Peta PenutupanPenggunaan Lahan HASIL DAN PEMBAHASAN
karakteristik kurang subur, jenis tanah kurang sesuai untuk pertanian semusim atau memiliki curah hujan yang rendah.
G a
m b
a r
2 6
P e
ta K
e te
rs e
d ia
a n
L a
h a
n u
n tu
k P
e n
g e
m b
a n
g a
n H
u ta
n R
a ky
a t
d i
Ja w
a T
im u
r
83
Pada lahan prioritas seperti padang dan tanah terbuka, pengembangan hutan rakyat selain memberikan manfaat secara ekonomi juga diharapkan akan
memberikan manfaat secara ekologi dengan memperbaiki kualitas lingkungan dan menurunkan luas lahan kritis yang masih relatif besar di Jawa Timur.
Selanjutnya apabila analisis spasial dengan GIS ketersediaan lahan dilakukan dengan menambahkan kawasan budidaya pertanian lahan kering
maka potensi pengembangan hutan rakyat adalah seluas 871.579 Ha yang tersebar di 30 Kabupatenkota. Kabupaten dengan luasan terbesar adalah di
Kabupaten Sumenep seluas 100.519 Ha dan kabupaten lain diatas 40.000 Ha adalah Sampang, Bangkalan, Pacitan, Malang dan Tuban.
Secara geografis kabupaten yang
memiliki potensi pengembangan hutan rakyat dengan memasukan kawasan pertanian lahan keringsemusim adalah kabupaten yang
terletak di pulau madura dan di selatan Jawa Timur. Hal ini dikarenakan daerah tersebut memiliki lahan pertanian yang juga luas.
Berdasarkan PP No. 26 Tahun 2008 tentang Penataan Ruang, rencana pengembangan pertanian lahan kering di wilayah Provinsi Jawa Timur seluas
kurang lebih 849.033 Ha atau 17,76 dari luas Jawa Timur yang dilaksanakan di daerah-daerah yang belum terlayani oleh jaringan irigasi, kawasan pertanian
lahan kering juga digunakan untuk pengembangan hutan rakyat dan tanaman perkebunan. Dalam RTRW Provinsi Jawa Timur 2009-2029, sebagian besar
wilayah diarahkan untuk pengembangan pertanian lahan basah atau untuk sawah. Hal ini dikarenakan Jawa Timur yang merupakan lumbung padi nasional
dan merupakan penyumbang beras terbesar di Indonesia. Pencetakan sawah baru disiapkan untuk mencegah defisit beras. Untuk menunjang kebijakan lahan
pangan berkelanjutan dan menjaga produktivitas beras di Jawa Timur, lahan yang direncanakan sebagai pertanian lahan basah, tidak dimasukan dalam
penelitian ini. Dalam RTRW 2009-2011 Pemprov Jawa Timur telah memasukkan hutan
rakyat sebagai salah satu rencana pola ruang. Hutan rakyat dimaksudkan untuk menjaga keseimbangan iklim makro, memenuhi kebutuhan akan hasil hutan dan
berada pada lahan-lahan masyarakat dan dikelola oleh masyarakat. Rencana kawasan hutan rakyat di Jawa timur seluas kurang lebih 400.000 Ha.
Gambar 27 Rencana Pola Ruang Provinsi Jawa Timur Berdasarkan rencana pola ruang Provinsi Jawa Timur sebagaimana
Gambar 27, kawasan hutan rakyat tersebut dijumpai di Kabupaten Bangkalan, Banyuwangi, Blitar, Bojonegoro, Bondowoso, Gresik, Jember, Jombang, Kediri,
Lamongan, Lumajang, Madiun, Magetan, Malang, Mojokerto, Nganjuk, Ngawi, Pacitan, Pamekasan, Pasuruan, Ponorogo, Probolinggo,
Sampang, Sidoarjo, Situbondo, Sumenep, Trenggalek, Tuban, Tulungagung dan Kota Batu. Wilayah
perkotaan lain seperti Surabaya, Kota Malang, Kota Probolinggo, Kota Kediri, Kota Blitar, Kota Madiun dan Kota Mojokerto tidak termasuk dalam wilayah
pengembangan hutan rakyat karena fungsinya sebagai kawasan perkotaan. Untuk itu dalam penelitian ini meskipun ke 8 delapan kota tersebut memiliki
lahan potensial, namun tidak dimasukkan sebagai arahan pengembangan hutan hutan rakyat di Jawa Timur.
Rencana kawasan hutan rakyat yang ditetapkan Bapeda Provinsi Jawa Timur pada peta rencana pola ruang apabila di overlay dengan peta penggunaan
lahan eksisting dan peta kawasan hutan, ternyata hanya memiliki luasan sekitar 350.000 Ha dengan sebagian wilayah termasuk kawasan hutan lindung, hutan
produksi dan daerah pemukiman serta sawah. Untuk itu dalam penelitian ini