7 kompetitif, perawatan yang relatif mudah serta pola tanam wanatani dengan
tumpangsari merupakan
peluang bagi
petani untuk
meningkatkan kesejahteraannya. Akan tetapi yang menjadi kendala bagi masyarakat adalah
tidak tersedianya modal dan pengetahuan silvikultur yang baik agar usaha ini dapat memberikan nilai ekonomi yang tinggi
Sehubungan dengan hal tersebut dan agar pengembangan hutan rakyat dapat memberikan manfaat yang optimal bagi masyarakat dan industri kayu,
maka perlu dilakukan perencanaan yang baik dalam pengembangan hutan rakyat. Dengan demikian diperlukan identifikasi lahan yang berpotensi untuk
pengembangan hutan rakyat, analisis kesesuaian jenis untuk komoditas unggulan agar menghasilkan produksi yang menguntungkan serta analisis pola
kemitraan dan kelembagaan pengembangan hutan rakyat agar arahan pengembangan hutan rakyat dapat mencapai hasil yang optimal
Adapun tahapan alur kerangka berfikir dalam penelitian ini disajikan pada Gambar 1.
Gambar 1 Kerangka Pemikiran
TERBATAS
HUTAN ALAM HUTAN
TANAMAN
HUTAN RAKYAT
INDUSTRI PRIMER HASIL HUTAN
KAYU IPHHK
JENIS TANAMAN
LOKASI
PENGEMBANGAN KELEMBAGAAN
JAMINAN PASOKAN KAYU
EKONOMI
Peningkatan pendapatan petani
EKOLOGI
Perbaikan kualitas
lingk, penurunan luas lahan kritis
SOSIAL
Peningkatan taraf
hidup petani
MANFAAT
Solusi Pengembangan HR
ARAHAN PENGEMBANGAN HUTAN RAKYAT
8
9
8
II. TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Industri Primer Hasil Hutan
Industri kayu dibedakan berdasarkan hasil produksinya, yaitu industri primer dan industri sekunder lanjutan. Berdasarkan Peraturan Menteri
Kehutanan Nomor. P.35Menhut-II2008 yang dimaksud dengan Industri Primer Hasil Hutan Kayu IPHHK adalah pengolahan kayu bulat danatau kayu bulat
kecil menjadi barang setengah jadi atau barang jadi. IPHHK itu sendiri terdiri dari: a. Industri Penggergajian Kayu; b Industri Serpih Kayu wood chip; c.
Industri Vinir veneer ; d. Industri Kayu Lapis Plywood ; dan atau e. Laminated Veneer Lumber.
Sedangkan industri sekunder lanjutan adalah industri yang mengolah lebih lanjut produk dari industri primer pengerjaan
kayuwood working. Berdasarkan jenis Industri Primer Hasil Hutan Kayu berdasarkan atas
kapasitas produksi dikelompokkan menjadi : 1. Skala kecil dengan kapasitas produksi sampai dengan 2.000 m
3
per tahun; 2. Skala menengah dengan kapasitas produksi lebih besar dari 2.000 m
3
sampai dengan 6.000 m
3
per tahun; 3. Skala besar dengan kapasitas produksi lebih besar dari 6.000 m
3
per tahun. Sesuai dengan Keputusan Menteri Kehutanan Nomor : P.35Menhut-
II2008, perizinan
IPHHK merupakan
Kewenangan Menteri
Kehutanan, sedangkan pengaturan, pembinaan dan pengembangan jenis-jenis industri hasil
hutan lainnya
masih menjadi
kewenangan Menteri
Perindustrian dan
Perdagangan. Pemberian izin usaha IPHHK dengan kapasitas diatas 6.000 m
3
merupakan kewenangan Menteri Kehutanan dan izin sampai 6.000 m
3
merupakan Gubernur. Izin Usana Industri dan izin perluasan IPHHK dapat
diberikan kepada perorangan, koperasi, BUMN, BUMD dan BUMS, sedangkan IPHHK sampai dengan 2.000 m
3
pertahun hanya dapat diberikan kepada perorangan dan koperasi.
Industri penggergajian kayu dengan kapasitas produksi sampai dengan 2.000 m
3
per tahun hanya diperuntukkan bagi pemenuhan kebutuhan dalam negeri.