat kering dan jelek aerasinya,
termasuk juga tanah yang dangkal, pertumbuhan jati dapat menjadi sangat bengkok dan bercabang rendah. Tanaman jati tumbuh bagus pada lahan dengan
kondisi fraksi lempung, lempung berpasir, atau pada lahan liat berpasir, solum dalam, dan keasaman pH tanah sekitar 6 Sumarna, 2001
5.3.2 Kesesuaian Lahan Sengon
Keberhasilan penanaman sengon sangat dipengaruhi oleh kondisi biofisik lokasi yang akan ditanami. Seberapa jauh tingkat kesesuaiannya tergantung dari
kecocokan antara persyaratan tumbuh tanaman dengan kondisi biofisik lokasi penanaman. Kondisi biofisik yang tidak sesuai dengan persyaratan yang
dibutuhkan mengakibatkan pertumbuhan tanaman akan terganggu, sehingga secara ekonomis tanaman tersebut tidak menguntungkan Soemarmo, 2010