15
dapat mengatasi masalah ini, karena data ini dapat secara cepat dan akurat memberikan informasi terhadap keadaan penutup lahan land cover melalui
teknologi penginderaan jauh Ritung dan Hidayat, 2006. Peta merupakan alat yang paling baik untuk membantu perencanaan
dan pelaksanaan pembangunan, peta dapat diperoleh dengan cara pengukuran langsung di lapangan atau dengan menggunakan interprestasi foto udara
maupun citra Landsat, dengan peta akan didapatkan informasi penyebaran obyek dan keterkaitan secara spesial keruangan dengan penumpang–tindihan
tumpang susun dari beberapa peta dengan skenario tertentu dan diperoleh informasi yang bermanfaat Dimiyati dan Dimyati, 1998 dalam Situmeang et al,
2005
2.6 Analisis Kesesuaian Lahan
Semakin berkurangnya lahan yang subur dan potensial untuk pertanian dan adanya persaingan penggunaan lahan antara sektor pertanian dan non
pertanian memerlukan teknologi tepat guna untuk mengoptimalkan penggunaan lahan secara berkelanjutan.
Untuk dapat memanfaatkan sumberdaya lahan secara terarah dan efisien diperlukan tersedianya data dan informasi yang
lengkap mengenai keadaan iklim, tanah dan sifat lingkungan fisik lainnya, serta persyaratan tumbuh tanaman yang diusahakan terutama tanaman yang
mempunyai peluang pasar dan manfaat ekonomi yang cukup baik Djaenudin et al, 2003.
Data iklim, tanah, dan sifat fisik lingkungan lainnya yang berpengaruh terhadap pertumbuhan tanaman serta terhadap aspek manajemennya perlu
diidentifikasi melalui kegiatan survei dan pemetaan sumberdaya lahan. Hasil survei ini merupakan dasar bagi evaluasi lahan.
Evaluasi lahan merupakan suatu pendekatan atau cara untuk menilai potensi sumber daya lahan. Hasil
evaluasi lahan akan memberikan informasi danatau arahan penggunaan lahan yang diperlukan, dan akhirnya nilai harapan produksi yang kemungkinan akan
diperoleh. Inti evaluasi kesesuaian lahan adalah membandingkan persyaratan yang diminta oleh tipe penggunaan lahan yang akan diterapkan dengan sifat-sifat
atau kualitas lahan yang dimiliki oleh lahan yang akan digunakan Hardjowigeno dan Widiatmaka, 2001.
Semua jenis komoditas pertanian yang berbasis lahan untuk dapat tumbuh atau hidup dan berproduksi optimal memerlukan persyaratan-persyaratan
16
tertentu. Persyaratan tersebut terutama terdiri dari energi radiasi, temperatur, kelembaban, oksigen, hara, drainase, tekstur, struktur dan konsistensi tanah
serta kedalaman efektif. Persyaratan tumbuh atau persyaratan penggunaan
lahan yang diperlukan oleh masing-masing komoditas mempunyai batas kisaran minimum, optimum dan maksimum untuk masing-masing komoditas pertanian
Djaenudin et al, 2003. Persyaratan tumbuh merupakan salah satu faktor penting yang perlu
diperhatikan dalam menetapkan jenis yang sesuai untuk di kembangkan di suatu wilayah. Persyaratan tumbuh berisi informasi tentang faktor tumbuh dan syarat-
syarat yang diperlukan oleh tanaman untuk dapat tumbuh dengan baik. Persyaratan tumbuh ini meliputi antara lain sifat-sifat karakteristik tanah dan iklim
yang diperlukan
dalam menunjang
pertumbuhan tanaman,
sementara kesesuaian lahan adalah produk matching antara persyaratan tumbuh dan
kualitas lahan yang tersedia Rachmad E, et al. 2008 Klasifikasi kesesuaian lahan adalah pengelompokan lahan berdasarkan
kesesuaiannya untuk tujuan tertentu. Dalam Sistem FAO 1976 klasifikasi kesesuaian lahan dibagi menjadi 4 empat kategori, yaitu :
a. Ordo, menunjukan apakah suatu lahan sesuai atau tidak sesuai untuk
penggunaan tertentu. b.
