Dalam Bidang Matematika Munculnya Tokoh-tokoh Penting dalam Berbagai Ilmu

147 aslinya adalah Muhammad ibn Musa al-Khawarizmi dilahirkan di Khawarizmi, Uzbekistan pada tahun 194 H780 M.-266 H.850 M. bukunya al-Jabar wal-Muqabala pengutuhan kembali dan perbandingan dalam terjemahan latinnya merupakan rangsangan kepada ilmu pasti Eropa abad pertengahan Baiquni, 1994: 23. Aljabar ciptaannya lebih tinggi lagi dan kemudian bernama aritmatika. Nama ini muncul ketika penyalin-penyalin Barat menamakannya aritmatika, bahasa Yunani, yang berarti ilmu hitung. Dari kata arithmos inilah muncul kata aritmatika. Aljabar yang kemudian bernama arimatika karangan al-Khawarizmi itu sangat terang dan disusun rapi. Setelah ia menerangkan persamaan tingkat dua, diterangkannya pula cara memperbanyak dan membagi. Kemudian diterangkannya pula soal-soal yang bersangkutan dengan ukuran luas mu ka. Ia mengarang buku “Hisab Al-Jabr wa al- muqabalah” perhitungan tentang integrasi dan persamaan yang diterjemahkan kedalam bahasa Latin oleh Gerard Cremona pada abad XII M dan digunakan sebagai buku pegangan universitas-universitas di Barat sampai abad XVI M. Buku inilah yang memperkenalkan ilmu Aljabar kedunia yang diberi nama al-Qarism, dari nama al- Khawarizmi. Dalam perjalannya kembali ke istana al-Makmun. ia mensitesiskan matimatika yang diketahuinya dan menyajikannya dalam satu seri berjudul “al-Jabr wa al-Muqabalah”. Teks latin al- Jabr digunakan sebagai teks dasar pelajaran matematika di Eropa sampai abad ke-16 Hoesen, 1978: 104. Al-Khawarizmi penemu lqarisme logaritme dalam ilmu matematika. Dia pula yang menjembatani antara ilmu matematika klasik Yunani, India menjadi metematika modern. Dia mampu menggunakan sistem matematika yang tinggi yaitu integrasi dan persamaan, yang dalam matematika disebut integral dan differensial, yang dalam matematika modern kedua macam teori itu bisa digabungkan dan dinamakan “kalkulus”. Selain itu ia juga ahli geografi dan ia membuat table astronomi. Sehingga kini “Algorithm” diartikan sebagai urutan langkah yang harus diambil dalam proses menghitung Baiquni, 1994: 68. 2 Umar al-Khayyam Di antara ilmuwan aljabar yang dipengaruhi oleh al- Khawarizmi adalah Umar al-Khayyam yang mengembangkan ilmu aljabar lebih lanjut sehingga ilmu ini dinamai al-Khayyam. Kalau al- Khawarizmi lebih banyak menumpahkan perhatiannya pada quadratic lipat empat, maka Umar al-Khayyam mengutamakan persamaan kubik dan persamaanderajat misalnya: 148 a. x3+bx2 = cx+d b. x2+cx = bx+ d c. x3+d = bx2 +cx Cara demikian ini dinamakan analisis ilmu ukur. Dalam dunia Islam, sarjana yang sejalan dengan Umar al-Khayyam di antaranya Sijmi dan Ibn Laith. Selain itu Ibn al-Haitham dapat menyelesaikan soal yang belum digarap al-Khayyam. Kemajuan yang diperoleh Ibn al-Haitham dilanjutkan oleh al-Kuhi. Demikianlah segala ilmu hitung telah diselesaikan oleh kalangan Islam.

