Kondisi Topografi KEADAAN UMUM WILAYAH PENELITIAN

40 penguasaan lahan akan se kecil hasil usaha yang dipe Isu krusial lainnya penambangan pasir seca hutan, alih fungsi hutan terutama banjir dan long Bengawan Solo menganca pertumbuhan investasi. eksplorasi migas, Tuban shore base dan Gresik yang perlu mendapat per menjadi bencana nasional.

4.8 Kondisi Hutan Jawa T

Luas kawasan huta sekitar 28 dari luasan da lindung seluas 314.720,5 233.828,50 Ha 17,14 59,79. Gambar 13 Seba Kawasan hutan terl pengelolaannya diserahkan mengelola hutan produksi Kawasan hutan yang lain cagar alam, suaka marg sedangkan Dinas Kehutana 315.505,30 10.957,90 18.008,60 297,50 176. semakin sempit skala usaha tani dan akan erolehnya. a adalah meningkatnya kerusakan lingkung cara ilegal di sungai Brantas, pendudukan n lindung, yang mengakibatkan ekskalasi ngsor, bahkan dikhawatirkan banjir di wila cam daerah-daerah yang telah diprediksi seba Daerah-daerah dimaksud antara lain B an pabrik semen gresik dan pelabuhan, L k kawasan industri dan pelabuhan. Bencan erhatian adalah Lusi luapan lumpur Sidoa l. Timur tan tetap di Jawa Timur adalah 1.364.395,8 daratan. Kawasan hutan ini terdiri dari kawa ,50 Ha 23,07, kawasan hutan konserva dan kawasan hutan produksi seluas 815.8 baran Kawasan Hutan di Provinsi Jawa Timur erluas adalah hutan produksi dimana hutan p an kepada Perum Perhutani Unit II Jawa Tim ksi Perum perhutani juga mengelola hutan in dikelola oleh UPT Departemen Kehutana rgasatwa, taman nasional dan taman wisa nan Provinsi mengelola Taman Hutan Raya R 815.062,02 6.696,20 27.868,30 Hutan Produksi Hutan Lindung Cagar Alam Suaka Margasatwa Taman Wisata Alam an semakin ngan akibat n kawasan si bencana ilayah DAS bagai pusat Bojonegoro , Lamongan cana lainnya oarjo yang ,82 Ha atau asan hutan vasi seluas .850,61 Ha ur produksi ini mur. Selain tan lindung. nan berupa isata alam R. Soerjo. 41 Tabel 5 Luas Penutupan Lahan dalam Kawasan Hutan dan Luar Kawasan Hutan Berdasarkan Penafsiran Ctra Satelit Landsat 7 ETM+ 20092010 oleh Departemen Kehutanan KSA-KPA HL HPT HP Jumlah 1 Hutan 209,9 274,9 605,7 1090,5 1090,5 457 1547,5 31,7 Hutan Primer 130 90,7 33,3 254 254 26,1 280,1 5,7 Hutan Sekunder 53,1 93,7 60 206,8 206,8 58,6 265,4 5,4 Hutan Tanaman 26,8 90,5 512,4 629,7 629,7 372,3 1002 20,5 2 Non Hutan 20,4 40,6 205,8 266,8 266,8 3067,4 3334,2 68,3 3 Tidak ada data 0,0 Total 230,3 315,5 811,5 1357,3 1357,3 3524,4 4881,7 100,0 Sumber : Statitik Kehutanan Indonesia 2010 Kementrian Kehutanan, Juli 2011 Tutupan Lahan No Total Kawasan Hutan x 1000 Ha Hutan Tetap HPK Jumlah APL x 1000 Ha Jumlah x 1000 Ha Menurut Undang-undang 41 Tahun 1999 Pasal 18 ayat 2, luas kawasan hutan yang harus dipertahankan minimal 30 tiga puluh persen dari luas daerah aliran sungai dan atau pulau dengan sebaran yang proporsional, dengan demikian Propinsi Jawa Timur perlu menambah luas kawasan hutan sekitar ± 2 atau menurut Rencana Tata Ruang Wilayah Provinsi Jawa Timur Tahun 2009- 2029 disebutkan bahwan rencana perluasan kawasan hutan Propinsi Jawa Timur seluas 400.000 Ha. Total kawasan hutan terluas berada di Kabupaten Banyuwangi, Jember dan Malang. Kawasan konservasi terluas berada di Kabupaten Banyuwangi, dimana terdapat Taman Nasional Baluran dan Alas Purwo serta cagar alam Kawah Ijen sebagai kawasan lindung. Kawasan hutan lindung terluas berada di Kabupaten Malang dan dan Jember sedangkan hutan produksi terluas berada di Bojonegoro dan Banyuwangi. Berdasarkan fungsi hutan, kawasan hutan yang dapat diperkenankan ditebang hanya pada hutan produksi yang tidak termasuk dalam kriteria kawasan lindung, sedangkan pada hutan lindung dan hutan konservasi pada hakekatnya lebih dititik beratkan sebagai fungsi ekologi, oleh karenanya harus tetap dipertahankan kelestariannya dan tidak diperkenankan untuk ditebang. Namun kondisi saat ini banyak fungsi kawasan hutan tidak optimal atau tidak seimbangnya antara manfaat lingkungan atau ekologi, manfaat sosial dan manfaat ekonomi secara lestari, hal ini karena disamping luasnya belum memenuhi syarat luas minimal, juga kawasan hutan banyak mengalami kerusakan dan alih fungsi lahan.