Kebutuhan Industri Identifikasi Jenis Tanaman Prioritas

27 Kriteria tersebut kemudian diterjemahkan kedalam peta menjadi sebagai berikut : 1 merupakan kawasan budidaya pertanian lahan kering lahan non sawah; 2 bukan merupakan kawasan hutan Hutan konservasi, Hutan Lindung dan Hutan Konservasi; 3 bukan merupakan kawasan perkebunan negara; 4 bukan permukiman; 5 bukan kawasan dalam Rencana Tata Ruang dan Wilayah RTRW yang ditetapkan sebagai zone khusus seperti zone industri misalnya. LL Gambar 6 Penentuan Ketersediaan Lahan Pengembangan Hutan Rakyat Pada gambar 6 terlihat analisis ketersediaan lahan hutan rakyat dilakukan dengan metode tumpang tindih overlay dengan menggunakan Software GIS. Tahapan adalah sebagai berikut : 1. Interpretasi citra Jawa Timur terbaru untuk mendapatkan peta penggunaan lahan eksisting yang selanjutnya ditumpangtindihkan dengan Peta RTRW Jawa Timur, Peta Kawasan Hutan dan Peta Administrasi sehingga didapat peta ketersediaan hutan rakyat potensial. 2. Menganalisa kebutuhan jenis kayu dari IPHHK sehingga diketahui jenis tanaman apa yang potensial untuk dikembangkan. 3. Selanjutnya dengan memperhatikan pertimbangan faktor-faktor kesesuaian lahan, maka diperoleh peta kesesuian dari lahan yang tersedia untuk pengembangan hutan rakyat. LANDSAT TM7 PETA LANDUSE EKSISTING - Lahan Kososng - Semakbelukar - Areal Pertanian Semusim PETA RTRW - Non Pemukiman - Non Industri PETA KAWASAN HUTAN - Areal Penggunaan Lain PETA KETERSEDIAAN LAHAN 28

3.6 Identifikasi Kesesuaian Lahan Berdasarkan Lahan yang Tersedia

Analisis kesesuaian lahan terhadap ketiga jenis tanaman kayu potensial pada penelitian ini menggunakan peta kesesuaian lahan yang merupakan hasil proyek Regional Physical Planning Program for Transmigration RePPProT. Proyek ini merupakan kerjasama antara Departemen Transmigrasi dengan UK Overseas Development Administration. Karena penelitian ini meliputi skala provinsi dengan lahannya yang relatif luas, maka evaluasi lahan yang digunakan adalah tingkat tinjau. Klasifikasi kesesuaian lahan yang digunakan pada analisis ini adalah menurut kerangka evaluasi lahan FAO. Data-data karakteristik fisik dan kimia tanah tidak diamati secara langsung, tetapi menggunakan data dan peta landsystem Jawa Timur. Peta ini merupakan skala tinjau 1:250.000. Karena peta yang digunakan adalah berskala kecil, maka kesesuaian lahan yang digunakan adalah sampai tingkat Ordo. Ordo menunjukkan apakah suatu lahan sesuai atau tidak sesuai untuk penggunaan tertentu Hardjowigeno dan Widiatmaka, 2007. Ordo ini dibedakan menjadi dua yaitu Ordo S sesuai dan Ordo N tidak sesuai. Lahan yang termasuk dalam Ordo sesuai merupakan lahan yang dapat digunakan dalam jangka waktu yang tidak terbatas untuk suatu tujuan yang telah dipertimbangkan sedangkan ordo tidak sesuai adalah lahan yang mempunyai kesulitan sedemikian rupa, sehingga mencegah penggunanya untuk tujuan yang telah direncanakan. Gambar 7 Penentuan Kesesuaian Lahan Menurut Jenis Tanaman Terpilih RePPProt Peta Landsystem KESESUAIAN JENIS TANAMAN PRIORITAS - Peta Lereng - Peta Curah Hujan - Jenis tanah - Elevasi -