Paradigma Pengembangan Sains dalam Islam

103 Dalam pandangan Jhon Ziman, pembentukan paradigma ini sangat mendasar sifatnya bagi ilmu pengetahuan. Tanpa komitmen dari masing- masing individu ilmuwan pada “gambar dunia” world picture yang sama, tak akan tercipta komunikasi. Dalam keilmuan Barat paradigma bersumber dari hasil pemikiran manusia berupa komitmen para ilmuwan yang kemudian terbentuk sebagai world picture dari latar belakang filsafat masing-masing Jalaluddin, 2013: 250. Dalam pandangan Islam, world picture yang terbetuk berdasarkan komitmen para ilmuwan tersebut, semuanya berpangkal dari sumber tunggal, yakni pesan-pesan kitab suci al- Qur‟an. Setidaknya Harun Nasution mengatakan bahwa al- Qur‟an adalah kitab yang komplet, sempurna, dan mencakup segala-galanya termasuk sistem kemasyarakatan, ilmu pengetahuan dan teknologi modern Nasution, 1983: 25. Pendapat ini didasarkan pada pernyataan-pernyatan ayat al- Qur‟an itu sendiri, antara lain Firman Allah Swt.:            Pada hari ini telah Kusempurnakan untuk kamu agamamu, dan telah Ku-cukupkan kepadamu nikmat-Ku, dan telah Ku-ridhai Islam itu Jadi agama bagimu. Q.S. Al-Maidah:3 Ayat tersebut diatas dapat diartikan bahwa al- Qur‟an adalah kitab yang sempurna isinya dalam arti suatu pun tidak dilupakan di dalamnya. Segala-galanya dijelaskan di dalamnya Nasution, 1983: 30. Ayat-ayat al- Qur‟an yang termasuk ayat-ayat kauniyah memang tidak memberi penjelasan rinci mengenai proses fenomena alam berupa teori-teori tertentu. Proses tersebut harus dipikirkan manusia. Pada dasarnya ayat-ayat kauniyah mengandung dorongan kepada manusia untuk memperhatikan dan memikirkan alam sekitar. Kandungan- kandungan ayat-ayat ini sekaligus menunjukkan bahwa al- Qur‟an juga mengungkapkan fenomena alam yang menjadi pembahasan ilmu pengetahuan modern. Dalam ilmu pengetahuan kealaman natural science, orang mengumpulkan pengetahuan dengan mengadakan pengamatan atau observasi, pengukuran atau pengumpulan data pada alam sekitar. Baik yang hidup seperti manusia, binatang, dan tumbuh-tumbuhan, maupun yang tak tak bernyawa seperti binatang, matahari, gunung, lautan, dan benda-benda yang mengelilingi manusia Baiquni, 1983: 1. Dengan memperhatikan gejala dan peristiwa alam ini manusia sampai pada kesimpulan, bahwa kejadian-kejadian seperti itu tidaklah timbul begitu saja. Semuanya itu mesti diciptakan dan digerakkan oleh 104 Allah Swt. Maha Pencipta dan Penggerak alam semseta Nasution, 1983: 68. Dalam hubungan dengan paradigma pengembangan ilmu ini, Syed Hossein Nasr menjelaskan, bahwa ilmuwan ulama Islam di masa klasik, mempelajari alam, buka semata-mata karena jiwa ilmiah yang terdapat dalam diri mereka. Lebih dari itu adal ah “untuk menyatakan hikmat Pencipta dalam ciptaan- Nya,” dan “untuk memperhatikan ayat-ayat Tuhan dalam alam sesuai dengan ajaran al- Qur‟an Nasution, 1983: 68. Secara paradigmatis, dalam Islam terlihat adanya hubungan antara ilmu, ilmuwan, kajian keilmuan dan niali-nilai ajaran agama. Ilmu bersumber dari Tuhan. 