Optimasi Transportasi TINJAUAN PUSTAKA

29 Pada gambar 7 menunjukkan setelah diperoleh kesesuaian lahan berdasarkan data Reppprot selanjutnya data tersebut dioverlay dengan peta lereng, curah hujan, jenis tanah dan elevasi Jawa Timur untuk mengupdate data pada peta landsystem Jawa Timur. Langkah ini adalah untuk menentukan kesesuaian lahan berdasarkan syarat tumbuh bagi tanaman prioritas terpilih di seluruh wilayah Jawa Timur. Klasifikasi kesesuaian lahan adalah pengelompokan lahan berdasarkan kesesuaiannya untuk tujuan tertentu. Pada penelitian ini digunakan kesesuaian lahan pada tingkat ordo yang menunjukan apakah suatu lahan sesuai atau tidak sesuai untuk suatu jenis penggunaan tertentu. Pada tingkat ordo kesesuaian lahan dibedakan atas Ordo S sesuai dimana lahan yang termasuk ordo ini adalah lahan yang dapat digunakan dalam jangka waktu yang tidak terbatas untuk suatu tujuan yang telah dipertimbangkan. Keuntungan dari hasil pengelolaan lahan ini akan memuaskan setelah dihitung dengan masukan yang diberikan dan Ordo N tidak sesuai dimana lahan yang termasuk ordo ini adalah lahan yang mempunyai kesulitan sedemikian rupa, sehingga mencegah penggunaannya untuk suatu tujuan tertentu. Lahan tidak sesuai karena adanya berbagai penghambat, baik secara fisik lereng sangat curam, berbatu-batu, dan sebagainya atau secara ekonomi yaitu keuntungan yang didapat lebih kecil dari biaya yang dikeluarkan Hardjowigeno dan Widiatmaka, 2007.

3.7 Analisis Pola Kemitraan Eksisting

Untuk menentukan pola kemitraan yang disukai masyarakat berdasarkan pola kemitraan yang telah ada di Jawa Timur adalah dengan metode AHP. Metode Analytical Hierarchy Procees AHP merupakan metode untuk pengambilan keputusan dengan banyak kriteria yang digunakan dalam menentukan pola kemitraan mana yang menjadi prioritas yang disukai responden untuk dikembangkan di Provinsi Jawa Timur. Langkah awal dari proses ini adalah merinci tujuanpermasalahan kedalam komponen-komponen dan kemudian diatur kedalam tingkatan-tingkatan hirarki. Selanjutnya dilakukan pembobotan sehingga diketahui pola kemitraan mana yang merupakan prioritas untuk dikembangkan sebagaimana hirarki pada Gambar 8 berikut ini. 30 Gambar 8 Hirarki Bentuk Pola Kemitraan Alat yang digunakan untuk pengumpulan data berupa kuisioner pada stakeholders yang terlibat dalam kegiatan hutan rakyat. Responden adalah Kepala Dinas Kehutanan Provinsi Jawa Timur, Direktur IPHHK di Gresik, Jombang, Lumajang dan Ketua Kelompok Tani Hutan Rakyat di Bangkalan, Mojokerto, Lumajang dan Tuban. Aspek-aspek dalam penetapan prioritas pola kemitraan adalah modal usaha, pemasaran dan bimbingan teknis yang merupakan pertimbangan utama dalam suatu pola kemitraan. Modal usaha meliputi semua pengeluaran untuk produksi termasuk bibit, pupuk, obat-obatan dan biaya tenaga kerja, pemasaran merupakan kemudahan petani untuk menjual hasil produksi dengan adanya kepastian pasar dan bimbingan teknis meliputi adanya bimbingan dan penyuluhan terhadap petani dalam budidaya tanaman hutan rakyat. Pola kemitraan yang sering dipergunakan dalam hutan rakyat adalah : 1. Pola A merupakan pola kemitraan dimana IPHHK memberikan bantuan bibit tanpa ada perjanjian bagi petani untuk menjual hasil panen kayu ke IPHHK yang bersangkutan 2. Pola B merupakan kemitraan dimana IPHHK memberikan bantuan bibit, saprodi dan bimbingan teknis dengan perjanjian seluruh hasil panen dijual ke IPHHK yang bersangkutan 3. Pola C merupakan kemitraan dimana IPHHK memberikan kredit lunak kepada petani yang pengembalian setelah panen dengan bunga yang telah disepakati. 4. Pola D merupakan kemitraan dengan sistem inti plasma. Dimana IPHHK merupakan inti dan petani adalah plasma. Inti memberikan modal, sarana Bentuk Pola Kemitaan Antara Industri dan Masyarakat MODAL USAHA PEMASARAN BIMBINGAN TEKNIS POLA A POLA B POLA C POLA D 31 produksi dsb dengan perjanjian penjualan hasil panen ke inti dengan memotong biaya produksi yang telah dikeluarkan

