Faktor-faktor yang Mendorong Pengembangan Ilmu Pengetahuan

47 Mesopotamia, Yunani, Cina, India, Persia, Romawi dan Arkadia. Dunia Arab khususnya dan dunia Islam dengan pusatnya Makkah, Madinah, Baghdad, Spanyol dan Mesir, mengambil alih pemandu peradaban dunia yang berdasarkan nilai-nilai al- Qur‟an dan Hadits Nata, 2011: 370. Maka dari sinilah lingkungan dan budaya yang ada di berbagai daerah di mana Islam terus berkembang. Sebagaimana diketahui, bahwa Islam lahir di Makkah dan berkembang di luar Makkah dan Madinah, seperti di Baghdad, Mesir dan Persia, yang mana dimasa lalu pernah mengalami kemajuan dalam bidang ilmu pengetahuan dan kebudayaan serta peradaban. Adanya tradisi ilmiah yang sangat kuat, yaitu tradisi mencintai ilmu pengetahuan, membaca, dan menulis, meneliti, membangun lembaga pendidikan, mengoleksi buku, manuskrip dan membangun perpustakaan, menerjemahkan manuskrip, mewakafkan tanah, dan segala sesuatu untuk pendidikan, melakukan perjalanan ilmiah ke berbagai daerah yang jauh, memberikan bantuan dan penghargaan kepada para penulis buku dan ilmuan, menyebarkan ilmu keseluruh penjuru dunia, berdebat, berdiskusi, dan berpendapat. Dengan tradisi ilmiah inilah yang demikian kuat, maka umat Islam mencapai kemajuan dalam bidang ilmu pengetahuan, kebudayaan, dan peradaban Islam Nata, 2011: 210-214. Selanjutnya dalam ajaran Islam mewajibkan pada seluruh penganutnya agar melakukan berbagai kegiatan dalam bidang apa saja dengan berbasis pada ilmu pengetahuan yang dihasilkan melalui bacaan, riset, dsb. Islam melarang penganutnya bersikap taqlid, yakni mengikuti kebiasaan orang lain tanpa mengetahui dasar pengetahuan dan menganggap bahwa setiap amal perbuatan yang tidak disertai ilmu pengetahuan akan tertolak Nata, 2010: 211-214. Maka secara historis timbulnya dorongan untuk mengembangkan ilmu pengetahuan karena hal-hal yang besifat pragmatis, yakni bahwa dalam rangka membangun dan memakmurkan dunia Islam yang sudah demikian luas, diperlukan sejumlah tenaga ahli dalam berbagai bidang untuk keperluan membangun infrastruktur, sarana prasarana, sistem pemerintah, sistem ekonomi, dan lain sebaginya. Untuk itu diperlukan tenaga ahli untuk menterjemahkan karya-karya tulis dsb. Dengan kata lain, bahwa kemajuan dalam bidang ilmu pengetahuan yang pernah dicapai dunia Islam di zaman klasik adalah karena sikap keterbukaan, akomodatif, dan responsive terhadap warisan dan ilmu pengetahuan dari luar dengan tetap berpegang dalam nilai- nilai al-Qu r‟an dan hadis. Kedua, Adanya pandangan yang bersifat integrated, komperhensif, dan holistis dalam memandang ilmu pengetahuan dengan agama. Umat Islam pada 48 waktu itu memandang bahwa mengembangkan ilmu pengetahuan merupakan perihal agama yang bersifat ibadah dan amal shaleh. Mengembangkan ilmu matematika, fisika, biologi, kedokteran, sosilogi, ekonomi dsb. Sebagaimana perintah Tuhan yang bernilai ibadah. Mengembangkan ilmu pengetahuan dengan mempelajari berbagai fenomena alam dan sosial adalah sama halnya membaca ayat-ayat Allah yang bersifat kosmologis atau ayat-ayat yang bersifat kauniah . Al Mujam al-Mfaras li Alfadz Al- Qur‟an , t.t: 421-248. Berbagai faktor di atas mendorong kemajuan umat Islam dalam bidang ilmu pengetahuan antara satu dan lainnya saling melengkapi. Berbagai faktor ini, terutama yang berkaitan dengan tradisi ilmiah perlu ditumbuhkan kembali dalam dunia Islam. Berbagai pandangan yang menganggap bahwa mempelajari ilmu pengetahuan umum sebagai yang terlarang, haram dan mengikuti budaya Barat, sama sekali tidak sesuai atau bertentangan dengan ajaran Al- Qur‟an dan hadits serta peraktik kehidupan ulama shalih di zaman klasik. Pandangan bahwa mempelajari ilmu pengetahuan sebagai terlarang dan mengikuti budaya Barat sepintas dapat dimaklumi, karena yang menguasai ilmu pengetahuan dan teknologi di masa sekarang adalah orang-orang Eropa dan Barat yang mendasarkan ilmunya pada pandangan sekularistik dan antroposentris, yakni hanya berdasarkan pada penalaran umat Islam semata, serta tidak melibatkan landasan nilai moral, spiritual dan akhalak mulia Nata, 2011: 373. Yang diharapkan ialah lahirnya pandangan yang menganggap bahwa ilmu agama dan ilmu umum adalah berasal dari Allah Swt. Dan antara satu objek dan kajiannya saja yang berbeda, sedangkan hakikatnya adalah ayat-ayat Allah yang harus disandingkan. Hanya dengan pandangan integralistiklah umat Islam akan mencapai kejayaan kembali sebagaimana yang terjadi di zaman klasik dan dapat merebut kembali supermasi sebagai pemandu perkembangan kebudayaan dan peradaban dunia. 49 Bagan 2.2: Konseptual Islam tentang Ilmu dan Penelitian

