Kebutuhan Bahan Baku Industri Primer Hasil Hutan Kayu
59
Meningkatnya produksi dan luasan penanaman sengon setiap tahunnya ternyata mendorong munculnya pembangunan industri pengolahan kayu rakyat.
Saat ini beberapa industri veneer dan plywood dari bahan baku kayu sengon mendirikan pabrik di sentra-sentra produksi sengon seperti Lumajang dan
Jombang untuk mendekati sumber bahan baku. Dengan kondisi bahan baku sekarang, memaksa IPHHK terutama
berkapasitas diatas
6.000 m3tahun
akhirnya menyesuaikan
teknologi pengolahan kayu yang digunakan dengan kondisi bahan baku yang tersedia saat
ini. Teknologi yang digunakan berubah sehingga bisa dipergunakan untuk
mengolah kayu berdiameter kecil seperti mesin rotary yang mampu mempeeling kayu bulat menjadi veneer dengan menyisakan empulur hanya sekitar 3 cm
sehingga dapat menghemat bahan baku. Komponen veneer sengon
memberikan kontribusi yang cukup signifikan sebagai bahan pembentuk plywood, dengan kandungan mencapai 70. Hal ini merupakan peluang bagi
kayu yang berasal dari hutan rakyat. Produksi jati di Jawa Timur setiap tahun cenderung meningkat meskipun
tidak sebesar sengon. Meskipun daur tebang jati lama yaitu lebih dari 20 tahun, namun masyarakat di Jawa Timur tetap menyukai jati karena harga jual kayunya
yang tinggi serta kemampuannya untuk tumbuh pada lahan kering berkapur yang banyak terdapat didaerah utara Jawa Timur. Disamping itu jati banyak ditanam
sebagai pembatas lahan milik petani dengan harapan menjadi “tabungan” yaitu dijual pada saat petani membutuhkan uang dengan jumlah yan besar.
Penanaman hutan rakyat jati pada Kabupaten Bangkalan dan Tuban selain memberikan manfaat ekonomi bagi petani hutan rakyat, juga memberikan
manfaat ekologi dengan merehabilitasi lahan yang kering, berkapur dan miskin hara sehingga
luasan lahan kritis pada daerah tersebut makin berkurang. Sedangkan untuk daerah-daerah yang lebih subur, bagi petani penanaman jati
merupakan tabungan yang dipanen pada saat petani perlu untuk pengeluaran yang besar seperti hajatan dan sebagainya. Jati untuk keperluan ini biasanya
ditanam pada batas tanah milik. Berdasarkan data dari Dinas Kehutanan Provinsi Jawa Timur, luas hutan
rakyat meningkat setiap tahunnya dari seluas 262.279 Ha pada tahun 2006 sampai 664.560 Ha pada tahun 2010. Perkembangan luas hutan rakyat dapat
dilihat pada tabel 12.
Table 12 Perkembangan Luas Hutan Rakyat Jawa Timur
2006 2007
2008 2009
2010 1
2 4
5 6
7 8
1 Bangkalan 17.446
17.466 17.446
17.446 18.221
2 Banyuwangi 11.977
11.977 11.953
18.375 20.375
3 Kota Batu 800
800 800
800 800
4 Blitar 5.865
5.865 5.856
30.111 33.872
5 Bojonegoro 27.430
28.180 28.180
28.180 29.230
6 Bondowoso 1.475
1.475 10.000
10.000 11.675
7 Gresik 1.961
150 3.170
3.170 3.620
8 Jember 14.598
14.598 18.603
18.349 19.124
9 Jombang 14.743
14.743 14.743
17.818 18.255
10 Kediri 3.033
3.033 3.033
21.006 21.046
11 Malang 19.000
19.000 19.000
33.664 35.669
12 Lamongan 60
7.098 -
60 4.110
13 Lumajang 3.051
48.599 51.461
53.589 59.364
14 Madiun 6.326
7.987 7.987
8.778 11.428
15 Magetan 605
605 605
605 1.090
16 Mojokerto -
300 300
300 1.525
17 Nganjuk 11.482
11.482 11.482
11.482 12.732
18 Ngawi 2.810
5.520 10.999
10.999 10.999
19 Pacitan 63.615
63.615 65.951
65.951 66.616
20 Pamekasan 2.403
2.403 2.403
2.403 3.378
21 Pasuruan 1.554
1.554 19.880
21.451 22.491
22 Kota Pasuruan -
1.961 1.961
1.961 1.961
23 Ponorogo 18.403
18.403 41.395
41.395 44.898
24 Probolinggo 5.802
5.802 22.962
22.962 23.652
25 Sampang 10.450
11.942 15.243
16.219 17.799
26 Sidoarjo -
- 700
800 800
27 Situbondo -
- 16.396
5.691 6.441
28 Sumenep 874
874 7.883
7.883 8.995
29 Trenggalek 14.637
14.637 14.637
126.140 129.115
30 Tuban 1.129
1.129 13.484
13.484 17.169
31 Tulungagung 750
750 13.833
950 8.110
Jumlah 262.279
321.948 452.346
612.022 664.560
NO. KAB. KOTA
LUAS HUTAN RAKYAT Ha.
