99
Berdasarkan Gambar 33 dan 34, wilayah yang memiliki potensi pengembangan terluas adalah Sumenep sekitar 82.891 Ha dan Sampang sekitar
71.482 Ha. Kedua kabupaten tersebut memiliki lahan pertanian kering semusim yang juga luas sehingga untuk pengembangan hutan rakyat dengan sistem
agroforestry memiliki potensi yang cukup besar untuk kedua wilayah tersebut. Daerah yang memiliki potensi yang terkecil adalah Kabupaten Sidoarjo
yaitu 12 Ha. Kabupaten Sidoarjo merupakan salah satu satelit Surabaya sebagai ibukota provinsi.
Letaknya yang bersebelahan dengan Surabaya membuat Sidoarjo berkembang menjadi pemukiman dan lokasi industri sehingga lahan
untuk budidaya pertanian semakin menurun setiap tahun dan ditambah dengan adanya permasalahan lumpur Lapindo.
Penanaman jati diarahkan untuk ditanam baik dengan sistem monokultur maupun denga tumpang sari dengan tanaman yang tahan naungan seperti
porang dan kunyit dengan jarak tanam 3x3 m dan penjarangan dilakukan dua kali yaitu pada tahun ke-10 dan ke-15. Pemanenan dilakukan sesuai daur panen
yaitu pada umur 20 tahun karena berdasarkan tinjauan analisis finansial penanaman dengan silvikultur yang sesuai dan pemanenan yang tepat akan
memberikan keuntungan yang tinggi bagi petani.
5.9.3 Arahan untuk Sengon
Analisis spasial kesesuaian dan ketersediaan pengembangan hutan rakyat tanaman sengon adalah seluas 773.892 Ha.
Wilayah yang memiliki potensi pengembangan terbesar adalah Kabupaten Sumenep sekitar 78.500 Ha
dan Sampang sekitar 71.638 Ha sedangkan Sidoarjo tidak cocok untuk penanaman sengon. Dari grafik pada Gambar 34 dan 35 terlihat rata-rata daerah
di pulau Madura memiliki potensi yang cukup besar untuk pengembangan hutan rakyat. Ini dikarenakan pulau Madura memiliki tanah yang relatif miskin hara dan
curah hujan yang relatif kecil sehingga tidak terlalu cocok untuk pengembangan tanaman pertanian. Saat ini yang banyak berkembang di Madura adalah sawah
tadah hujan sehingga pada musim kemarau sawah tersebut tidak berproduksi yang terlihat seperti tanah kosong.
Gambar. 34 Peta Kesesuaian Lahan dari Lahan yang Tersedia untuk Pengembangan Hutan Rakyat Sengon di Jawa
101
Gambar 35 Ketersediaan dan Kesesuaian Lahan Sengon per Kabupaten di Jawa Timur Ha
Pada salah satu lokasi wawancara yaitu di desa tanjungan Mojokerto, tanaman sengon yang ditanam masyarakat pada awal pertumbuhannya cukup
baik akan tetapi setelah umur 1 tahun pertambahan tinggi dan diameter kayu sangat lambat sehingga walau telah berumur 12 tahun, sengon belum bisa
dipanen sehingga masyarakat lebih menyukai menanam jati. Pertumbuhan sengon yang kurang baik dibandingkan Jati umumnya
terjadi pada daerah disebelah utara sungai Brantas, termasuk di Bojonegoro dan Tuban karena tanahnya yang cenderung berkapur serta curah hujannya yang
relatif rendah membuat produksi Jati lebih menguntungkan daripada sengon. Tingkat kesesuaian lahan ini juga akan ditunjukkan oleh produktivitas kayu riap
volume dalam kurun waktu tertentu.
41.621 6.157
33.998 7.671
22.248 10.265
22.902 8.350
11.132 3.004
11.809 32.651
11.055 13.104
51.017 8.542
6.814 8.463
70.779 26.222
42.446 17.848
45.402 71.638
37.996 78.500
14.723 47.311
10.224
10.000 20.000
30.000 40.000
50.000 60.000
70.000 80.000
90.000
BANGKALAN BANYUWANGI
BLITAR BOJONEGORO
BONDOWOSO GRESIK
JEMBER JOMBANG
KEDIRI KOTA BATU
LAMONGAN LUMAJANG
MADIUN MAGETAN
MALANG MOJOKERTO
NGANJUK NGAWI
PACITAN PAMEKASAN
PASURUAN PONOROGO
PROBOLINGGO SAMPANG
SITUBONDO SUMENEP
TRENGGALEK TUBAN
TULUNGAGU…