VI. KESIMPULAN
1. Kebutuhan bahan baku kayu bulat yang dibutuhkan oleh Industri Primer
Hasil Hutan Kayu di Jawa Timur sebesar 7,4 juta m
3
pertahun hanya bisa dipenuhi baik oleh hutan alam, produksi maupun hutan rakyat yang ada saat
ini sebesar 3,5 juta m
3
sehingga masih kekurangan pasokan sebesar 3,9 juta m
3
. Untuk itu perlu adanya pengembangan hutan rakyat sebagai alternatif pasokan bahan baku.
2. Jenis kayu yang berasal dari hutan rakyat yang berpotensi untuk memenuhi
kebutuhan bahan baku di Jawa Timur adalah Jati, Sengon dan Jabon dimana menurut analisis kesesuaian lahan, analisis finansial, minat
masyarakat serta permintaan IPHKK ketiga jenis kayu tersebut layak untuk dikembangkan di Provinsi Jawa Timur.
3. Pegembangan lokasi hutan rakyat adalah di 29 Kabupaten dan 1 Kota di
Jawa Timur, dengan mempertimbangkan lokasi industri dan kebutuhan bahan baku IPHHK sebagai demand. Pengembangan sengon dan jabon
diarahkan untuk memenuhi kebutuhan bahan baku indutsri plywood di Gresik, Jombang dan Lumajang sedangkan hutan rakyat jati sebagai bahan
baku kayu gergajian bagi industri yang tersebar diseluruh Jawa Timur 4.
Untuk mendukung pengembangan hutan rakyat yang berkelanjutan di Jawa Timur perlu adanya kemitraan antara IPHHK dengan petani hutan rakyat.
Pola kemitraan ini memerlukan suatu kelembagaan yang menjembatani antara industri dan petani berupa lembaga berazaz koperasi. Peran
pemerintah sangat diperlukan sebagai fasilitator, regulator dan motivator dan perlu kebijakan yang berpihak pada rakyat dalam pengelolaan hutan rakyat.
Saran
1. Pola kemitraan hutan rakyat dengan pembentukan lembaga berazaz koperasi masih perlu diteliti lebih lanjut agar memberikan manfaat terbaik
bagi semua pihak yang terlibat. 2. Untuk kesesuaian lahan, perlu diteliti lebih lanjut dalam skala yang lebih
besar sehingga arahan pengembangan hutan rakyat dapat lebih detil.
118
DAFTAR PUSTAKA
Aronoff. 1993. Geographic Information System: A Management Perspective Ottawa, Canada : WDL. Pub.
Barus B, Wiradisastra US. 2000. Sistem Informasi Geografi Sarana Manajemen Sumberdaya. Bogor: Lab. Inderaja dan Kartografi Faperta IPB.
[BPKH XI Jawa-Madura] Balai Pemantapan Kawasan Hutan XI Jawa-Madura. 2009.
Potensi Kayu dan Karbon Hutan Rakyat di Pulau Jawa Tahun 1990-2008. Yogyakarta: Kemenhut.
[BPS Jawa Timur] Badan Pusat Statistik Provinsi Jawa Timur. 2011. Berita Resmi Statistik Provinsi Jawa Timur. Surabaya: BPS Jawa Timur.
Darusman D, Hardjanto. 2006. Tinjauan Ekonomi Hutan Rakyat. Jakarta: Seminar Hasil Penelitian Hasil Hutan 4-13.
[Dir BIKPHH] Direktorat Bina Iuran Kehutanan dan Peredaran Hasil Hutan. 2006. Penatausahaan
Hasil Hutan
Rakyat Sebagai
Upaya Mendorong
Pembangunan Kehutanan Berbasis Masyarakat. Jakarta : Kementrian Kehutanan RI.
Dirgantara U. 2008. Analisa Potensi Fisik, Sosial dan Ekonomi untuk
Pengembangan Hutan Rakyat di Kabupaten Sukabumi [tesis]. Bogor: Sekolah Pascasarjana IPB.
[Dishutprov Jatim] Dinas Kehutanan Provinsi Jawa Timur. 2010. Buku Statistik Dinas Kehutanan Provinsi Jawa Timur. Surabaya: Pemprov Jatim.
[Ditjen RRL]. Direktorat Jenderal Reboisasi dan Rehabilitasi Lahan. 1995. Hutan Rakyat dan Perananya dalam Pembangunan Daerah. Jakarta: Majalah
Kehutanan Indonesia No. 6. Djaenudin D, Marwan, Subagyo, Mulyani, Suharto. 2003. Kriteria Kesesuaian
Lahan Untuk Komoditas Pertanian. Bogor: Puslitbangtanak Deptan. Donie S, Mashudi E, Irawan. 2001. Kemitraan dalam rangka pengembangan
hutan rakyat. Kasus di Kabupaten Klaten, Karanganyar dan Blitar. Buletin Teknologi Pengelolaan DAS VII1:42–62. Solo : Badan Penelitian dan
Pengembangan Kehutanan Balai Teknologi Pengelolaan DAS Surakarta.