3.8 Penyusunan Arahan Pengembangan Hutan Rakyat

Dalam penyusunan arahan digunakan metode deskriptif berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan sebelumnya sebagaimana pada gambar 4. Arahan pengembangan dibagi menjadi arahan berdasarkan jenis yaitu dengan menggunakan data-data yang diperoleh untuk penentuan jenis tanaman prioritas yang akan dikembangkan. Arahan berdasarkan lokasi merupakan arahan pengembangan hutan rakyat berdasarkan ketersediaan lahan dan kesesuaian jenis tanaman. Arahan kemitraan merupakan arahan bagaimana bentuk pola kemitraan yang akan dikembangkan di Provinsi Jawa Timur untuk IPHHK yang akan bermitra dengan petani hutan rakyat. Analisis optimasi transportasi digunakan untuk menentukan arahan pengembangan berdasarkan lokasi. Analisis transportasi yaitu melihat minimum biaya yang harus dikeluarkan untuk pemenuhan suplai bahan baku industri oleh hutan rakyat Fungsi Tujuan : Minimisasi ܼ = ෍ ∑ Cij. . Xij ௝ୀଵ ଵୀଵ Dengan kendala ∑ Xij ൑ Oij ଵୀଵ untuk i=1,2,..,m kendala produksi  ∑ Xij ൒ Dij ଵୀଵ untuk i=1,2,..,m kendala demand  Xij ≥ 0 kendala non negativitas, karena jumlah barang dan jasa yang dikirim tidak mungkin negatif Dimana : i = wilayah hutan rakyat j = wilayah IPHHK xij = jumlah kayu yang ditransportasikan dari wilayah i ke wilayah j cij = ongkos transpor yang harus dibayar untuk setiap unit xij yang ditransport dari wilayah I ke wilayah j Oi = kapasitas produksi total di wilayah i Dj = permintaan total total demand wilayah j Selengkapnya alur penelitian sebagaimana pada Gambar 4. Gambar 4. Skema Alur Penelitian OPTIMASI KEMITRAAN IPHK DENGAN PETANI KELEMBAGAAN EKSISTING PREFERENSI POLA KEMITRAAN POLA KEMITRAAN POTENSIAL PETA KETERSEDIAAN DAN KESESUAIAN LAHAN LANDSAT TM7 PETA LANDUSE EKSISTING PETA RTRW PETA KAWASAN HUTAN PETA KETERSEDIAAN LAHAN KEBUTUHAN INDUSTRI PREFERENSI MASYARAKAT PRODUKSI HUTAN RAKYAT JENIS TANAMAN PRIORITAS overlay overlay AHP AHP ARAHAN PENGEMBANGAN HUTAN RAKYAT ARAHAN JENIS TANAMAN ARAHAN LOKASI PENGEMBANGAN ARAHAN KELEMBAGAAN KESESUAIAN LAHAN Analisa Finansial