Kelas, Menunjukan tingkat kesesuaian suatu lahan. c.
Sub-Kelas, menunjukan jenis pembatas atau macam perbaikan yang harus dijalankan dalam masing-masing kelas.
d. Unit, menunjukan perbedaan-perbedaan besarnya faktor penghambat yang
berpengaruh dalam pengelolaan suatu sub-kelas. Pada tingkat ordo ditunjukan apakah suatu lahan sesuai atau tidak sesuai
untuk suatu jenis penggunaan tertentu. Dikenal 2 dua ordo, yaitu : a. Ordo S sesuai : lahan yang termasuk ordo ini adalah lahan yang dapat
digunakan dalam jangka waktu yang tidak terbatas untuk suatu tujuan yang telah dipertimbangkan. Keuntungan dari hasil pengelolaan lahan ini akan
memuaskan setelah dihitung dengan masukan yang diberikan. b. Ordo N tidak sesuai : lahan yang termasuk ordo ini adalah lahan yang
mempunyai kesulitan sedemikian rupa, sehingga mencegah penggunaannya untuk suatu tujuan tertentu. Lahan tidak sesuai misalnya untuk tujuan
pertanian karena adanya berbagai penghambat, baik secara fisik lereng
17
sangat curam,
berbatu-batu, dan
sebagainya atau
secara ekonomi keuntungan yang didapat lebih kecil dari biaya yang dikeluarkan.
Memprediksi kesesuaian lahan untuk suatu tujuan tertentu dapat dilakukan dengan memanfaatkan Sistem Informasi Geografis SIG. Kemampuan
SIG dalam memprediksi ketersedian lahan tidak lepas dari nilai lebih SIG dalam menjalankan fungsi-fungsi analisis spasial. Nilai lebih SIG dalam analisis spasial
dapat dilihat dari lima fungsi utamanya, yaitu fungsi pengukuran dan klasifikasi, fungsi overlay, fungsi neighbourhood, fungsi network, dan fungsi tiga dimensi
Aronoff, 1993
2.7 Komoditas Hutan Rakyat Potensial
Komoditas potensial untuk pengembangan hutan rakyat di Jawa Timur didasarkan atas kesesuaian lahan serta agroklimatnya untuk budidaya tanaman
tahunan kesiapan kelembagaan sosial penunjang , kesediaan masyarakat dan tersedianya tenaga kerja serta sumberdaya lain yang membentuk keunggulan
komparatif wilayah untuk hutan rakyat. Dalam memilih jenis untuk hutan rakyat harus dipenuhi beberapa hal agar
jenis yang diusahakan dan dikembangkan dapat dapat menghasilkan secara optimal, yaitu :
1. Aspek lingkungan, yaitu jenis yang dipilih harus sesuai dengan iklim, jenis
tanah dan kesuburan serta keadaan fisik wilayah 2.
Aspek sosial, yaitu jenis yang dipilih harus jenis yang cepat menghasilkan
setiap saat, dikenal dan disukai masyarakat serta mudah dibudidayakan. 3.
Aspek ekonomi, yaitu dapat memberikan penghasilan dan mudah
dipasarkan serta memenuhi standar bahan baku industri Berdasarkan hasil penelitian Sukadarwati 2006, potensi hutan rakyat yang
terdiri dari populasi 7 tujuh jenis tanaman yang dikembangkan di hutan rakyat dan tersebar di pulau Jawa dan di luar pulau adalah Jati, Sengon, Mahoni,
Bambu, Akasia, Pinus dan Sonokeling dan akhir-akhir ini jabon juga mulai diminati untuk dibudidayakan karena tingginya permintaan industri plywood.
2.8 Analisis Biaya dan Kelayakan Finansial Hutan Rakyat
Pendapatan dari pengusahaan hutan rakyat diperoleh dari penjualan hasil hutan rakyat berupa kayu bulat, kayu olahan, maupun kayu bakar. Besarnya
pendapatan dari pengusahaan hutan rakyat dapat dihitung berdasarkan jumlah