Sumber : Dinas Kehutanan Provinsi Jawa Timur, 2011 Dari tabel 12 terlihat bahwa kabupaten yang memiliki hutan rakyat terluas
adalah Kabupaten Trenggalek, Pacitan dan Lumajang. Akan tetapi bila dilihat dari hasil produksi, Kabupaten yang memproduksi kayu rakyat paling banyak
adalah Lumajang, Pacitan dan Malang sedangkan Kabupaten Trenggalek cenderung rendah.
Hal ini dikarenakan peningkatan luasan hutan rakyat di Trenggalek baru terjadi pada tahun 2009 sehingga saat ini belum berproduksi.
Produksi hutan rakyat yang besar di Lumajang adalah jenis Sengon. Seiiring dengan bertambahnya jumlah industri pengolahan sengon, maka hutan
rakyat di Kabupaten Lumajang sudah tidak mampu mencukupi kebutuhan bahan baku secara lokal sehingga menyerap produksi dari hutan rakyat di Kabupaten
sekitar.
61
Berdasarkan data Balai Pemantapan Kawasan Hutan Wilayah XI Jawa-Madura tahun 2009 berdasarkan penafsiran citra satelit, bahwa dari luas
hutan rakyat 664.560 Ha estimasi potensi kayu tegakan adalah total adalah
sekitar 3.755.950 m
3
atau rata-rata volume kayu per- Ha adalah sebesar 30 m
3
Ha. Dengan mengasumsikan bahwa rata-rata umur tebang atau daur dari keseluruhan jenis pohon penyusun tegakan hutan rakyat adalah 10 tahun dapat
diestimasi jumlah produksi atau tebangan kayu tahunan yang tetap menjamin kelesatarian hutan rakyat. Taksiran tebangan tahunan etat hutan rakyat di
Provinsi Jawa Timur dapat dihitung dengan menggunakan rumus Von Monthel yaitu :
R V
V
s t
2
Di mana: Vt
: Volume tebangan tahunan m
3
tahun Vs
: Volume sediaan tegakan standing stock m
3
R :
Daur tanaman tahun. Berdasarkan rumus Von Monthel tersebut maka tebangan tahunan
maksimum yang menjamin kelestarian hutan rakyat di Provinsi Jawa Timur
adalah sebesar 3.115.000 M
3
tahun. Apabila dibandingkan dengan rata-rata produksi atau tebangan tahunan yang dilaporkan dari data Dinas Kehutanan
Provinsi Jawa Timur selama 5 tahun terakhir dari tahun 2005-2009 yaitu sebesar 2,5 juta m³tahun maka dapat dikatakan antara taksiran produksi dan realisasinya
masih dalam batas kelestarian Untuk menjaga pasokan kayu yang berkelanjutan, Pemerintah Provinsi
dalam rancangan RTRW mentargetkan luas penanaman hutan rakyat sampai dengan tahun 2029 adalah minimal 400.000 Ha pada 29 Kabupaten dan Kota
Batu. Kebijakan ini diharapkan mampu merehabilitasi lahan kritis, memenuhi target 30 dari wilayah merupakan kawasan hutan dan mempertahankan
pasokan bahan baku kayu secara berkesinambungan dan lestari karena kontinuitas ketersediaan bahan baku dan tataniaga kayu rakyat merupakan
masalah yang perlu mendapat prioritas penyelesaian bagi kelangsungan industri di masa mendatang.