18
rata-rata panen persatuan luas dikalikan harga yang berlaku saat itu. Hadisapoetro 1978 dalam Dirgantara 2008 menyatakan bahwa pendapatan
petani merupakan besarnya keuntungan yang diperoleh petani dengan cara mengurangi jumlah penerimaan dengan total biaya yang di keluarkan.
Penerimaan adalah nilai seluruh produksi baik yang dijual maupun di konsumsi oleh petani dan keluarganya atau yang diberikan pada orang lain, sedangkan
pengeluaran adalah sejumlah pengorbanan berupa uang yang di keluarkan petani untuk membiayai usahatani.
Suatu usahatani dapat dikatakan layak apabila secara finansial usahatani tersebut menguntungkan dan memiliki ketahanan dan keberlanjutan usaha yang
tinggi, dimana hal tersebut dapat dinilai menggunakan analisis finansial. Analisis finansial adalah analisis dimana suatu proyek dilihat dari sudut pandang lembaga
atau individu-individu yang menanamkan modalnya atau berkepentingan langsung dalam proyek. Cara menilai suatu proyek yang paling banyak diterima
untuk penilaian proyek jangka panjang adalah dengan menggunakan Discounted Cash Flow Analysis DCF atau analisis aliran kas yang terdiskonto. Gittinger
1986 dalam Herawati T 2001 menyatakan bahwa teknik diskonto merupakan teknik untuk menurunkan manfaat dan arus biaya yang diperoleh pada masa
yang akan datang menjadi nilai biaya pada masa sekarang. Benefit Cost Ratio BCR, Net Present Value NPV dan Internal Rate of Return IRR merupakan
tiga kriteria umum yang biasa digunakan untuk menilai suatu proyek menggunakan teknik diskonto.
Kebijakan harga kayu sangat besar pengaruhnya terhadap tingkat kelayakan hutan rakyat karena tingkat kelayakan hutan rakyat sensitif terhadap
perubahan harga.
Implikasinya, kebijakan harga
dapat berperan untuk
mengembangkan hutan rakyat. Temuan Jariyah et al 2003 menunjukkan bahwa semakin luas lahan dan semakin dominan tanaman kayu-kayuan, maka tingkat
kelayakannya semakin sensitif terhadap perubahan harga kayu yang terjadi.
2.9 Analisis pasokan supply dan kebutuhan bahan baku kayu BBK.
Analisis ini bertujuan untuk mengetahui besarnya volume pasokan dan kebutuhan bahan baku kayu di Provinsi Jawa Timur. Variabel analisis terdiri dari
volume produksipasokan dan sumber kayu. Analisis kebutuhan demand bertujuan untuk mengetahui faktor-faktor yang berpengaruh dari sisi kebutuhan
bahan baku kayu oleh industri Malik, 2007. Variabel analisisnya adalah volume
19
kebutuhan bahan baku kayu, jumlah unit dan kapasitas industri kayu Jawa Timur. Analisis pasokan dan kebutuhan dilakukan dengan membandingkan besaran
pasokan kayu dan kebutuhan oleh industri pengolahannya di Jawa Timur. Dari hasil analisis pasokan dan kebutuhan BBK, maka dapat diketahui neraca bahan
baku kayu Jawa Timur yaitu volume dan sumber kayu yang diproduksi dari Jawa Timur serta kayu dari luar Jawa sehingga diketahui kebutuhan suplai kayu dari
hutan rakyat.
2.10 Analisa Analitycal Hierarchy Process AHP
Di dalam pengambilan suatu keputusan, banyak sekali kriteria yang harus diperhitungkan baik yang bersifat kuantitatif maupun kualitatif. Banyak diantara
kriteria-kriteria tersebut dapat bersifat conflicting saling bertentangan pada suatu
alternatif sehingga dalam pengambilan keputusan dengan melibatkan kriteria ganda multi-criteria decision making yang dihasilkan adalah solusi kompromi
compromised solution terhadap semua kriteria yang diperhitungkan Sari, 2008.
Salah satu teknik analisis kriteria ganda adalah AHP Analytical Hierarchy Process yang dikembangkan oleh Thomas L.Saaty. AHP merupakan suatu
model pendukung keputusan yang dikembangkan oleh Thomas L. Saaty. Model pendukung keputusan ini akan menguraikan masalah multi faktor atau multi
kriteria yang kompleks menjadi suatu hirarki, menurut Saaty 1993, hirarki didefinisikan sebagai suatu representasi dari sebuah permasalahan yang
kompleks dalam suatu struktur multi level dimana level pertama adalah tujuan, yang diikuti level faktor, kriteria, sub kriteria, dan seterusnya ke bawah hingga
level terakhir dari alternatif. Dengan hirarki, suatu masalah yang kompleks dapat diuraikan ke dalam kelompok-kelompoknya yang kemudian diatur menjadi suatu
bentuk hirarki sehingga permasalahan akan tampak lebih terstruktur dan sistematis.
2.11 Optimasi Transportasi
Model transportasi ditujukan untuk mengetahui pola interaksi optimal yang mampu meningkatkan efisiensi tanpa melebihi kapasitas suplai tetapi harus
mampu memenuhi kapasitas demand yang ada. Pusat-pusat suplai dan pusat- pusat demand seringkali tidak berada pada lokasi yang sama.
Karena itu