Effendi R. 2008. Kajian Tataniaga Kayu Rakyat di Jawa Bagian Barat. Info Sosial Ekonomi. 82: 113-124.
[FAO] Food and Agriculture Organization. 2010. World deforestation decreases, but remains alarming in many countries: FAO publishes key findings of
global forest
resources assessment.
http:www.fao.orgnewsstory enitem40893icode [20 Mei 2011].
Fauziyah E, Diniyati D. 2003. Kondisi dan Potensi Tegakan pada Beberapa Pola Pengembangan Hutan Rakyat : Kasus Kabupaten Ciamis.
Info sosek 612006. Bogor: Balitbanghut.
Gittinger JP. 1982. Economic Analysis of Agricultural Projects. London: The Johns Hopkins University Press.
119
119 Greenomics. 2004. Industri Pengolahan Kayu: Evolusi Terhadap Mekanisme
Perizinan, Kewenangan dan Pembinaan Industri Pengolahan Kayu. Jakarta: Greenomics.
Hardjowigeno S,
Widiatmaka. 2007.
Evaluasi Kesesuaian
Lahan dan
Perencanaan Tata Guna Lahan. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.
Herawati T. 2001. Pengembangan Sistem Pengambilan Keputusan dengan Kriteria Ganda dalam Penentuan Jenis Tanaman Hutan Rakyat [tesis].
Bogor: Program Pascasarjana, IPB. Ichwandi I, Shinohara T, Darusman D, Nakama Y. 2005. Characteristics of
private forest management in Java, Indonesia. J Forest economics 512: 1-12.
Jariyah NA, Cahyono SA, Nugroho NP, Yuliantoro D. 2003. Kajian Manfaat Finansial Berbagai Sistem Usahatani. Surakarta: Badan Penelitian dan
Pengembangan Kehutanan. [Kemenhut] Kementerian Kehutanan RI. 2010. Statistik Kehutanan. Jakarta:
Kemenhut. Lilesand MT, Kiefer RW. 1993. Penginderaan Jauh dan Interpretasi Citra.
Yogyakarta: Gajah Mada University Press. Malik. J. 2007.
Kajian Kebutuhan Pembangunan Terminal Kayu Terpadu Sebagai Penunjang Keberlangsungan Industri Kayu Di Jawa Tengah
[tesis]. Semarang: Program Pascasarjana, Undip. Massijaya MY. 2000. Upaya Penyelamatan Industri Pengolahan Kayu Indonesia
Ditinjau dari Sudut Ketersediaan Bahan Baku. http:www.fahutan.s5.com. Mardikanto T. 2010. Konsep-konsep Pemberdayaan Masyarakat. Surakarta:
Sebelas Maret University Press. Mugiono I. 2009. Strategi Pengembangan Pengelolaan dan Arahan Kebijakan
Hutan Rakyat di Pulau Jawa. Yogyakarta: Gajah Mada University Press. Pribadi DO, Panuju DR, Rustiadi E, Emma A. 2010. Permodelan Perencanaan
Pengembangan Wilayah: Konsep, Metode, Aplikasi dan Teknik
Komputasi. Bogor: Faperta IPB. Rachman E, Mile MY, Achmad B. 2007.
Analisis Jenis-jenis Kayu Potensial untuk Hutan Rakyat di Jawa Barat.
Prosiding Pengembangan Hutan Rakyat
Mendukung Kelestarian
Produksi Kayu
Rakyat. Jakarta:
Balitbanghut. Rachmi A. 2006. Analisis Perbandingan Nilai Produksi Hutan Rakyat Sengon
Model Tumpang Sari dengan Tanaman Pertanian di Kabupaten Kediri. J Ilmu-Ilmu Sosial 21.
Rangkuti, F. 2008. Analisis SWOT: Teknik Membedah Kasus Bisnis. Jakarta: PT.Gramedia Pustaka Utama.
120 Ritung S, Hidayat A.
2006. Potensi dan Ketersediaan Lahan untuk
Pengembangan Pertanian
Melalui Pendekatan
Citra Satelit.
J Sumberdaya Lahan, 12: 48-57.
Romansa D. 2007. Peran Hutan Rakyat Dalam Perekonomian Wilayah di Kabupaten Sumedang [tesis]. Bogor: Program Pascasarjana IPB.
Rustiadi E, Saefulhakim S, Panuju DR. 2006. Perencanaan dan Pengembangan Wilayah. Bogor : Faperta IPB.
Siregar IZ, Yunanto T, Ratnasari J. 2010. Kayu Sengon. Jakarta: Penebar Swadaya.
Sitorus SRP. 2010. Bahan Kuliah Penataan Ruang TSL 564. Bogor: Sekolah Pascasarjana IPB.