f. Dalam Bidang Kimia

1 Jabir Ibn Hayyan 731-815 M. Bapak ilmu Kimia adalah Jabir Ibn Hayyan yang berkembang di Kufah pada tahun 776 M. setelah al-Razi 925 M, nama Jabir Ibn Hayyan adalah nama yang terbesar dalam bidang kimia pada abad pertengahan ini. Seperti para pendahulunya orang Mesir dan Yunani, Jabir bertolak dari satu asumsi bahwa metal dasar seperti timah, timah hitam, besi dan tembaga dapat ditransfusikan menjadi emas atau perak karena adanya satu substansi yang misterius. Dia mencurahkan segenap tenaganya untuk membuktikan dugaannya itu. Dalam segi praktek, Jabir dapat memberi petunjuk lanjutan pengetahuan modern tentang evaporation penguapan, filtration penyaringan, sublimation penghalusan, melting pencairan, distilation penya-ringan dan crystalisation pengkristalan. Praktek Jabir ini telah diuji kebenarannya, Di Eropa Ibn Hayyan di kenal sebagai Gaber. Selain ahli dalam kimiya, ia seorang filosof dan ilmu logika yang berkerja di bidang kedokteran dan fisika. Namun karya utamanya tetap pada bidang kimiya. Ia juga mahir dalam kristalisasi, sublimasi, distilasi, kalsinasi dan sebagainnya, ia juga pernah berhasil membuat berbagai jenis asam. Ia adalah seorang sufi pengikut Ja‟far Ash Shodiq Hoesen, 1978: 38, Baiquni, 1994: 68. 2 Muhammad Ar-Razi 865-925 M. Sarjana lain yang mashyur namanya dalam ilmu kimia adalah Ar-Razi, nama latinya adalah Rhazes, hanya saja dia lebih banyak dikenal dalam lapanganilmu kedokteran, ditambah lagi dengan bukunya yang berjudul “Al-Kimia” baru saja didapati orang di istana seorang Pangeran India, maka pekerjaannya yang telah dilakukan Ar- Razi dalam ilmu kimia baru saja diketahui orang. Kalau dibanding dengan ahli kimia Islam lainnya, Al-Razi mempunyai jalan penyelidikan sendiri. Jabir misalnya, membagi benda-benda atas tubuh, nyawa dan akal. Yang termasuk bagian tubuh adalah emas, perak.Yang termasuk bagian nyawa ialah sulphur, arsenik. Yang 149 termasuk bagian akal ialah mercury, dan sal-amoniak batu bara dan sari minyak. Sedangkan Al-Razi membagi benda-benda menjadi sayur-sayuran, hewan, dan logam. Bahasa kimia modern sekarang ternyata banyak diambil dari konsep Al-Razi ini Baiquni, 1994: 69. g. Dalam bidang Sejarah 1 Ibn Hisyam w.834 M adalah seorang murid Ibn Ishaq yang berjasa meneruskan karya gurunya tersebut dalam penulisan sejarah Nabi sirah nabawiyah Amin, 1995: 64. 2 Muhammad Ibn Sa‟ad w. 830 M Karyanya yaitu kitab at- Thabaqat al-Kubra dan at-Thabaqat as-Sughra. 3 Ibn Sa‟id w.845 M karyanya Thabaqat al-Kubra. h. Sastra 1 Abu Nawas 747-815 M lahir di kota al-Hawaz Persia, dan tumbuh besar di Bashrah karyanya adalah al-Qashidah 2 Al-Jahiz 776-869 M i. Musik 1 Ishaq al-Mawshil 767-850 M seorang penyanyi terkenal zaman al- Ma‟mun.

4. Berkembangnya Tradisi Intelektual Zaman al-Ma’mun

Lahirnya gerakan intelektual, berarti lahirnya para ulama dan ilmua yang kemudian membangun kebudayaan dan peradaban terjadi karena didukung oleh tradisi intelektual pada saat itu. Yakni nilai-nilai Keislaman dan spirit keilmuan yang diterapkan dalam kehidupan mereka yang telah berubah menjadi atmosfer berkembangnya intelektual yang mengalami puncaknya pada zaman Abbasiyah di Baghdad Hamur, 1997: 35. . Berbagai kebiasaan yang melekat dan mendarah daging di kalangan umat Islam yang selanjutnya menimbulkan kebagaan serta mendorong gerakan intelektual Islam. Hal semacam inilah yang penulis yakini dari optimalisasi pengembangan institusi-intitusi pendidikan Islam pada zaman Abbasiyah, terutama zaman al- Ma‟mun dapat berkembang tradisi-tradisi intelektual pada umat muslim. Dimana seorang menuntut ilmu baik di instansi pendidikan kuttab, majlis, halaqah, perpustakaan, masjid, dst, atau dimanapun tempatnya akan melahirkan budaya ilmiah yang intelektual. Adapun tradisi intelektual tersebut dapat dikemukakan dibawah ini adalah sebagai berikut: a. Tardisi Belajar Langsung dengan Guru Pada zaman al- Ma‟mun, pengajaran diberikan secara langsung kepada murid-murid, seorang demi seorang. Pelajaran diberikan dengan