C. Pandangan Islam tentang Alam

Islam melihat alam bertasbih, saling terkait satu sama lain dengan manusia. Alam juga berjiwa, ia akan merasa sedih jika ada manusia yang merusak alam, sebagai contoh: ketika manusia menginjak rumput atau pohon Tuhan Al- Qur’an dan Hadits Akal Wahyu I l m u Ilmu sains, alam,fisika Tumbuh-tumbuhan Hewan Manusia Makhluk ghaib Malaik Jin Syaitan Metafisik No-material Bulan Matarahari Bintang Fisik material Alam semsta yang terilmukan Ilmu Pasti: Matematika Ilmu Alam: Fisika,Biologi,Astronomi, Kedokteran, Kimia Ilmu Sosial: Sosiologi, Sejarah, geografi,Antropologi Ilmu Terapan: Ekonomi Metode Ijbari Eksperie men Hari akhir 50 apabila di tebang, ia akan mengeluarkan getah, hal tersebut sebagai respsentasi bahwa pohon memiliki jiwa dan merasa sedih mengeluarkan air mata jika di tebang rusak kelestariannya. Akan tetapi alam juga akan menjadi sahabat bagi manusia, apabila ia di lestarikan, di manfaatkan dan di rawat, maka pohon akan mengeluarkan bunga dan juga buah yang dapat dimakan oleh manusia, hal tersebut adalah sebagai tanda trimakasih alam kepada manusia sebagai kholifah di Bumi. Alam mengandung ayat-ayat Allah kauniyah sebagai tanda bahwasanya alam merupakan kebesaran Tuhan Yang Maha Kuasa, Menurut Islam pandangan terhadap alam semesta bukan hanya berdasarkan akal semata. Alam semesta difungsikan untuk menggerakkan emosi dan prasaan manusia terhadap keagungan al-Khaliq, kekerdilan manusia di hadapan-Nya, dan pentingnya ketundukan kepada-Nya. artinya, alam semesta dipandang sebagai dalil qath‟i yang menunjukkan keesaan dan ketuhanan Allah. 1. Alam semesta adalah diciptakan untuk satu tujuan Alam semesta ini tidak diciptakan berdasarkan permainan atau senda gurau. Firman Allah:                  Dan Kami tidak menciptakan langit dan bumi dan apa yang ada di antara keduanya dengan bermain-main. Kami tidak menciptakan keduanya melainkan dengan haq, tetapi kebanyakan mereka tidak mengetahui.”Q.S.ad-Dukhaan:38-39 2. Tunduknya semesta adalah takdir Allah. Pandangan Islam terhadap alam semesta menimbulkan berbagai dampak dalam bidang pendidikan, diantaranya adalah Firman Allah:                         