Situmeang R, Sumaryono, Junaidi. 2005. Analisis Fungsi Kawasan dan Zonasi Hutan Pendidikan dan Penelitian Barat Muara Kaeli Menggunakan Data
Satelit Penginderaan Jauh. Makalah Pada Pertemuan Ilmiah Tahunan Mapin XIV ”Pemanfaatan Efektif Penginderaan Jauh Untuk Peningkatan
Kesejahteraan Bangsa”
Sukadaryati, 2006. Potensi Hutan Rakyat di Indonesia dan Permasalahannya. Prosiding Seminar Hasil Litbang Hasil Hutan: 49-57.
Sumarna Y. 2011. Kayu Jati Panduan Budidaya dan Prospek Bisnis. Jakarta: Penebar Swadaya.
Supriyanto A. 2002.
Analisis Pengembangan Usaha Hutan Rakyat Menuju Pembangunan Daerah yang Berkelanjutan di Kabupaten Banyumas
[tesis]. Bogor: Program Pascasarjana IPB. Triyono. 2004. Kebijakan pengembangan usaha hutan rakyat. Makalah pada
Temu Usaha Hutan Rakyat. Semarang: Dinas Kehutanan Jawa Tengah. Widiarti. 2006. Strategi Pengembangan Hutan Rakyat. Makalah Penunjang pada
Ekspose Hasil-hasil Penelitian. Padang: Balai Konservasi dan Rehabilitasi Sumberdaya Hutan.
Winarno D. 2007. Strategi Pengembangan Hutan Rakyat di Indonesia dalam Prosiding Pengembangan Hutan Rakyat Mendukung Kelestarian Produksi
Kayu Rakyat. Jakarta: Balitbanghut.
Lampiran 1 Hasil Analisis Model Transport Pemenuhan Kebutuhan Bahan Baku IPHHK Jawa Timur
GAMS Rev 145 x86MS Windows 031512 04:32:10 Page 1
G e n e r a l A l g e b r a i c M o d e l i n g S y s t e m C o m p i l a t i o n
1 LP untuk Model Transport 2 Studio PWL
3 Hari Selasa 4
5 SETS 6 I hutan rakyat Bangkalan, Banyuwangi, Blitar, Bojonegoro, Bondowoso, Gr
esik, 7
Jember, Jombang, Kediri, Lamongan, Lumajang, Madiun, Magetan, Malang, 8
Mojokerto, Nganjuk,
Ngawi, Pacitan,
Pamekasan, Pasuruan,
Ponorogo,Probol inggo,
9 Sampang, Situbondo, Sumenep, Trenggalek, Tuban, Tulungagung
10 J pabrik IPHHK
Banyuwangi, Bojonegoro, Gresik, Jember, Jombang, Kediri,
11 Lamongan, Lumajang, Madiun, Magetan, Malang, Mojokerto, Nganjuk,
Ngawi, 12
Pacitan, Pasuruan, Ponorogo, Probolinggo, Sidoarjo, Sumenep, Trenggalek, Tuban,
13 Tulungagung, KotaKediri, KotaMalang, Surabaya ;
14 15 PARAMETERS
16 OI kapasitas hutan rakyat dalam satuan kubik 17
Bangkalan 862141 18 Banyuwangi
139163 19 Blitar
341638 20 Bojonegoro
95977 21 Bondowoso
222477 22 Gresik
154328 23 Jember
246837 24 Jombang
83512 25 Kediri
111318 26 Lamongan
125675 27 Lumajang
351886 28 Madiun
110551 29 Magetan
145237 30 Malang
514660 31 Mojokerto
85422 32 Nganjuk
68142 33 Ngawi
85239 34 Pacitan
715300 35 Pamekasan
299503
123 36 Pasuruan
427754 37 Ponorogo
182311 38 Probolinggo
454744 39 Sampang
726693 40 Situbondo
382405 41 Sumenep
1005185 42 Trenggalek
148426 43 Tuban
493980 44 Tulungagung
105033 45 DJ permintaan dari pabrik IPHHK dalam satuan kubik
46 Banyuwangi
112392 47 Bojonegoro
35602 48 Gresik
713872 49 Jember
192660 50 Jombang
724000 51 Kediri
207285 52 Lamongan
5950 53 Lumajang
1529544 54 Madiun
147342 55 Magetan
35692 56 Malang
106104 57 Mojokerto
31952 58 Nganjuk
12000 59 Ngawi
23692 60 Pacitan
92092 61 Pasuruan
810292 62 Ponorogo
16742 63 Probolinggo
327557 64 Sidoarjo
217408 65 Sumenep
45572 66 Trenggalek
102472 67 Tuban
12302 68 Tulungagung
1444 69 KotaKediri
12000 70 KotaMalang
532 71 Surabaya
135112 ; 72
73 TABLE CI,J jarak dalam ribu km 74
Banyuwangi Bojonegoro Gresik Jember Jombang
Kedi ri
75 Bangkalan 316
136 46
225 107
151 76 Banyuwangi
396 306
105 319
383 77 Blitar
361 173
185 270
86 44
78 Bojonegoro 228
90 225
85 197
79 Bondowoso 136
299 209
32 222
386 80 Gresik
197 79
194 49
276 81 Jember
105 305
215 228
292 82 Jombang
196 30
97 195
227