Pengembangan Hutan Rakyat Pola Kemitraan

17 sangat curam, berbatu-batu, dan sebagainya atau secara ekonomi keuntungan yang didapat lebih kecil dari biaya yang dikeluarkan. Memprediksi kesesuaian lahan untuk suatu tujuan tertentu dapat dilakukan dengan memanfaatkan Sistem Informasi Geografis SIG. Kemampuan SIG dalam memprediksi ketersedian lahan tidak lepas dari nilai lebih SIG dalam menjalankan fungsi-fungsi analisis spasial. Nilai lebih SIG dalam analisis spasial dapat dilihat dari lima fungsi utamanya, yaitu fungsi pengukuran dan klasifikasi, fungsi overlay, fungsi neighbourhood, fungsi network, dan fungsi tiga dimensi Aronoff, 1993

2.7 Komoditas Hutan Rakyat Potensial

Komoditas potensial untuk pengembangan hutan rakyat di Jawa Timur didasarkan atas kesesuaian lahan serta agroklimatnya untuk budidaya tanaman tahunan kesiapan kelembagaan sosial penunjang , kesediaan masyarakat dan tersedianya tenaga kerja serta sumberdaya lain yang membentuk keunggulan komparatif wilayah untuk hutan rakyat. Dalam memilih jenis untuk hutan rakyat harus dipenuhi beberapa hal agar jenis yang diusahakan dan dikembangkan dapat dapat menghasilkan secara optimal, yaitu : 1. Aspek lingkungan, yaitu jenis yang dipilih harus sesuai dengan iklim, jenis tanah dan kesuburan serta keadaan fisik wilayah 2. Aspek sosial, yaitu jenis yang dipilih harus jenis yang cepat menghasilkan setiap saat, dikenal dan disukai masyarakat serta mudah dibudidayakan. 3. Aspek ekonomi, yaitu dapat memberikan penghasilan dan mudah dipasarkan serta memenuhi standar bahan baku industri Berdasarkan hasil penelitian Sukadarwati 2006, potensi hutan rakyat yang terdiri dari populasi 7 tujuh jenis tanaman yang dikembangkan di hutan rakyat dan tersebar di pulau Jawa dan di luar pulau adalah Jati, Sengon, Mahoni, Bambu, Akasia, Pinus dan Sonokeling dan akhir-akhir ini jabon juga mulai diminati untuk dibudidayakan karena tingginya permintaan industri plywood.

2.8 Analisis Biaya dan Kelayakan Finansial Hutan Rakyat

Pendapatan dari pengusahaan hutan rakyat diperoleh dari penjualan hasil hutan rakyat berupa kayu bulat, kayu olahan, maupun kayu bakar. Besarnya pendapatan dari pengusahaan hutan rakyat dapat dihitung berdasarkan jumlah 18 rata-rata panen persatuan luas dikalikan harga yang berlaku saat itu. Hadisapoetro 1978 dalam Dirgantara 2008 menyatakan bahwa pendapatan petani merupakan besarnya keuntungan yang diperoleh petani dengan cara mengurangi jumlah penerimaan dengan total biaya yang di keluarkan. Penerimaan adalah nilai seluruh produksi baik yang dijual maupun di konsumsi oleh petani dan keluarganya atau yang diberikan pada orang lain, sedangkan pengeluaran adalah sejumlah pengorbanan berupa uang yang di keluarkan petani untuk membiayai usahatani. Suatu usahatani dapat dikatakan layak apabila secara finansial usahatani tersebut menguntungkan dan memiliki ketahanan dan keberlanjutan usaha yang tinggi, dimana hal tersebut dapat dinilai menggunakan analisis finansial. Analisis finansial adalah analisis dimana suatu proyek dilihat dari sudut pandang lembaga atau individu-individu yang menanamkan modalnya atau berkepentingan langsung dalam proyek. Cara menilai suatu proyek yang paling banyak diterima untuk penilaian proyek jangka panjang adalah dengan menggunakan Discounted Cash Flow Analysis DCF atau analisis aliran kas yang terdiskonto. Gittinger 1986 dalam Herawati T 2001 menyatakan bahwa teknik diskonto merupakan teknik untuk menurunkan manfaat dan arus biaya yang diperoleh pada masa yang akan datang menjadi nilai biaya pada masa sekarang. Benefit Cost Ratio BCR, Net Present Value NPV dan Internal Rate of Return IRR merupakan tiga kriteria umum yang biasa digunakan untuk menilai suatu proyek menggunakan teknik diskonto. Kebijakan harga kayu sangat besar pengaruhnya terhadap tingkat kelayakan hutan rakyat karena tingkat kelayakan hutan rakyat sensitif terhadap perubahan harga. Implikasinya, kebijakan harga dapat berperan untuk mengembangkan hutan rakyat. Temuan Jariyah et al 2003 menunjukkan bahwa semakin luas lahan dan semakin dominan tanaman kayu-kayuan, maka tingkat kelayakannya semakin sensitif terhadap perubahan harga kayu yang terjadi.

2.9 Analisis pasokan supply dan kebutuhan bahan baku kayu BBK.

Analisis ini bertujuan untuk mengetahui besarnya volume pasokan dan kebutuhan bahan baku kayu di Provinsi Jawa Timur. Variabel analisis terdiri dari volume produksipasokan dan sumber kayu. Analisis kebutuhan demand bertujuan untuk mengetahui faktor-faktor yang berpengaruh dari sisi kebutuhan bahan baku kayu oleh industri Malik, 2007. Variabel analisisnya adalah volume