1 Ilmuwan ulama mereka yang memiliki pengetahuan tentang fenomena alam yang memiliki sifat khasyah takut, kagum kepada Allah. Berangkat dari landasan prinsip-prinsip al- Qur‟an ini pula paradigma pengembangan ilmu dalam Islam disusun. Tak mengherankan bila tujuh abad sebelum Charles Darwin mengemukakan teori evolusi, ilmuwan Muslim telah mengemukakan hal itu. Mereka mengemukakan bahwa penciptaan berlaku melalui evolusi. Selain itu berdasarkan al- Qur‟an pula mereka berpendapat bahwa airlah yang menimbulkan kehidupan Nasution, 1983: 66. Sedangkan dalam pandangan Kuntowijoyo, pengembangan eksperimen-eksperimen ilmu pengetahuan yang berdasarkan paradigma al- Qur‟an jelas akan memperkaya khazanah ilmu pengetahuan manusia Kuntowijoyo, 1991: 335. Harun Yahya dalam Menyingkap Rahasia Alam, menunjukkan bahwa bukti tentang tanda-tanda kekuasaan Allah dalam kehidupan di alam raya ini. Ia ingin menunjukkan bukti kebenaran mutlak ayat-ayat al- Qur‟an dalam telah ilmiah dan cakupan yang luas. Pernyataan ayat-ayat al- Qur‟an tidak hanya harus dipahami secara normative. Di balik semuanya itu, ayat-ayat al- Qur‟an juga mengandung pesan-pesan yang berhubungan dengan prinsip- prinsip ilmu pengetahuan Yahya, 2004: 164-165. Selanjutnya dikemukakan oleh al-Qardlawi, aspek material adalah ilmu yang berhubungan dengan pembahasan mengenai alam jagat raya, baik yang di atas maupun yang di bawah. Ilmu ini mencakup anta lain ilmu alam, kimia, astronomi, kedokteran, teknik, ilmu biologi, botani, fisika dan lain 1 30 Ingatlah ketika Tuhanmu berfirman kepada Para Malaikat: Sesungguhnya aku hendak menjadikan seorang khalifah di muka bumi. mereka berkata: Mengapa Engkau hendak menjadikan khalifah di bumi itu orang yang akan membuat kerusakan padanya dan menumpahkan darah, Padahal Kami Senantiasa bertasbih dengan memuji Engkau dan mensucikan Engkau? Tuhan berfirman: Sesungguhnya aku mengetahui apa yang tidak kamu ketahui. 31 Dan Dia mengajarkan kepada Adam Nama-nama benda-benda seluruhnya, kemudian mengemukakannya kepada Para Malaikat lalu berfirman: Sebutkanlah kepada-Ku nama benda-benda itu jika kamu mamang benar orang-orang yang benar 105 sebagainya. Jelasnya, ilmu dibangun atas dasar observasi dan eksperimen al-Qardlawi, 2001: 35. Berangkat dari paradigma seperti ini pula, maka dalam perjalanannya, Islam mampu mengemban “hegemoni” peradaban dunia, yang oleh Eward Mortimer disebut-sebut s ebagai “peradaban sepuluh ab ad” Mortimer, 1986: 32.

C. Langkah-langkah Kholifah al-Ma’mun dalam Mengembangkan

Ilmu Pengetahuan 1. Gerakan Penerjemahan Ilmu zaman al-Ma’mun a. Faktor Penyebab Gerakan Penerjemah Jika di telaah secara historisitas sosial pendidikan pada umat Islam baru menemukan pemekarannnya ketika komunitas Islam telah tersebar ke berbagai penjuru dan belahan bumi di luar Jazirah Arab. Arief, 2005: 104. Tersebarnya “ilmu-ilmu non agama” ke dalam tubuh Islam pada masa Abbasiyah memegang tampuk kekuasannya tepanya di masa Khalifah al-Mansur sampai masa al- Ma‟mun hingga masa-masa sesudahnya sampai abad X M. dengan penerjemahan buku-buku asing secara besar-besaran telah tampil begitu mengesankan sehingga dunia ilmu pengetahuan semakin berkembanglah dan meluas di tangan kaum muslimin. Ilmu- ilmu “non-agama” atau disebut dengan ilmu „aqliyah. Ilmu „aqliyah dikenal dengan ilmu-ilmu klasik „ulum al-Qudama atau awail . Yang dimaksud dengan ilmu jenis ini adalah filsafat, kedokteran, olahraga, arsitekstur, aljabar, mantiq, ilmu falaq, ilmu alam, kimia, music, sejarah, geografi dsb. al-Mursyi, 1986: 193 diadopsi oleh komunitas Muslim dengan antusias dengan sikap apresiatif. Menurut Nakosten, tersebarnya ilmu-ilmu asing yang masuk pada kubu umat Islam, ada beberapa faktor penting yang patut diketahui yaitu: Pertama , Penganiayaan dan pengusiran yang dilakukan oleh orang-orang Kristen Ortodoks yang mewakili penguasa Byzantium, atas sekte-sekte Kristen. Sekte-sekte ini mencari tempat yang lebih kondusif dan aman ke daerah-daerah yang berada di bawah penguasaan kerajaan Sasania dan mereka yang juga menyebar ke semenanjung Arabia. Mereka yang menyebar ini membawa tradisi ilmiah Yunani dan Helenisme, terutama di bidang kedokteran, matematika, astronomi, filsafat, dan teknologi, lalu mengembangkannya di suatu tempat baru yang mereka huni. Ketika umat Islam menaklukkan kerajaan Romawi dan Sasania, penganiayaan Kristen Ortodoks mendorong kelompok-kelompok minoritas untuk menyambut gembira kedatangan pasukan Muslim yang dikenal toleran terhadap orang yang berbeda agama, budaya, dan kehidupan sosial. Kelompok-kelompok ini menjalin persahabatan yang baik dengan komunitas Muslim dan membuka jalur transmisi pengetahuan yang mereka bawa. 106 Selain itu penaklukan Alexander Agung terhadap Mesir, Persia dan India yang secara otomatis disertai dengan transmisi ilmu pengetahuan Yunani ke daerah-daerah tersebut. Pada babakan sejarah berikutnya ilmu pengetahuan ini dikembangkan dan diperkaya dengan polesan tradisi lokal sebelum pada akhirnya ditransmisi ke dalam peradaban Islam. Kedua, Nakosten menambahkan bahwa peranan Akademi Jundi Syapur yang berhasil memadukan tradisi ilmiah dari berbagai kawasan budaya India, Yunani, Helenisme, Syiria, Hebrew, dan Persia. Di tempat ini pula penterjemahan ilmu pengetahuan kuno menyebarkannya kepada kaum muslim sampai tugas ini diambil alih oleh Baghdad di Timur dan Sisilia serta Cordova di Barat. Kegiatan ilmiah bangsa Yahudi yang menerjemahkan karya-karya Yunani ke dalam bahasa Ibrani dan Arab pada masa pra-Islam Nakosteen, 1968: 18-20. Masuk dan berkembangnya ilmu-ilmu asing ini memaksa umat Islam untuk merekonstruksi sistem pendidikan yang masih berlangsung dengan dominasi “Ilmu-ilmu agama” dalam kurikulum pengajarannya. Terjadi proses tarik menarik dalam merespon keadaan ini. Institusi- institusi pendidikan Islam hingga masa ini berada dalam otoritas ulama yang menguasai al- „ulum al dinniyah. Menurut data sejarah, ternyata ilmu-ilmu non agama, berhasil bukan hanya diadopsi, akan tetapi berhasil dikembangkan sedemikian rupa hingga masa-masa itu Islam disebut-sebut oleh sejarahwan sedang menguasai panggung peradaban dunia di saat Eropa dan belahan dunia lain berada dalam kegelapan the dark age. Hal tersebut pada akhirnya dimaksudkan untuk dapat mengungkap pengalaman historis sosiologis umat Islam dalam memperkenalkan dan memposisikan ilmu di masa klasik Arief, 2005:106-107. Para ilmuwan diutus untuk mencari naskah-naskah Yunani ke Bizantium dalam berb agai bidang ilmu seperti “filsafat dan kedokteran”. Perburuan dalam menemukan manuskrip-manuskrip di dunia Timur Persia seperti dalam bidang Tata Negara dan sastra, juga dilakukan. Bahkan al- Ma‟mun sendiri mewajibkan kepada seluruh pejabat pemerintahan untuk menguasai dua bahasa, agar menambah tenaga penerjemah buku tersebut. Haran sebuah kota yang berada di Mesopotamia adalah salah satu jalur yang sering dilalui dan banyak penduduknya yang berbahsa Yunani.

b. Munculnya Gerakan Penerjemah

Pengembangan ilmu pengetahuan telah dimulai pada zaman klasik, hal ini terjadi dikarenakan faktor yang dominan dari al- Qur‟an dan Sunah yang mendorong mengembangkan ilmu pengetahuan dan memanfaatkan serta mempelajari warisan berbagai budaya dan ilmu pengetahuan di